thirty two

117 15 0
                                    

ADA ADEGAN KEKERASAN, KATA KATA KASAR JADI.. MOHON KEBIJAKANNYA.

~~•~~

"tidak, lagian kan aku hanya....















memanfaatkannya" -jean.

Aku diam sambil berusaha untuk mencerna perkataan jean pada karin, jadi... selama tiga bulan ini di hanya memanfaatkan ku? Hebat ya... Sungguh hebat.

Kakiku entah kenapa ingin sekali masuk ke dalam ruang musik itu, pikiranku sekarang kosong, bagian dadaku sesak entah kenapa alasannya.

Kubuka pintu ruang musik perlahan, yang pertama kulihat ialah karin sedang mendekatkan wajahnya pada jean, hanya beberapa centi lagi bibir mereka bertemu.

Dan benar saja karin mencium jean tepat di bibirnya, pemandangan yang indah bukan?, nafasku mulai tidak beraturan, mereka belum menyadari bahwa ada aku yang sedang menatap ke arah mereka. Mulutku terbuka sedikit tapi tak bisa karna jean sadar akan kedatanganku.

Kedua mata yang selalu menatapku dengan lembut itu membulat saat melirik ke arahku, aku masih diam di tempat.

Mereka sudah melepaskan tautan panas tadi, karin menatapku dengan senyum ejeknya. Bibir jean terbuka, dan saat itu pula aku mendengar suaranya.

"y-y/n"

Sedari tadi air yang kutahan mulai turun perlahan melewati pipiku, dengan cepat kakiku melangkah pergi dari ruang musik, entah kakiku akan membawaku kemana. Kuabaikan suara jean yang terus memanggilku dari belakang.

Belakang sekolah..

Hanya itu yang ada di pikiranku sekarang, aku berlari ke arah yanh ingin kukunjungi. Sedari tadi ada langkah kaki yang terus mengikutiku, aku tau itu pasti jean sedang mengejarku.

Sampai di belakang sekolah aku dikejutkan oleh nami-san dan hera sedang dduduk dengan tenang, mereka menyadari jika aku sedang menahan tangisku agar tidak keluar.

Nami-san dan hera langsung berdiri dari tempat duduknya lalu menatapku dengan tatapan iba dan tanda tanya.

"kau kenap---" perkataan hera terhenti saat melihat jean dan karin datang dari arah belakangku, mereka yang tau jika aku dan jean pacaran langsung mengerti dengan keadaan sekarang.

"kau berbuat apa padanya? " tanya hera.

Nami-san melirik sinis ke arah karin yang masih tersenyum mengejek ke arahku, aku ada di belakang mereka berdua.

"are? Kami hnya memanfaatkan y/n untuk umpan, tadinya aku akan memberikan y/n pada om om tajir" karin tertawa kecil sambil melihat ke arahku.

Secara bersamaan hera dan nami-san mengepalkan tangannya dengan kuat.








"sou, kenapa kau tidak bawa saja sekarang? " tanya nami-san

Aku terkejut karna ucapannya, entah apa maksudnya itu. Aku menatap nami-san yang sedang tersenyum sinis ke arah karin, sedangkan hera sedang menggelengkan kepalanya sambil tersenyum juga.

"iya.. Aku akan membawanya sekarang" ucap karin sambil menggenggam tanganku, dan menariku entah kemana.

Saat karin baru saja mau membawaku masuk ke gedung sekolah, tiba tiba rambutnya ditarik oleh hera ke arah lapangan.

Ini masih pagi jadi kepala sekolah maupun sebagian besar guru belum datang, jadi bisa saja tidak terkena hukuman.

Nami-san menyuruhku untuk ikut bersamanya ke lapangan, hera masih membawa karin dengan tangan yang menarik keras rambut merah karin.

My School, My Problem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang