Ashara.
"Lebih suka musim panas atau musim dingin?"
Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja jawabannya tidak ada. Baik musim panas atau dingin, aku sama sekali tidak suka keduanya! Harusnya kan orang ini tahu.
"Musim semi." Sengaja ku jawab begitu. Biar! Aku sedang kesal. Harap jangan diusik apalagi dibikin tambah kesal.
"Gak ada spring ya, Ra. Bangun Dek, jangan ngimpi. Ini masih sore."
Heh! Dia kira siapa yang sudah membuatku seperti ini? Dasar aki-aki tua pikun! Mana ngeselin lagi.
"Jangan pegang-pegang! Bukan muhrim. Mau saya teriaki pelecehan?" Aku meledak, menyingkirkan telapaknya yang besar dari wajahku. Tapi, alih-alih terluka atau marah, dia malah ketawa-ketawa nggak jelas. Mana lantang banget lagi suaranya, kan banyak yang ngelihatin. Cewek-cewek pula. Sok cakep. Ih, ngeselin banget!
"Apaan sih? Sengaja caper? Biar makin jadi idola di sini, iya?"
"Cieee ... Adek cemburu ya? Aw cute amat sih kalau lagi cemburu gini. Pengen cium deh."
Hih! Aku bergerak pergi setelah menendang tulang keringnya. Biar tahu rasa! Dasar aki-aki mesum. Dia kecilnya banyak makan bokep ya? Dikit-dikit minta cium, dikit-dikit minta peluk, bentar lagi dikit-dikit minta maen kuda-kudaan nih! Ihhhhh ogah!!!
"Hara! Ashara! Tungguin Kakak napa?!"
Teriakkannya membahana dan aku cuma bisa pura-pura tuli. Menarik tudung hoodie sampai benar-benar menyembunyikan mata. Bisa gila lama-lama dekat dengan orang seperti itu. Tuh kan, lihat! Semua orang lagi terang-terangan lihat aku. Ihhh, tahu bakalan kayak gini aku nggak akan nekat waktu itu. Tahu aki-aki itu punya kepribadian yang gila, mending aku kabur aja. Mimpi apa aku bisa sempet suka sama orang kayak dia? Sumpah, pengen muter waktu deh.
"Ashara!"
Tuh kan! Nggak tahu malu banget teriak-teriak di tempat umum. Nggak sadar diri ya? Suaranya tuh besar loh, BESARR! Ngalahin besarnya tugu monasㅡeh, enggak ding. Aku mendramatisir aja. Tapi, ya tetep aja suara dia besar banget. Kayak lagi pakai toak masjid. Ihhh, ilfeel parah.
"Hara! Pacar kamu ketinggalan lho ini."
Bodo amat, bodo amat! Emang aku peduli? Enggak ya, maaf. Aku terus berlari sampai rumah. Dan sore itu benar-benar kencan termenyebalkan yang pernah ada. Sia-sia aku luluran dan segala skincare yang aku pakai, kalau ujungnya lari-larian sampai bau keringat dan matahari gini. Ugh, emang punya pacar itu nggak enak. Apalagi, pacar yang udah dewasa tapi, kelakuan masih kayak anak SMP. Lempar aku ke rawa-rawa, please!
Sial kali aku punya pacar yang seperti itu. Padahal dia dewasa dan berwibawa waktu menerangkan pelajaran tapi, terasa sinting saat jalan-jalan bersamaku. Harusnya memang aku nggak gegabah waktu itu. Harusnya aku lebih cari tahu lagi. Kalau gini kan jadi nyesel sendiri. Siapa pun, tolong aku!
━━━━━━━━*˚ 。 ✧ • • 。 ✧ • *━━━
Brian.
Pergi dari New York bukan ide yang mudah buat gue pikirin. Tapi, di sinilah gue sekarang. Baru landing dan sekarang lagi kayak anak ilang di ruang tunggu Bandara SoettaㅡSoekarno-Hatta. Mata gue menatap sekeliling dengan tidak minat. Gak ada Gilbast, gue terpaksa pulang sendirian ke tanah air. Gilbast bukannya gak mau ikut gue pulang, dia cuma gak bisa karena dia gak dipanggil. Yang dipanggil sama keluarganya kan cuma gue doang. Eits, bukan berarti gue senang, gue ogah banget malah. Gue cinta Indonesia, gue kangen Indonesia, banget malah. Tapi, gue males buat inget-inget semua kejadian gila di sini. Tepatnya di Jakarta. Mana gue kudet banget lagi. Kurang lebih empat tahun gue menetap di New York, berkat kepandaian Gilbast gue jadi bisa lulus lebih awal. Gak dapat gelar sih tapi, ya senang lah bisa lolos dengan Ipk yang mengharukan.
Inget, itu juga ada kerja keras gue sendiri! Gilbast cuma ngajarin doang.
Tapi, meski anaknya yang dapat gelar keren dan Ipknya gila banget, tetap bukan Gilbast yang disuruh pulang dan mengemban tugas ini. Malah gue! Gue yang modelan begini dikasih tugas ngajar, udah stres deh bokap-nyokap Gilbast. Harusnya mereka nyuruh anaknya yang pulang, biar sekalian gak stres di sana ngejar-ngejar si Acha mulu. Sampai eneg sendiri gue lihatnya.
Iya, kita di New York ketemu lagi sama Natasya. Jodoh banget kayaknya dua orang itu. Gak tahu NatasyaㅡAcha siapa? Gue saranin lo baca cerita mereka deh. Mengharukan banget sampai gue gak bisa tidur saking, kencengnya Gilbast nangis. Luarnya aja keliatan gentle, dalamnya boro-boro. Ditinggal cewek aja auto mewek. Yah, intinya, emak-bapak Gilbast panggil gue pulang buat jadi tenaga kerja tambahan di sekolah swasta yang mereka aliri dana. Alias, mereka salah satu pemegang saham tertinggi dan donatur paling royal.
Meskipun gue gak suka, gue tahu gue gak bisa nolak. Gue cuma kentang yang diangkat sama barisan daging sapi yang sekarang lagi naik banget harganya, secara cuma-cuma. Gue cuma upik abu yang disulap jadi bangsawan sama mereka. Jadi, ya mau gak mau, gue harus mau. Alamak! Pusing ni pala.
Sekolah sejauh ini aman. Gue jadi sedikit nostalgia begitu ngelihat cowok-cewek remaja ingusan yang lagi main bareng. Jadi ingat, gimana kisah Gilbast dulu. Meskipun kisah cintanya agak berdarah-darah sih. Dan lagi, gue dihormati di sini. Katanya gue berwibawa banget waktu ngajar, easy going, dan cocok jadi teman cerita atau sekadar hang out kalau di luar kelas. Impressive sekali. Gue gak nyangka bisa diterima dengan hangat meski, gue agak killer kalau soal pelajaran. Yah, sejauh ini sih gak ada yang spesial, sampai hari itu datang.
"Saya suka sama Bapak! Bapak harus mau jadi pacar saya! Kita langsung nikah juga, ayo!"
HAAHH?!
🐥tukang kunci speaking🐥
HAHAHAHAHAHAHA!! Gila saya ngetik apa ini? Kayaknya saya perlu lebih dulu ditolong daripada Ashara deh. Gila gila!
K, bangun coba! Bangun. Lo ada proyek di sebelah malah main-main dimari. Punten, maneh teh sehat?
Yah, ini masih rancangan sih. Tapi, secara garis besar saya sudah tahu mau dibawa ke mana cerita ini~ uwowowo #plak. Tapi, maaf, karena sifatnya rancangan, jadi mungkin aja nggak akan kejadian. Tapi, gak tahu lagi, kita lihat aja sama-sama ya.
Saya cuma lagi bosen aja, nunggu waktu tidur. Tiba-tiba kepikiran ide cerita. Ketak-ketik setengah jam, jadi. Cus upload. Sekalian menyapa para pembaca MYSRNDPTY. itu pun kalo masih ada .ehe
Oh ya, sekalian deh. Saya ada cerita tuh di Dreame, genrenya masih teenfic kok sama. Kalo mau kalian bisa mampir ke sana. Cek aja linknya di wall saya, trus pilih cerita His Secrets. Yang ChocoMint juga sekalian dibaca, yang ini cerita soal CEO. Sekalian saya minta kritik saran.
Oke. Udah 1000 kata. Saya mau pamit. See you next, Fellaws. Luv u♡
!K.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Serendipity : Are You Mine?🔒
Fiksi RemajaSelesai : 15 Jul 2020 Telah di rombak ulang | BELUM DIREVISI "Hai, aku Gilbast. Mulai detik ini, kamu jadi pacarku." "Aku pastiin kamu akan bahagia, meskipun itu berasal dari sakitku." "Aku ini sabar, apalagi buat ngadepin tingkah kam...