36. Dibalik Hari Bahagia

61 6 0
                                    

"Aku pernah begitu percaya kepada orang lain, sampai akhirnya aku hanya dibalas dengan pengkhianatan."


☁☁☁☁☁


Kegiatan belajar mengajar sudah dimulai sejak tadi, pelajaran sejarah menjadi santapan untuk kelas Qila sekarang.

Pak Maman selaku guru sejarah, menjelaskan materi dengan panjang lebar. Entah terbuat dari apa mulut pak Maman itu, bahkan mungkin sudah hampir satu jam pelajaran dan pak Maman masih mengoceh, menjelaskan materi di depan sana, tanpa terlihat lelah sedikitpun.

Sedangkan yang di ajar malah asik dengan dunianya sendiri, ada yang bermain handphone di bawah meja, ada yang mengantuk, bahkan ada sampai yang tertidur, tapi dengan pintarnya ia mendirikan buku tulisnya sebagai penghalang, agar dirinya tidak terlihat sedang tertidur.

"Percuma pak ngomong sampe berbusa juga gak bakal ada yang denger, apalagi ngerti, kelamaan sih." Batin Qila.

Membosankan, hanya itu yang Qila rasakan. Entah sudah berapa kali ia menguap, rasanya Qila ingin tidur saja, tapi Qila terlalu takut untuk melakukan itu, Qila takut nantinya ia ketahuan, dan setelahnya berakhir dengan hukuman.

Tring!

Bel pergantian jam pelajaran pun berganti, tapi tetap saja pelajarannya masih tetap Sejarah, karena memang pelajaran Sejarah dilakukan dalam dua jam pelajaran.

Alhasil tersisa satu jam pelajaran lagi, dengan begitu pak Maman mengakhiri menjelaskan materi, dan lebih memilih untuk memberikan tugas, terhadap materi yang telah dijelaskan tadi.

"Baik anak-anak semuanya, untuk materi hari ini dirasa cukup, dan untuk satu jam pelajaran selanjutnya, bapak tugaskan kalian mengerjakan so'al yang ada dihalaman 235." Titah Pak maman kepada semua muridnya.

"Baik pak!" Jawab semuanya.

"Bagus, buku paketnya sudah ada?" Tanya pak Maman.

"Belum pak." Ujar mereka.

"Oh, bapak kira kalian sudah membawanya, sebaiknya jika nanti mau belajar, seharusnya buku paket sudah siap ya, Ardi kamu ambil  buku paket nya ya, di perpustakaan." Ucap Pak Maman kepada ketua kelas, Ardi.

"Iya pak." Jawab Ardi sambil berdiri.

"Oke, bapak tau buku Sejarah itu lumayan berat, jadi kamu ambil nya berdua sama Elsa ya." Ujar Pak Maman.

Elsa yang merasa namanya disebut lantas mendongakkan kepalanya yang sempat tertunduk karena sedang bermain handphone.

"Saya pak?" tanya Elsa masih merasa ragu.

"Iya."

"Emm pak, saya gak bisa pak, saya mau ... Ahh iya pak saya mau ke toilet pak kebelet hehe, sama yang lain aja pak, kalau begitu saya permisi ya pak udah kebelet hehe." Dengan tida tahu malunya Elsa lantas berdiri lalu berlari setelah meminta izin terlebih dahulu.

"Ogah bawa begituan." Batin Elsa.

Pak Maman yang melihat itu lantas menggeleng-gelengkan kepalanya, ada-ada saja kelakuan muridnya itu.

"Kalau begitu ...." Pak Maman mengalihkan pandangan nya ke semua muridnya, dan pandangan pak Maman terpaku kepada salah satu siswi yang sedang berjongkok dilantai, sambil memasukan kepalanya ke bawah meja.

"Qila." Panggil pak Maman, yang masih merasa heran, entah apa yang sedang dilakukan oleh muridnya itu.

Tak ada sahutan dari Qila, lantas pak Maman sedikit mendekat ke arah Qila, "Qila, apa yang sedang kamu lakukan?"

Time With You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang