"Terkadang aku berperan sebagai pendusta,yang selalu tersenyum dimana saja,tanpa ada yang tahu bahwa hati kecil ini sedang terluka"
_Aqilla Pandhita_
☁☁☁☁☁☁
Masalah datang silih berganti,ketika satu masalah selesai,maka akan datang masalah-masalah baru selanjutnya.
Hidup itu bukan seberapa besar masalah yang di alami,tapi bagaimana cara kita menyikapi masalah itu.
Rasa sabar menjadi kunci utama dalam menghadapi masalah,ketika hati panas dan tidak karuan,lantas apakah sang otak harus ikut panas?tidak,hati boleh panas tapi pikiran harus tetap dingin.
Bahkan ketika kita berada di titik terendahpun,kita akan selalu dituntut untuk segera pergi dari titik itu,karena kehidupan tak selamanya lurus,tak selamanya bersedih,tak selamanya bahagia.
Semua orang sudah ada jalan takdirnya masing-masing,sang penciptalah yang menentukan.Sedangkan tugas kita hanya barusaha dan berdo'a agar kita selalu berada di jalan yang benar.
Begitu juga dengan Qila,baginya masalah itu bagaikan angin,ia akan datang begitu saja,tanpa direncanakan,tak pandang bulu kepada siapa dan dimana,sedangkan kita hanya bisa menikmati efek dari hembusan angin itu,menikmati setiap penderitaan yang timbul secara terus-menerus.
Suasana di kantin memang tidak jauh dari kata ramai dan berisik.
Termasuk Qila yang merasa kesal dengan suasana kantin,sekarang yang ia butuhkan bukan keramaian namun kesendirian yang mampu menenangkan dirinya.Apalagi setelah mendapat kabar bahwa ibu nya mengalami patah tulang pada bagian kaki,dan luka di bagian pelipis karena terlalu keras menghantam aspal.
"Berisik" Umpat Qila
"Maklum kantin mbak" Kata Nara sambil mengunyah bakso nya itu.
"Kalau mau sepi noh pergi aja ke gudang dijamin sepi,ia sepi di dunia nyata,tapi sayang disana dunia ghaibnya rame".Celoteh Daniel,pasalnya jarang sekali orang yang pergi ke gudang,karena konon katanya disana angker.
" yayaya terserah lo aja jaenudin"Gerutu Qila
"Woy Qil lo mau nitip beli minum gak?mumpung gue lagi baik nih".Ucap Nara sambil mengipas-ngipas tangannya karena kepedasan,selain itu Qila juga tidak memesan apapun.
"Boleh,tapi gue cuma mau air putih aja" Entah mengapa Qila hari ini sedang malas untuk melakukan apapun,apalagi makan sama malasnya.
"Ohh oke gampang itu mah" Nara berlalu pergi menuju stand yang menyediakan berbagai minuman.
"Emang disini ada yang jual air putih?" Tanya Arvin.
"Ya ada lah,itu yang dibotol apaan?air putih kan" Ucap Daniel.
"Ohh iya ya"
"Dasar otak lemot lu" Ujar Daniel.
"Iri bilang bos" Timpal Arvin.
"Bacot" Umpat Qila
"Hadeh pms mbak?marah-marah mulu" Ucap Daniel.
Genta yang melihat kelakuan para sahabatnya itu hanya tersenyum,tanpa ikut campur,sepertinya menyimak saja sudah cukup,cukup untuk membuat rasa sepinya terobati.
"Engga tuh"Jawab Qila.
" Gue sih o aja"Timpal Arvin,sambil berjalan pindah duduk di samping Mika,dan menyuruh Qila untuk duduk di kursi bekas Arvin yang bersampingan dengan Genta.
Dengan ogah-ogahan Qila pindah kursi.
"Siang Mika" Goda Arvin
Tak ada jawaban dari Mika,baginya melayani ucapan Arvin hanya buang waktu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time With You [ END ]
Teen FictionNote : Cerita ini Hanyalah Fiktif, tidak ada unsur bahkan tokoh nyata di dalamnya! Mohon maaf apabila ada kesamaan baik itu nama tokoh ataupun nama sekolah, itu tidak di sengaja') °°° Aku mudah merasakan, tapi sulit menyatakan. Aku mudah mengharapka...