43. Berbeda

21 6 0
                                    

Happy Reading Yeorobun




--------



"Perlakuannya mungkin tidak seberapa, tapi efek dari perlakuannya itu memang luar biasa"



°°°


Hembusan angin sepoi-sepoi menerpa wajah Qila, yang membuat rambut yang ia gerai sedikit berantakan.

Qila dan Genta sekarang sedang di taman sekolahnya, kebetulan para guru sedangengadakan rapat rutin.

Tiba-tiba saja, Genta mengeluarkan sesuatu dari sakunya, lalu Genta memasangkannya ke rambut Qila.

Itu jepit rambut, sederhana namun indah, dan sangat cocok untuk Qila. Jepit rambut itu berwarna cream.

Qila lantas menyentuh jepit rambut itu, lalu seketika ia tersenyum kaku, "makasih."

"Iya, sama-sama." Genta membalas senyuman Qila, lalu setelahnya ia merebahkan kepalanya di paha Qila.

Terkait masalah Qila yang tidak mau jujur, Ersya sudah sedikit tidak peduli. Ia akan mencoba untuk percaya kepada Qila, ia tidak boleh overthingking akan kejadian itu. Lagian itu hanya hal biasa bukan? Pasti Qila punya alasan tersendiri kenapa ia mau dipeluk oleh Ersya kala itu.

Genta lantas memejamkan matanya, lalu mengambil satu tangan Qila untuk mengelus rambutnya. Qila lalu mengelus rambut Genta, namun entah mengapa sejak tadi lagi ia terus merasa khawatir tanpa sebab, perasaanya sungguh aneh tak menentu.

Qila kembali melamun, Genta yang merasakan elusan di rambutnya berhenti lantas membuka matanya, dan Genta melihat Qila yang melamun.

"Kenapa?" tanya Genta.

Seperti tersengat, lalu Qila kembali tersadar ke dunianya.

Qila menunduk, lalu menatap Genta, "gak pa pa."

"Bohong, terus ngapain kamu kaya khawatir gitu?"

"Aku juga gak tau Gen, entah kenapa aku ngerasa sesuatu yang buruk bakalan terjadi, firasat aku gak enak Gen." Jujur Qila.

"Qil, jangan ngomong kaya gitu, ucapan adalah do'a, apapun yang terjadi nanti, entah itu baik atau pun buruk, semuanya udah jadi takdir kita, dan aku yakin di setiap kejadian itu pasti ada hikmahnya." ujar Genta, yang mendapat respon senyuman lebar dari Qila.

Dengan tangan kecilnya, Qila mengelus rahang Genta, "hilih, sejak kapan kamu jadi bijak gini?

°°°

Keesokan harinya, waktu sore hari, Daniel memutuskan untuk bermain ke rumah Genta bersama Arvin tentunya.

Mereka berdua keamanan rumah Genta, berniat untuk menemani Genta yang mungkin kesepian karna di rumah sendirian.

Sebenarnya itu hanya alasan konyol Daniel. Mau sesepi apapun, Genta sudah biasa. Lagian Genta malah lebih senang ketika sendirian, karna ia akan merasa tenang.

Tapi entahlah, melihat kedua temannya yang nampak sumringah, Genta enggan untuk menyuruh mereka berdua pulang.

"Maen basket yu!" ajak Daniel, kepada kedua temannya itu.

"Ayo, dah lama gak maen." timpal Arvin.

"Lo?" Tanya Arvin mengarah ke Genta.

"Oke, Skuy!" Baru saja Genta akan melangkah, tiba-tiba saja ponsel milik Genta berdering, dan terpampang nama Papah di sana.

Time With You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang