4.1 •• The solving

1.8K 287 14
                                    

Hani memandangi Lucas yang sedang menyiapkan berkas-berkas Chaerin. Sebentar lagi Nathan akan kembali, sudah waktunya memberitahu Nathan apa yang dia lakukan

Lucas menatap Hani, "ada apa noona?" ucapnya menaruh berkas Chaerin kemudian berdiri

"Kalau dilihat-lihat, kamu lumayan tampan. Gimana kalau kamu yang jadi suami Chaerin?" ucapan Hani membuat Lucas tersedak ludahnya. Lucas terbatuk, membuat seseorang dari seberang sana berbicara

"Ada apa, Cas?"

"Tidak, tidak apa-apa" Lucas berdehem, menatap Hani tidak suka. Hani tersenyum

"Aku tidak sejahat itu Lu, aku juga tidak mau menjadi orang tua yang gagal membesarkan anak" Hani berdiri, mengambil berkas Chaerin di meja dan segera keluar menuju halaman. Nathan sudah datang

Hani menatap Nathan yang berantakan, bahkan matanya sembab. "Nangis? Merusak citra seorang mafia" ucap Hani dari dalam hati

Nathan terkejut dan menatap bundanya, "bunda mau ketemu teman? Kok diluar?" Nathan mengusap wajahnya, berusaha menyembunyikan matanya yang sembab

"Bunda mau ketemu kamu" Nathan mengangkat alisnya bingung

"Kan bisa didalam, ayo masuk" Nathan berjalan mendahului Hani, kemudian duduk di sofa

Hani melempar beberapa berkas ke meja, Nathan menatap berkas itu dan mengambilnya. Membacanya dengan teliti

"Dia hamil kan?" ucapan Hani membuat Nathan berhenti membaca. Alih-alih menjawab pertanyaan bundanya, Nathan justru menutup wajahnya dengan kedua tangan besarnya dan menangis

Hani menghela nafas, "you're not my little boy anymore. You're growing up, Nat. Belajar bertanggung jawab" Hani duduk, memeluk anak pertamanya dengan hangat

"Nathan harus gimana bunda?" Nathan menangis dipelukan Hani. Bingung harus bagaimana, apa yang harus dia lakukan, dimana dia harus menemukan Chaerin. Nathan tidak tahu

"Nathan bahkan nggak tahu dia sekarang dimana, Nathan kehilangan dia bunda" Nathan terisak

"Nak, katanya, seseorang harus benar-benar merasakan kehilangan biar tahu caranya menghargai seseorang. Kamu kehilangan kesempatan buat ngehargai Chaerin, dan sekarang kamu kehilangan dia" Hani mengusap punggung Nathan lembut

"Kamu percaya adanya kesempatan? Beberapa orang nggak percaya adanya kesempatan, makanya dia berusaha menjaga apa yang dia dapatkan. Kamu harus belajar, Nat. God give you one chance to find her, now its your turn. Kamu yang harus berusaha sekarang, Nak" Hani mencium pucuk kepala Nathan. Menyalurkan kehangatan dan kepercayaan diri Nathan

Nathan mengeratkan pelukannya. Mau seburuk apa yang kamu lakukan, bundanya tidak akan pernah menghakiminya. Justru memberinya kesempatan untuk memperbaiki. Tapi hanya satu

Hani melepas pelukanya, membenarkan rambut Nathan yang berantakan, mengusap wajahnya yang mengurus

"Tuhan mungkin kasih kamu cobaan kaya gini biar kamu tahu apa yang terjadi kalau kamu berbuat buruk. Tuhan mungkin masih kasih kamu kesempatan untuk memperbaiki, kalau nggak, Tuhan pasti udah jauhin kamu sama Chaerin dari awal" Hani menepuk pundak Nathan, menguatkan putranya itu

"Mandi, terus makan ya. Nanti bunda, ayah, om Ten sama om Lucas bakal bantuin kamu"

"A-ayah tahu, Bun?" tanya Nathan. Hani mengangguk, Nathan menghela nafas. Dia siap dimarahi, dipukul, bahkan dibunuh oleh ayahnya. Dia siap menerima apapun resikonya, karena ini salahnya

Ayahnya pernah bilang, laki-laki yang baik adalah laki-laki yang berani mengakui kesalahannya dan menanggung akibat dari kesalahannya

Nathan tahu betul bagaimana ayahnya. Mungkin memang sedikit keras dalam mendidik Nathan, tapi itulah yang akan menjadikan dirinya menjadi pribadi yang tahan banting

Tak banyak keduanya ketahui, diam-diam seseorang tersenyum melihat istri dan anaknya saling berpelukan menyelesaikan masalah

~tbc~

ehe'-'

[2] Bad LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang