"Ketika kita sudah mengira bahwa dia memang benar-benar menjadi tempat yang tepat untuk menetap, namun kenyataan berkata lain, ternyata dia hanya sekedar singgah lalu meninggalkan bekas luka yang begitu dalam, bukankah itu sakit?"
_Aqilla Pandhita_
☁☁☁☁☁
Lemah. Kata itu lah yang Qila rasakan. Dirinya selalu saja lemah bila berurusan dengan masalah hati. Entah sudah berapa kali ia menguatkan hatinya, namun tetap saja rasa takut terus menggorogoti dirinya.
Mencoba berdamai dengan masa lalu? Tentu saja, Qila sudah melakukannya sejak lama. Mencoba memaafkan setiap kesalahannya, melupakan kenangan bahagianya hingga pahit, mengikhlaskan rasa tulusnya, bukanlah suatu hal yang mudah.
Ketika kita sudah mengira bahwa dia memang benar-benar menjadi tempat yang tepat untuk menetap, namun kenyataan berkata lain, ternyata dia hanya sekedar singgah lalu meninggalkan bekas luka yang begitu dalam, bukankah itu sakit?
Sakit. Bahkan sangat sakit.Tapi untung saja, Qila mempunyai keluarga dan para sahabat yang selalu ada untuknya, yang selalu setia untuk memberikan kekuatan bagi Qila untuk melupakan rasa sakit dimasa lalunya.
Rasa sakitnya memang hilang, tapi bekas nya masih ada. Rasa ragu, takut begitu mendominasi.
Qila hanya takut untuk memulai. Memulai semuanya dari awal dengan rasa yang ada kepada orang yang berbeda."Ternyata gue emang selemah ini." Batin Qila dalam hati, meringis akan kenyataan.
Raga Qila memang tetap ditempat, namun pikirannya sudah melayang kemana-mana.
"Qil." Tegur Nara, yang sedari tadi memerhatikan Qila yang hanya diam, mematung.
"Hm." Gumam Qila pelan.
"Qil, lo kenapa sih?" Tanya Nara yang merasa aneh pada Qila, sudah beberapa hari ini Qila lebih terlihat diam.
"Gak kenapa napa kok." Elak Qila, sambil mengaduk-aduk syomay yang ada di piringnya, tanpa ada minat untuk memakannya.
"Cewek gitu ya, bilang nya gak pa pa, tapi aslinya ada apa-apa, lo pikir gue gak tau?" Sarkas Daniel.
"Hah?" Qila tergagap mendengar ungkapan Daniel, "Apaan sih, emang gue gak kenapa-napa kok." Ujar Qila, mencoba menyangkal perkataan dari Daniel.
"Lo kira gue buta, tanpa lo cerita gue udah tau, lo lagi ada masalah, iya kan?" tuntut Daniel, sambil menatap lekat mata Qila.
"Enggak." Kekeh Qila. Qila masih belum siap untuk menceritakan semuanya kepada sahabatnya. Tentang Genta yang selalu terlintas dibenaknya beberapa hari ini, dan beberapa hari berlalu juga tepatnya setelah kejadian Genta menyatakan perasaannya kepada Qila, Qila lebih memilih menjauh dari Genta. Qila masih gugup apabila melihat Genta, dan Qila juga merasa sakit.
Ketika kita mempunyai perasaan yang sama, sedangkan trauma masa lalu malah datang menghantui pikirannya, lalu menghancurkan segalanya.
"Yaudah terserah lo, apapun masalah lo semoga cepet selesai, gue ngerasa nggak berguna banget jadi sahabat lo, apa lo nggak percaya ama gue?" Tanya Daniel.
"Iya, gak boleh ngomong gitu, gue percaya kok sama kalian semua." Jawab Qila sambil melihat ke arah Nara, Davina dan Daniel. "Tapi, untuk masalah ini gue masih belum siap buat cerita." Lanjut Qila.
"Oke, gue tunggu. Jangan di pendem sendiri, nanti lo stress, terus lo nanti kena darah tinggi, terus lo mati, nanti lo malah ngerepotin semua orang, intinya jangan pernah ngerasa sendiri." Ujar Daniel, seperti biasa sosok Daniel memang tidak jauh dari kata kocak dan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time With You [ END ]
Teen FictionNote : Cerita ini Hanyalah Fiktif, tidak ada unsur bahkan tokoh nyata di dalamnya! Mohon maaf apabila ada kesamaan baik itu nama tokoh ataupun nama sekolah, itu tidak di sengaja') °°° Aku mudah merasakan, tapi sulit menyatakan. Aku mudah mengharapka...