33.Mika Pergi

61 7 0
                                    


Happy Reading guys♥

_________

"Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya,melainkan suatu jalan untuk menyambut sebuah kerinduan.

_Mika_

☁☁☁☁☁

Detik, berganti menjadi menit, berputar menjadi jam, dan berlalu menjadi hari.

Sudah hampir 3 Minggu ini Mika menjauh atau lebih tepatnya menjaga jarak dari semua orang.

Masker pun tak lupa selalu bertengger untuk menutupi hidung dan mulutnya.

Sahabat? Entahlah Mika masih terlalu takut untuk mengungkapkan yang sebenarnya, begitu juga dengan Arvin yang lebih tutup mulut akan fakta tentang Mika.

Awalnya Arvin menolak, Arvin lebih setuju untuk Mika agar segera mengungkapkan kenyataan kepada mereka, tapi apalah daya Mika yang terlalu takut akan reaksi mereka, jadi Mika meyakinkan Arvin untuk tidak memberitahukannya kepada mereka, kecuali Mika sendiri.

Ujian Penilaian Akhir Semester sudah berlangsung, dan tepat hari ini Ujian selesai.

Iya selesai.

Begitu juga dengan Mika, iya juga sudah selesai. Selesai untuk bersekolah di SMK Taruna Bangsa ini.

Mika sebelumnya sudah meminta Izin untuk tidak masuk sekolah setelah Ujian selesai, dan guru pun memperbolehkan, karena sudah tidak ada lagi program belajar, hanya tinggal menunggu pembagian rapot pada Minggu depan.

Begitu juga dengan keputusan Mika, untuk berhenti Sekolah karena suatu hal. 
Mika sudah memutuskan untuk berhenti sekolah tepat di semester 1 ini, dan akan kembali bersekolah pada tahun depan, tentu saja dengan mengulang sebagai siswi kelas 10 kembali. Itupun jika kondisi Mika memang sudah pulih, tapi jika belum, ya mungkin mika harus lebih kuat lagi.

Tidak mudah bagi Mika untuk hidup menjadi seorang penyendiri, jika dulu ia adalah penyuka keramaian, namun sekarang keadaanya telah berbeda, justru ia sekarang merasa takut akan keramaian.

Mika sungguh rindu akan semuanya, rindu bercanda dengan para sahabatnya tanpa perlu rasa takut, rindu bernyanyi di Kafe, dan satu hal lagi ia rindu keluarganya, ayah dan ibu.

Semilir angin begitu menyejukan bagi Mika, dia sedang duduk sendiri di taman belakang sekolah.

Mika menghembuskan nafasnya pelan, huft, "bahkan disaat aku sedang sakit pun kalian tidak perduli." Mika mengepalkan tangannya kuat, sampai kulit tangannya memutih.

Jujur Mika terlalu kecewa akan keluarganya, tunggu, apakah mereka pantas disebut keluarga?  bahkan ayah dan ibu Mika sudah mengetahui akan hal ini, tapi mereka malah bersikap seolah bodo amat, akan apa yang terjadi kepada Mika.

Bahkan Ibunya saja hanya merespon 'oh iya' pada saat di telepon. Tidak ada kata hangat seperti orang tua lain, yang ada hanya kalimat yang dingin dan tanpa rasa peduli secuil pun.

Lagi-lagi Mika mencoba menahan air mata yang akan jatuh, dengan tangan yang kembali mengepal kuat, mencoba seolah memancarkan kekuatan. "Mika, You can do it." Ucap Mika mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Ohh ayolah, bahkan penderitaan ini baru berjalan beberapa minggu, masih banyak bulan-bulan lainnya yang harus Mika lewati, sendirian.

Mengingat hari ini Mika terakhir di sekolah, jadi ia memutuskan untuk menemui sahabatnya, lebih tepatnya Mika ingin mengucapkan perpisahan untuk sementara.

Time With You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang