4.4 •• Responsibility

1.6K 266 63
                                    

Menjadi dewasa memang bukan perkara yang mudah. Banyak tanggung jawab yang harus dipikul dan dilaksanakan. Termasuk menanggung segala perbuatan yang dilakukan

Dewasa bukan soal umur. Tapi dewasa adalah tentang bagaimana kamu berusaha bangkit dan mencari jalan keluar saat suatu masalah menghampiri

Nathan menggigit kukunya gugup. Sudah tiga hari belakangan ini dia selalu datang ke apartemen baru Chaerin. Melakukan segala cara agar hati Chaerin luluh

Nathan kembali menekan bel apartemen Chaerin. Mungkin Chaerin sudah tahu jika Nathan yang datang, makanya sedari tadi ia tidak membukakan pintu

"Chae" panggil Nathan. Tidak ada suara, hening. Apa Chaerin masih tidur? Atau mungkin? Ah, tidak-tidak. Jangan memikirkan hal yang aneh-aneh

"Kamu belum sarapan, aku bawain masakan bunda. Kamu nggak kangen? Katanya waktu itu juga minta nasi goreng kantin. Ini aku bawain mang Jun" Nathan melirik ke arah mang Jun yang sedari tadi cengar-cengir memperhatikan Nathan

"Pacarnya ngambek ya, Den? Nggak bisa makan nasi goreng saya? Saya libur tiga hari kemari--"

"Stop mang" Nathan meringis saat menyuruh mang Jun untuk berhenti. Sejak dari kantin hingga apartemen Chaerin, mang Jun selalu mengulang alasan dia nggak berangkat karena membantu sapi bapaknya melahirkan. Bahkan mang Jun menunjukkan fotonya sekalian

Ceklek!

Pintu apartemen Chaerin terbuka. Tapi Chaerin tidak disana. Nathan mengernyit bingung, sedetik kemudian masuk diikuti mang Jun dibelakangnya

"A-aku bolehin kamu masuk karena mang Jun" ucap Chaerin pelan sambil menatap jari kakinya

Nathan terkekeh, aku? Bukan gue-lo kaya dua hari yang lalu?

"Iya, yang penting kamu makan. Mang, buru gih masakin nasi goreng buat tuan putri" ucap Nathan. Mang Jun langsung hormat dan pergi gitu aja ke dapur Chaerin

Nathan mengambil beberapa komik yang tersebar dilantai ruang tengah Chaerin. Kemudian menatap Chaerin yang juga sedang menatapnya, "kamu begadang baca komik?" tanyanya

Chaerin diam, mau menjawab 'iya' takut kena marah, mau jawab 'nggak' tapi bohong itu dosa

"Kamu pergi aja, sekolah sana yang bener" ucap Chaerin alih-alih menjawab pertanyaan Nathan. Nathan melongo menatap Chaerin. Wanita ini ah, pintar sekali mengalihkan pembicaraan

Nathan memungut komik-komik itu dan membereskannya. Menatanya di rak. Setelahnya Nathan melipat selimut yang ada di sofa

"Chae, aku bilang 'kan jangan tidur di sofa. Badan kamu sakit semua nanti"

"Kamu mending sekolah yang bener" ucap Chaerin lagi

"Nanti aku makan pake apa kalo kamu pengangguran" ucapnya pelan, sangat pelan. Nathan saja nggak bisa dengar

"Ha? Kamu ngomong apa?" tanya Nathan. Chaerin menatapnya sebal

"Ck, aku nanti mak--"

"Neng, nasi gorengnya udah beres" mang Jun datang dari dapur membawa dua piring nasi goreng ditangannya. Chaerin menoleh dan berbinar, dia benar-benar rindu masakan mang Jun

Chaerin membawa nasi goreng itu ke meja makan, lalu duduk dan segera menyendokkan nasinya. Mang Jun pamit duluan mau buka kantin. Nathan mau mengantarnya tapi mang Jun bilang helikopternya udah nunggu di basement

Helikopternya bentuk kapal selam gitu masuk basement?

Nathan duduk didepan Chaerin setelah mengantar mang Jun pergi. Tangannya juga terulur untuk menyendok nasinya

Nathan mengernyit setelah satu suapan masuk ke mulutnya, "asin" ucapnya. Chaerin menatap Nathan

Nathan kembali menyuap satu sendok lagi, berharap yang awal tadi karena sendoknya bekas mengambil garam

"Ih, asin Chae" ucap Nathan lagi

"Enak kok" Chaerin mengambil satu sendok nasi dari piring Nathan, kemudian mengernyit

"Huek, kok begini rasanya. Mang Jun kebelet kawin ya?" Chaerin mengambil tisu dan melepehkan makanan itu

"Kan, nggak percaya sama aku sih" Nathan menyodorkan air putih kepada Chaerin yang langsung Chaerin habiskan

"Pelan-pelan" Nathan menatap Chaerin. Dari atas sampai bawah. Apa yang dia lakukan sehingga gadisnya menjadi seperti ini

Kamu benar-benar titisan setan, Nat

Nathan berdiri, berjalan ke arah Chaerin lalu menggeser kursi Chaerin sehingga menghadap ke arahnya

Nathan berjongkok, menyamai tubuhnya dengan perut Chaerin

"Halo anak ayah" ucapnya pelan di depan perut Chaerin. Chaerin menegang, terkejut karena perlakuan Nathan secara tiba-tiba

"Maafin ayah udah buat ibu kamu kesusahan sendirian ya. Maafin ayah yang waktu itu nendang kamu. Ayah benar-benar minta maaf" Nathan mengusap perut Chaerin yang makin membesar. Menyapa anaknya, darah dagingnya

Tangan Chaerin terulur untuk mengusap rambut coklat Nathan. Keputusannya tiga hari lalu semoga bukan sesuatu yang dia sesali

Setelah berbincang dengan Yohan dan ayahnya. Chaerin memutuskan untuk menerima Nathan

Mau tak mau laki-laki inilah yang nantinya jadi pendamping hidupnya. Orang yang akan bertanggung jawab akan hidupnya

"Sana sekolah" ucapan Chaerin membuat Nathan mendongak

"Sekolah yang bener, biar cepet kerja buat biayain hidup aku" ucap Chaerin

"Mulai sekarang, kamu yang menanggung semua kebutuhan aku" Chaerin masuk ke kamarnya setelah menyelesaikan kalimatnya. Meninggalkan Nathan yang masih sibuk berjibaku dengan pikirannya. Mencerna ucapan Chaerin

Nathan tersenyum, kemudian menyusul Chaerin masuk ke dalam kamar dan memeluknya dari belakang

"Terima kasih, Chaerin" ucap Nathan. Chaerin tersenyum

Apa salahnya mengulang luka, mungkin jika ini menyakitkan, siapa tahu yang selanjutnya akan lebih baik.

Yang lalu hanya untuk dikenang, bukan untuk diulang

~tbc~

#teamhappyending

#teamsadending

mana nih yang minta Nathan jadi bapaknya? Maju lo semwa merusak kapal HanRin gue

[2] Bad LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang