Deofano :: Duapuluh Sembilan

3.3K 238 12
                                    

Malam hari merupakan malam yang Fano tunggu-tunggu kedatangannya. Selain karena ia akan bertemu Dera setelah sekian tahun berpisah, Fano juga ingin acara mereka cepat selesai.

Untung saja waktu terasa begitu cepat berlalu. Fano juga telah datang usai mengantarkan Affra pulang. Arkha masih membereskan sisa-sisa acara. Meski hanya acara sederhana, tetap saja membersihkannya adalah hal yang paling melelahkan. Bahkan Affra serta dua sahabat Fano turut membantu membersihkan.

Nada dan Darel sedang membersihkan badan sekarang. Mereka telah menceritakan rencana ini pada Darel. Dan Darel setuju-setuju saja meski awalnya sempat tak percaya.

Setelah beristirahat sejenak, mereka akhirnya berangkat menuju tempat pertemuan. Dikarenakan ini juga menyangkut masalah pribadi, Dera mengajak Arkha untuk bertemu di rumah baru mereka. Dan ternyata lokasi rumah baru Dera tak sejauh yang mereka bayangkan sebelumnya. Arkha cukup terkejut sekaligus merasa senang di saat yang sama. Sedangkan Fano hanya diam saja.

Ia senang, tentu saja. Mengingat semesta kini memperdekat jarak mereka. Namun ia merasa cemas di saat yang sama. Apa hanya karena ingin memberitahu alasan itu Dera ikut mengundangnya? Kalau memang begitu, harusnya Fano tak datang saja. Masih ada Arkha yang bersedia menceritakan semua yang wanita itu katakan padanya.

Sungguh, Fano tak bisa percaya begitu saja saat Arkha mengatakan bunda juga ingin bertemu dengannya. Ini hanya akal-akalan cowok itu saja atau memang benar adanya? Kepala Fano penuh dengan spekulasi-spekulasi sekarang. Ia bahkan tak sadar saat Arkha menyuruhnya segera memakai jaket. Baru sadar ketika saudara kembarnya itu menarik lengannya.

Yang Fano harapkan saat ini hanyalah satu. Semoga bunda benar-benar menerima hadirnya kembali.

☘☘☘

"Kalau kamu nggak siap, nggak pa-pa. Masih ada banyak waktu. Aku bisa hubungi Arkha sekarang." Suami Dera tentu saja merasa aneh saat Dera bilang akan mengutarakan semuanya malam ini.

Setelah hampir 10 tahun berlalu mengapa baru sekarang?

Hal yang semua orang pertanyakan sejak lama.

Dera menggeleng sambil merapikan sofa baru mereka. "Cepat atau lambat, mereka harus tahu, Mas. Apa pun akibatnya nanti, harus aku terima. Ini salahku, bukan salah mereka. Aku juga yang harus menanggungnya. Sekalipun itu sulit banget buat aku."

"Sangat sulit sampai butuh waktu hampir 10 tahun buat kamu ngaku?" Dera mengangguk.

"Selama itu aku terus memikirkannya. Memilih jujur atau membiarkan Arkha tumbuh tanpa tahu apa-apa. Bahkan mungkin ikut membenci Ayahnya. Aku salah banget. Dan untuk menebus itu semua, aku bersedia menanggung apa pun akibatnya."

Suami Dera memeluk Dera dari belakang. "Kamu masih punya aku. Tenang saja."

☘☘☘

Arkha memandangi rumah di depannya dengan pandangan sulit diartikan. Sedangkan Fano di sampingnya terdiam. Setelah memarkirkan motor Fano, Arkha hanya diam saja. Menunggu Dera membukakan pintu untuk mereka. Entah kenapa perasaan cemas mulai Arkha rasakan. Jujur saja, ia juga takut. Takut kalau ternyata Fano tak diterima. Takut jika semua ini adalah permainan Dera untuk membuat Fano semakin jauh darinya.

Diam-diam Arkha melirik Fano yang diam saja dengan pandangan tertunduk. Arkha tahu, adiknya itu merasa takut dan cemas di saat yang sama. Melihat Fano memilin tangannya bahkan mulai memainkan Jemari-jemarinya, Arkha segera bertindak. Ia langsung merangkul Fano. Mengusap pelan punggungnya.

"Nggak akan terjadi apa-apa. Percaya sama gue."

Fano ingin mengangguk tapi entah mengapa rasanya susah sekali. Fano merasa terlalu cemas saat ini. Berbagai macam spekulasi buruk muncul satu per satu dalam kepalanya.

Deofano (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang