Happy Reading♡
-----------
"Apakah ini benar-benar akhir kisah ku dengan dia? Kenapa kisah ku selalu berakhir dengan kesedihan?"
°°°
"Ngapain lo nyuruh kita kumpul disini?" tanya Arvin pada Genta yang sedang menatap lurus memandang pahatan gedung tinggi yang indah.
Arvin dan juga yang lainnya diminta untuk kumpul di Rooftop oleh Genta.
Genta lantas berbalik, lalu menatap mereka yang juga sedang menancapkan atensinya terhadap Genta.
"Ada suatu hal yang mau gue ungkapin." Dingin Genta, mencoba untuk mencari kata yang pas.
"Apa? Penting gak? Kalo enggak gue mau balik ke kantin nih, laper." melas Daniel, sambil memegang perutnya.
"Penting buat gue, tapi gak tau buat kalian."
Yang lainnya dibuat bingung akan kelakuan Genta yang bisa dibilang sangat dingin dan kaku itu.
"Yaudah, ngomong aja!" ujar Mika.
Disisi lain, Qila sedang menahan mati-matian rasa kesalnya terhadap Genta. Jadi sedari tadi, Qila hanya diam, tanpa mau ikut berbicara, seolah ia Tek peduli.
"Gue bakal pergi, selamanya." singkat Genta.
Semuanya masih belum bisa mencerna perkataan Genta.
"Astaghfirullah, Lo mau pergi ke Rahmatullah? Gila, emang udah punya banyak amal lo?" celetuk Daniel, lalu menatap heran ke arah Genta.
"Bukan tolol!" geram Genta, niat hati sudah ingin berbicara serius, namun ada saja makhluk aneh yang selalu merusak suasana.
"Yaudah, jelasin Gen, ngomong jangan setengah-setengah!" ucap Arvin, yang berhasil disetujui oleh semuanya.
"Gue tau ini ngedadak banget, tapi ya mau gimana lagi, gue juga bingung ngomong ke kaliannya mulai dari mana, sumpah gue bingung. Jadi, gue bakalan pergi, ke Kanada, ikut bokap gue. Sebenernya gue juga gak mau, karna dunia gue ada di sini, gue udah terlanjur nyaman sama kalian, gue gak mau ninggalin kalian semua, apalagi dia." lirik Genta pada Qila pada saat mengungkapkan kata dia.
"Tapi, kalian juga pasti tau, kalau papah itu segalanya buat gue, gue gak bisa nolak keinginan dia. Buat kalian, makasih udah bareng-bareng sama gue, makasih karena udah selalu ada buat gue." lanjut Genta, sambil menatap satu-satu sahabatnya, dan pandangan Genta berakhir dengan menatap Qila.
Mereka semua masih diam, tidak tau harus mengucapkan apa, semuanya terasa begitu mendadak.
Qila hanya bisa menatap kosong ke arah Genta.
"Serius Gen? Berapa lama lo di Kanada?" tanya Mika.
"Kan gue tadi udah bilang, selamanya." ucap Genta tanpa ragu.
"Kapan lo berangkat?" tanya Daniel.
"Besok."
"HAH?!" teriak semuanya kompak, kecuali Qila yang hanya bisa diam, mulutnya bahkan terasa kelu untuk mengeluarkan satu kata pun.
Mendengar jawaban Genta, cukup sudah membuat hati Qila hancur. Dia sangat kecewa, kenapa Genta tidak memberitahunya jauh-jauh hari? Setidaknya Qila tidak akan se shok ini. Tanpa berbicara apapun, Qila segera menuruni Rooftop, dirinya sekarang sungguh tidak kuat.
Melihat itu, lantas Genta segera mengejar Qila.
Hati Qila sungguh sangat sakit, apakah sekarang ia harus merasakan kehilangan lagi? Mengapa semesta sungguh tidak adil. Mengapa semesta seolah menjauhkan Qila dari kebahagiaan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Time With You [ END ]
Teen FictionNote : Cerita ini Hanyalah Fiktif, tidak ada unsur bahkan tokoh nyata di dalamnya! Mohon maaf apabila ada kesamaan baik itu nama tokoh ataupun nama sekolah, itu tidak di sengaja') °°° Aku mudah merasakan, tapi sulit menyatakan. Aku mudah mengharapka...