Chaerin duduk di balkon sambil menikmati coklat hangatnya
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, tapi dia masih enggan untuk beranjak dari zonanya. Tangannya terulur untuk mengusap lembut perutnya. Sudah lewat sebulan semenjak ia ke dokter kandungan, kini usia kandungannya sudah enam bulan
"Kok Han jam segini belum datang, apa sibuk belajar untuk ujian akhir?" monolog Chaerin. Chaerin kembali melirik jam yang menempel di dinding. Chaerin menghela nafas, dia berdiri, memutuskan untuk masuk ke dalam
Chaerin mengambil ponselnya dan membuka aplikasi chat
Han J
|aku kayanya ke apart agak maleman
|Haru biar kesana ya? biar kamu nggak sendiri
|atau Hwall?16.44
|Chaeeeee
|aku masuk kelas dulu, Haru otw kesana katanya16.57
Chaerin baru ingat, ini hari Kamis. Han ada jadwal les hari ini. Chaerin tersenyum miris. Ingin rasanya ia merasakan sibuk dan repotnya menjelang ujian akhir. Tapi yang ada sekarang dia harus menanggung akibat dari kesalahannya
Chaerin berjalan ke sofa, menyalakan televisi dan mengganti-ganti saluran televisi. Dia bosan, acaranya juga tidak ada yang menarik bagi Chaerin
Chaerin memutuskan untuk tidur. Tapi sebelum ia terlelap, ia mengirim pesan kepada Haru
Chaerin Lee
lo kalo mau masuk langsung ae|
gue mau tidur|Setelah itu, Chaerin menarik selimutnya dan terjun ke alam mimpi
Sepuluh menit mencoba memejamkan mata, tapi Chaerin belum juga terlelap. Chaerin berkali-kali mencari posisi yang nyaman. Kata dokter kandungan, usia kehamilan enam bulan akan susah untuk tidur, mengingat perut yang semakin membesar
Chaerin menghela nafas frustasi. Badannya pegal, ingin rasanya dia tidur. Tapi tidak bisa. Chaerin kemudian duduk
Ting tong
Bel apartemen miliknya berbunyi. Mungkin Haru. Chaerin tidak membukakan pintu apartemen, karena dia sudah mengirim pesan kepada Haru
Ting Tong
Bel lagi-lagi berbunyi. Membuat Chaerin mau tak mau berdiri untuk membukakan pintu
"Lo nggak--"
Chaerin terdiam. Menatap seseorang yang berdiri di depannya. Matanya berkedip dua kali. Berharap ia tak salah salah lihat. Berharap orang yang berdiri di depannya hanya halusinasinya saja
Lagi-lagi Chaerin berkedip. Tapi seseorang itu tidak hilang. Masih di depannya. Menatapnya sendu dan rindu
"Nat?"
Sedetik kemudian orang itu memeluknya. Menyalurkan rindu dan rasa bersalahnya kepada Chaerin. Chaerin terpaku, tidak membalas pelukan laki-laki itu
"Where you've been, Chae?" tanya Nathan sambil memeluk Chaerin dengan erat
Lidah Chaerin kelu. Tubuhnya lemas. Bahkan untuk sekedar menolak pelukan Nathan dia tidak sanggup. Pikirannya benar-benar kosong
"Escape from the reality" ucap Chaerin pelan. Nathan melepas pelukannya. Mengusap wajah Chaerin lembut
"I'm so sorry for what happened" tubuh Nathan terjatuh. Dia berlutut di depan Chaerin. Menangis terisak sambil memegang kaki Chaerin
Chaerin hanya menatap Nathan. Dia tidak menangis, marah, ataupun terharu. Hatinya mati. Air matanya sudah habis. Dia tidak mau lagi tersakiti untuk kesekian kalinya
Chaerin mengangkat tubub Nathan. Memaksanya untuk berdiri. Chaerin mengusap rahang tegas milik Nathan
Rindu? Sangat. Chaerin sangat merindukan Nathan. Tak ada yang baik-baik saja saat ditinggal begitu pergi dengan tiba-tiba. Begitu juga dengan Chaerin. Dia tidak baik-baik saja saat Nathan pergi dengan tiba-tiba
"Kamu kenapa kurusan?" ucap Chaerin tersenyum. Munafik jika dia bilang dia tidak membenci Nathan. Chaerin membencinya
Nathan mengambil tangan Chaerin, mengecupnya lembut. Bahkan disaat seperti ini, Chaerin masih lembut terhadapnya
"Chaerin, aku minta maaf" ucap Nathan
"Aku maafin kamu" Chaerin lagi-lagi tersenyum. Mengusap surai hitam Nathan
"But, if you asked me to come back. I not sure" Chaerin mengusap pipi Nathan. Menghapus air matanya
"You're disappear when I needed you the most. Aku butuh kamu, tapi saat itu kamu bilang cuma mainin aku. Apa saat ini, saat kamu datang kesini, ini juga taruhan? Apa yang kamu taruhin kali ini? Rumah? Apa aku kelihatan seharga vila dan mobil?" Chaerin tidak bisa membendung air matanya lagi
"Aku akui, Nat. Aku kelihatan kuat. Kamu sering lihat sisi kuat aku. But, I'm human too. Aku bisa ngerasain sakit, capek, bahkan patah hati" Chaerin mengusap air matanya. Sakit. Melihat Nathan muncul secara tiba-tiba seperti ini
"Sekarang kamu balik lagi kesini. Disaat aku udah benar-benar yakin kalau aku bisa tanpa kamu. Semudah itu kamu mainin perasaan aku?" Nathan terdiam, menatap Chaerin yang menangis untuk pertama kalinya
"Maaf. Tapi bisa kamu keluar? Han sebentar lagi datang, aku nggak mau kamu berantem sama dia" ucap Chaerin lembut
"Aku udah disini, Chae. I heard everything" Chaerin terkejut. Kemudian menatap ke belakang Nathan. Han berdiri dengan wajah yang sulit ia artikan
"H-han" Chaerin berjalan menghampiri Han. Berusaha menahannya untuk tidak memulai perkelahian
Han memegang tangan Chaerin, menyembunyikannya di belakang tubuhnya. Nathan menatap ke arah tangan mereka
"Kalau lo datang kesini untuk minta maaf. Dia udah maafin lo. Sekarang lo bisa pergi" ucap Han
"Lo siapanya dia?"
"Tolong, selagi gue masih lembut. Tolong keluar, Nat" ucap Han memejamkan matanya lelah
"Lo--"
"GUE ORANG YANG ADA DI SAMPING DIA. DISAAT DIA BUTUH BANGET ORANG BUAT BERSANDAR" Han tidak bisa lagi mengontrol emosinya. Kesabarannya benar-benar habis
Nathan menunduk. Dia memang tak pantas disini. Dia meninggalkan Chaerin. Dia, tidak pantas untuk mendapat maaf dari Chaerin
Nathan berjalan keluar, "tunggu aku Chae. Aku bakal buktiin kalau kesempatan kedua itu ada" Nathan tersenyum miris
Chaerin hanya diam sambil menangis. Dia tidak tahu harus bagaimana. Dia, benar-benar ingin mati rasanya
~tbc~
holla:>

KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Bad Love
Historia Corta[ c o m p l e t e d ] { Sequel of Daddy - Johnny NCT } Lika-liku kehidupan Jonathan Seo, anak dari mantan mafia terkenal--Johnny Seo yang bertemu dengan gadis yang tak jauh beda dengannya ⚠ : Harsh word © swalsay_ 2019