Dizzi sampai diruang penyiksaan. Disana ia melihat Sarah masih terduduk lemas dengan tali yang mengikatnya, jangan lupakan juga luka luka yang berada ditubuhnya.
"Selamat pagi"sapa Dizzi didepan Sarah yang masih menunduk.
Mendengar suara Dizzi membuat Sarah mendongakkan kepalanya dan matanya tepat menatap wajah cantik Dizzi namun sayang sifat cantiknya hanya kamuflase dari sifat psikopatnya.
"Kenapa kau tak menjawab ku sialan"ucap Dizzi geram seraya mencengkram kedua pipi Sarah lalu mendongakkannya hingga ia dapat melihat dengan jelas raut kesakitan diwajah penuh luka tersebut.
"Shshh...."ringis Sarah karena luka dipipinya dicengkram kuat, bahkan kuku panjang Dizzi menancap dipipinya.
"Sakit? Tapi menurutku ini kurang menyakitkan untukmu"ucap Dizzi disertai senyum miringnya. Dizzi melepas cengkraman tangannya pada pipi Sarah dengan kasar hingga kepala Sarah terhempas kesamping.
Dizzi berjalan kearah laci disebelah lemari, ia mengambil satu botol Vodka serta lemon tak lupa satu pisau. Setelah mengambil apa yang ia inginkan, Dizzi kembali berjalan kearah Sarah berada.
"Ini pasti akan seru"ucap Dizzi pelan namun sarat akan kebahagiaan yang amat membuncah.
"Kau tau? Hari ini aku amat bahagia karena setelah sekian lama aku bisa bermain-main lagi dengan mangsa ku"desis Dizzi tegas dan berjalan memutari Sarah sambil memainkan botol Vodka ditangannya.
"Hei tak usah takut begitu. Ini memang menyakitkan untukmu tapi menyenangkan untukku"ucap Dizzi pelan ditelinga Sarah, membuat bulu kuduknya berdiri serta tubuhnya meremang.
"Kau mau mulai sekarang atau nanti?"tanya Dizzi menatap Sarah dengan jari telunjuk berada di dagu Sarah agar mendongak.
Sarah hanya menggeleng, ia tidak mau sekarang maupun nanti. Tapi itu malah membuatnya memberikan pilihan pada Dizzi.
Dizzi tersenyum miring juga sedikit memiringkan kepalanya sambil membuka tutup botol Vodka yang berada ditangannya.
"Baiklah jika kau tak memilih maka akan kupilihkan...."jeda Dizzi kembali berjalan memutari Sarah ".... dan aku memilih sekarang"lanjut Dizzi sambil menyiram Sarah dengan satu botol Vodka tersebut.
"Akhh..... Sakit!!!!"teriak Sarah akibat air Vodka tersebut mengenai luka sayatan serta luka bakar yang ada ditubuhnya.
"Kau sakit aku suka"desis Dizzi disertai tawanya yang menggelegar.
Sarah terus menerus berteriak kesakitan namun tak Dizzi hiraukan malahan ia memotong lemon yang ia bawa menjadi dua bagian.
"Ini akan jauh lebih nikmat"ucap Dizzi memeras lemon tersebut hingga mengeluarkan air lemon dan itu mengenai pipi Sarah yang terdapat luka sayatan yang awalnya sudah kering jadi mengeluarkan darah lagi akibat cengkraman Dizzi yang terlalu kuat.
"Arghhh.... Bun.... Nuh..... Akuuu!!!!!..... Arghhhhhhh..... Sakittttt!!!!!"teriak Sarah lebih keras sampai mengeluarkan air matanya.
"Tidak secepat itu. Itu terlalu mudah untukmu"ucap Dizzi menjambak rambut Sarah kuat.
"Oke oke karena aku masih sedikit memiliki hati maka dengan senang hati aku akan memenuhi permintaanmu yaitu mati" desis Dizzi tajam serta menekan kata 'mati'.
Dizzi mengambil pisau lipat kesayangannya dari dalam lemari "sudah lama kau tak meminum darah Quen, maka kini aku sudah menyiapkan makanan untukmu"ucap Dizzi mengelus pelan pisaunya yang dia beri nama Quen.
Ia kembali berjalan kearah Sarah dan langsung menusuk perut Sarah berkali kali hingga terdengar erangan yang lebih memekakkan telinga namun itu berlaku sesaat karena akhirnya suara itu melemah dan akhirnya hilang, yang berarti Sarah sudah 'melayang'.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen
Teen FictionJudul awal 'A'dizzi' dan 'zaf&zzi' aku ubah karena bukan kehidupan sigadis doang dan terlalu klise judulnya. Gadis berusia 16 tahun dengan sejuta rahasia , sudah S2 di Spanyol pada umur 15 tahun namun harus terjun SMA atas perintah daddynya Akibat...