16.Melupakan

97 31 0
                                    


"Hal yang paling menyakitkan ketika melupakan adalah ketika kamu harus melupakan seseorang yang bahkan tidak pernah kamu miliki"

☁☁☁☁☁

Fely terlihat sedang berjalan di koridor untuk pulang,dilihatnya tepat tidak jauh didepannya terlihat Ersya yang sedang berjalan menuju ke arah parkiran,lantas Fely dengan segera mengikuti langkah Ersya.

Ketika Ersya sedang memakai jaketnya,dengan gerakan cepat Fely menghampiri Ersya.

"Sore kak" Ucap Fely disertai senyum manis andalannya.

"Sore" Balas Ersya

"Emm kak,aku boleh minta tolong gak?"

"Boleh,tolong apa?"

"Jadi papa aku gak bisa jemput,boleh gak kalau kak Ersya anterin aku pulang?"

"Emm,gimana ya" Ersya mencoba berpikir untuk mencari alasan yang tepat untuk menolak,pasalnya dia hari ini sedang malas untuk bepergian selain pulang kerumahnya.

Seketika raut wajah Fely berubah menjadi sendu,lebih tepatnya dia mulai berdrama sekarang."Yahh,gak bisa ya?yaudah ka-"

"Ehh bisa bisa,oke ayo gue anterin"

"Yeay makasih kak maap ngerepotin"

"Iya,sans aja"

Setelah itu Fely naik ke motor sport hitam milik Ersya,dengan dibantu oleh Ersya.

"Udah?" tanya Ersya.

"Udah kak,tapi sebelumnya aku boleh gak pinjem punggung kakak,soalnya aku ngantuk". Ucapnya dengan nada yang dibuat manja.

" ck,ribet"Batin Ersya.

"Terserah".

Lantas dengan senang hati Fely mengeratkan tangannya pada pinggang Ersya.

Ternyata bukan hanya mereka berdua saja yang ada diparkiran,terlihat sedikit jauh disana ada Genta yang sedang memperhatikan keduanya.

Genta hanya bisa membuang nafasnya kasar
" huft,mungkin keputusan gue untuk mundur saei lo itu udah keputusan paling tepat."Batin Genta.

Di gerbang terlihat Qila yang sepertinya sedang menunggu jemputan,ketika motor milik Ersya sudah dekat dengan posisi Qila,lantas dengan sengaja Fely lebih mengeratkan tangannya pada Ersya dan menyenderkan kepalanya pada punggung Ersya.

Ersya yang melihat Qila,lantas segera memutuskan kontak matanya,karena mungkin Ersya masih kecewa atas kejadian kemarin terhadap Qila.

Sebenarnya Ersya juga masih ragu ketika harus mencampakan Qila,karena pada saat itu hanya rasa kecewa dan marah yang lebih mendominasi,sehingga Ersya tidak mampu berpikir jernih dan mengendalikan dirinya.

Hati berkata ingin memiliki,tapi melihat satu kesalahan saja dia sudah pergi dan lebih memilih untuk meninggalkan seseorang yang dia sebut cinta.

Apakah itu yang dinamakan cinta?atau hanya sekedar kata tanpa rasa?bukankah cinta itu saling menyempurnakan satu sama lain?

Tak terasa motor Ersya sudah sampai didepan rumah Fely.

" makasih kak"Ucap Fely

"Iya sama-sama"

"Mau mampir dulu gak?"

"Emm enggak deh kayanya,lain kali aja ya"

"Ohh oke"

Fely lantas berjalan,tapi sebelum Fely jauh,Ersya mencekal pergelangan Fely.

Dengan gerakan spontan Fely membalikan tubuhnya kearah Ersya.

Time With You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang