"Masih peduli bukan berarti masih menyukai, peduli itu tentang kemanusiaan, bukan hanya soal perasaan."
^Ersya Kalandra^°°°
Sebelum keberangkatan ke Indonesia
"Gen!" panggil Satya sambil berjalan mendekat ke arah anaknya. Genta yang merasa terpanggil lantas mengalihkan pandangannya dari ponsel ke papah nya itu. "Iya pah? Kenapa? Loh, kok mata papah ...,"
"Kamu gak jadi pulang ke Indonesia ya, Kak Pandu Meninggal." potong Satya, dengan langkah gontai ia kembali berbalik arah menuju kamar sang kakak, lebih tepatnya kamar almarhum kakaknya, memang Pandu dirawat di rumah.
"Om me-ninggal? Innalilahi!" Genta segera bergerak menyusul papahnya, sungguh meskipun Genta baru setahun di sini, namun kedekatan mereka tidak bisa diragukan, bahkan Pandu menganggap Genta seperti anaknya sendiri.
Badan Genta membeku, melihat keadaan Om nya yang sudah terbujur kaku di atas kasur, para suster yang merawatnya mulai mencabut peralatan yang selama ini digunakan untuk menopang kehidupan Pandu.
Di samping kasur, terlihat Satya yang sudah mengeluarkan cairan bening dari matanya, tidak ada yang tidak sakit dengan kehilangan.
Tiba-tiba saja badan Genta terhuyung ke depan, karna ada seseorang yang menabraknya.
Tanpa memperdulikan orang yang ditabraknya, orang itu langsung mendekat ke arah Pandu, lalu dia langsung memeluk Pandu dengan erat.
Melihat kejadian itu, lantas Genta dan Satya semakin dibuat sedih.
"Pah, bangun!" ucap Saka, anak Pandu. Saka terus mengguncang tubuh Pandu, seolah Pandu hanya sedang tidur seperti biasanya, lalu bangun setelahnya.
Merasa tidak kuat akan apa yang dilihatnya, dengan sekuat tenaga yang masih Satya punya, ia menarik Saka, lalu memeluk dengan erat anak dari kakaknya itu.
"Sudah nak, ikhlaskan," kata Satya, sambil mengusap punggung tegap Saka.
°°°
"Bu, kalo begitu saya izin pulang," ucap salah satu karyawati di toko kue yang bernama Q'cake.
"Iya, silahkan," ujar wanita yang bahkan umurnya sudah menginjak 25 tahun itu, dengan langkah indahnya, wanita itu berjalan keluar dari toko miliknya.
Toko Q'cake merupakan toko kue yang sudah memiliki lima cabang di kota Bandung. Toko kue ini awalnya hanya memiliki satu toko saja, namun karna keahlian dan tingkat rasa dari kue itu sendiri yang membuat usaha yang dirintis nya dari awal berkembang dengan pesat.
Dari arah berlawanan, tepatnya di sebrang toko kue, nampak seorang lelaki yang berpakaian rapi dengan memakai jas, dasi dan sepatu pentopel nya yang mengkilap. Lelaki itu berjalan menyebrangi jalan raya, berniat untuk menemui wanita pemilik toko kue itu.
"Hay! Pulang bareng?" tanya lelaki itu, dia Ersya.
"Okey!" Tanpa pikir panjang, wanita itu menerima ajakan Ersya.
"Ayo!" Ersya lalu memegang tangan wanita itu, lalu membawanya menyebrang jalan, agar bisa sampai di parkiran perusahaan tempat dia bekerja.
Setelah sampai di parkiran, Ersya menuju mobilnya, lalu membuka pintu untuk wanita itu. "Yok! Masuk Kil!" ujar Ersya. Ya, wanita itu adalah Aqila Pandhita.
Selama di perjalanan, Qila dan Ersya sama - sama asik mengoceh, entah itu tentang pekerjaan, film yang ditonton dan lainnya.
Mereka berdua sudah bisa berdamai akan masa lalu, yang terjadi diantara keduanya. Mereka sudah sama - sama dewasa sekarang. Baginya, kejadian di SMK kala itu anggap saja sebagai pemanis dalam kisahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time With You [ END ]
Teen FictionNote : Cerita ini Hanyalah Fiktif, tidak ada unsur bahkan tokoh nyata di dalamnya! Mohon maaf apabila ada kesamaan baik itu nama tokoh ataupun nama sekolah, itu tidak di sengaja') °°° Aku mudah merasakan, tapi sulit menyatakan. Aku mudah mengharapka...