Happy reading guys:)
"Rindu. Satu rasa yang bisa membuat bahagia dan sakit di waktu bersamaan. Bahagia jika memang keduanya saling merindukan. Namun apalah daya bagi mereka diluaran sana yang hanya rindu sepihak, hanya sakit yang akan di dapat"
☁☁☁☁☁
"Argghh." Suara ringisan pilu terucap oleh bibirnya yang gemetar hebat.
Sekarang ia baru bisa merasakan, badannya terasa remuk, perih di sekujur tubuhnya ia rasakan, sampai rasa pusing yang menghantam kepalanya, pandangannya mulai mengabur, sebelum matanya terpejam sempurna, ia sempat mendengar teriakan seseorang.
"GENTA!!"
-----
Suara teriakan seorang laki-laki begitu keras namun sayang suaranya teredam oleh derasnya hujan.
Dengan cepat lelaki itu mendekat disusul dengan teman lelaki itu, lalu mereka melihat dengan jelas wajah pria yang sedang terkapar di tengah guyuran hujan.
Tebakannya benar. Ternyata orang itu benar Genta. Ia mengira bahwa dia salah melihat karena wajah Genta memang sudah bercampur dengan darah.
Ezra dan Ersya yang memang sengaja lewat, berniat untuk pulang ke rumah Ezra dengan Ersya yang akan menginap dirumah Ezra.
Pada saat akan ke belokan pertigaan, tidak sengaja Ezra melihat motor yang sudah separuhnya hancur dan sesosok laki-laki yang terkulai lemas di jalanan.
Ezra meringis melihat keadaan Genta, dimana darah yang terus mengalir dari pelipis yang sudah bercampur dengan air hujan, sepertinya luka yang dialami oleh Genta cukup serius.
Dengan cekatan Ezra sudah akan mengangkat tubuh Genta, namun apa daya badan Genta memang bukan ukuran kecil yang bisa di angkat oleh satu orang.
Sedangkan Ersya malah berdiri mamatung, "Sya, tolongin gue anjay!" ucap Ezra sambil menatap Ersya tajam.
Ersya tidak menjawab ucapan Ezra, namun dengan cepat Ersya membantu Ezra mengangkat Genta yang sudah tidak sadarkan diri ke dalam mobil Ezra.
Dengan Ersya yang memegang kemudi, lalu Ezra yang berada di bangku penumpang dengan raut muka cemas karena melihat Genta yang semakin pucat dan darah yang begitu kentara.
"Masih idup?" tanya Ersya dengan polosnya.
Kesal akan pertanyaan Ersya, Ezra lantas melempar tatapan membunuh ke arah Ersya, "Ya masih lah tolol, udah tau lagi tegang, lo malah nanya begituan anjim."
"Emang pertanyaan gue salah? Lah kan siapa tau dia udah gak ada nafasnya." Enteng Ersya, sambil terus menambah kecepatan laju mobilnya.
Mendengar jawaban Ersya, Ezra lantas hanya bisa mendengus kesal.
🐾🐾🐾
Di depan ruangan tempat Genta diperiksa, Ezra tidak bisa diam, ia terus saja berjalan mondar mandir sambil bergumam tak jelas, dia sangat begitu khawatir.
"Gue harus hubungin siapa ya? keluarganya aja gak tau," monolognya pada dirinya sendiri, tanpa mengehentikan langkahnya itu.
Berbanding terbalik dengan Ersya yang malah menatap jengah ke arah Ezra. "Ezra, lo bisa diem gak sih!?" ujar Ersya yang sudah kelewat kesal.
Ezra lantas menghentikan langkahnya, lalu menatap nyalang ke arah Ersya, "gak bisa! Gue lagi cemas, bingung lagi. Gue mau ngasih tau siapa? Keluarganya aja aing gak tau siapa! Jadi gue harus hubungin siapa?" ujar Ezra sambil mengacak rambutnya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time With You [ END ]
Teen FictionNote : Cerita ini Hanyalah Fiktif, tidak ada unsur bahkan tokoh nyata di dalamnya! Mohon maaf apabila ada kesamaan baik itu nama tokoh ataupun nama sekolah, itu tidak di sengaja') °°° Aku mudah merasakan, tapi sulit menyatakan. Aku mudah mengharapka...