30.Aneh

68 13 10
                                    

"Gue emosi karena gue peduli"

☁☁☁☁☁

Hari senin, seperti biasa menjadi hari yang paling tidak dinantikan oleh para murid, dimana kita harus berdiri di tengah terik matahari pagi.

Upacara kali ini boleh dikatakan spesial, karena sekaligus dengan diadakannya serah terima jabatan.

Dengan ketua Osis baru yang terpilih yaitu Bagas Maheswari.

Bagas Maheswari, sosok laki-laki berwajah tampan, hidung yang tidak terlalu mancung, dan mempunyai pipi yang sedikit chabby, dan berkulit putih, entah lah mungkin Bagas bisa dikatakan lucu dan tampan di waktu yang bersamaan.

Dan dengan Sertijab ini, berarti berakhirlah masa jabatan Nasya dan para anggota lainnya.

Terlihat wajah bahagia dan lega dari kelas 12, tentu saja mereka merasa senang karena sudah menyelesaikan masa jabatannya.

Davina yang berada di barisan peserta upacara, tersenyum menatap kakak kelasnya itu.

Tiba-tiba saja Qila menyenggol pelan bahu Davina yang ada sampingnya.

"Vin, kok gue nggak srek ya kalo tu ketos si Bagas." Ucap Qila dengan entengnya.

"SKSD lo, kak Bagas Qila, kalo menurut gue biasa aja tuh, lagian dari pada kak Jeje? Gayanya dah kaya badboy." Ujar Davina, memperhatikan kakak kelasnya yang bernama Jeje itu, dan dia sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Osis.

Bagas dan Jeje berasal dari kelas sebelas, Bagas kelas sebelas Tataboga, sedangkan Jeje dari kelas sebelas Akuntansi.

"Yaa iya sih, tapi nggak tau lah, pokoknya gue kaya gimana gitu."

"Yaudah si bawa santai aja, positif thingking dong."

"Hmm"

🕊🕊🕊🕊🕊

Pelajaran sejarah menjadi santapan untuk Kelas 10 Akuntansi 1, yaitu kelaa Mika dan Nara.

Pak Maman selaku guru, terus saja berceramah di depan sana.

Entah ada yang mendengarkan atau tidak, tapi Pak Maman terus saja melanjutkan ceritanya.

Waktu terasa begitu lama saat pelajaran Sejarah, ada yang sudah mengantuk, bahkan ada murid yang diam-diam mengoperasikan ponselnya di bawah meja.

Begitu juga dengan Mika, entah apa yang sedang ia rasakan sekarang. Mika mendengar apa yang diucapkan Pak Maman, tapi semua hanya seperti angin lalu saja.

Raga nya memang disana, tapi pikirannya entah dimana, melayang tak tentu arah.

Mika POV

Bingung, sedih, takut, itulah yang sedang gue rasakan sekarang.

Tentu saja gue takut, darah kemarin sudah cukup buat gue nggak karuan.

"Apa mungkin gue kena penyakit TBC?"

Entahlah gue juga masih ragu,

Kalau emang bener gue punya penyakit TBC berarti gue harus menjauh dari semua oramg dong?

Gue kemarin sempet baca di situs google, katanya kalau penyakit TBC itu bisa menular lewat percikan ludah si penderita penyakit TBC, bisa itu batuk, bicara, ataupun bersin.

Tunggu,

Si penderita?

"Nenek gue?"

Apa mungkin gue tertular penyakit ini dari nenek gue?

Time With You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang