Deofano :: TigaPuluh

3.5K 239 11
                                    

Arkha hanya bisa tersenyum saat Fano terlihat menahan malu disuapin sang bunda. Dalam hati merasa bahagia karena ternyata anggapannya selama ini salah. Ia kira bunda ikut membenci Fano dengan tidak memerhatikan anak itu. Tapi ternyata salah. Selama ini, bunda selalu mengetahui kabar Fano. Diam-diam menangisi anak itu. Diam-diam juga memandangi foto kedua anaknya.

Semuanya baru Arkha ketahui beberapa menit yang lalu. Setelah Antonio mempersilakan mereka masuk dan Dera sedang memanjakan Fano dengan berbagai hidangan, Antonio menceritakan semua fakta itu padanya. Fakta bahwa diam-diam Dera masih menyayangi anak kembarnya. Tentu saja awalnya Arkha tak percaya, tapi setelah melihat bukti yang Antonio beri padanya, Arkha baru percaya.

Diam-diam ayah tirinya itu juga mengabadikan momen di saat Dera diam-diam mendengarkan percapakannya dengan Fano ditelfon.

Tapi satu hal yang masih Arkha bingungkan. Jika memang rasa sayang itu masih ada, mengapa Dera susah sekali memberinya ijin pergi menemui mereka? Jika alasannya hanyalah takut Arkha tersakiti, itu sama sekali tidak menjamin. Arkha sudah membuktikan hal tersebut karena nyatanya Darel memperlakukannya sama baik seperti Darel memperlakukan Fano. Tak ada sedikit pun bentuk pengecualian pada Arkha. Darel menerima dan merawatnya dengan baik dua minggu kemarin.

Saat Arkha bertanya kepada Antonio, pria itu hanya tersenyum sambil mengatakan bahwa yang berhak menjawab itu semua adalah Dera. Ia juga sebenarnya ikut andil dalam hal ini, tapi ia tak ingin mencampuri urusan antara sang istri dan anaknya. Antonio hanya bisa memberi pengertian kepadanya Arkha, bahwa hanya Dera yang bisa menjawab semua pertanyaannya.

Lalu beberapa saat setelah itu, Dera mulai serius. Fano kembali duduk di sampingnya. Merasa kembali cemas setelah rasa bahagia menyelimuti hatinya.

"Bunda tahu, cepat atau lambat kalian pasti akan menanyakan hal ini." Dera menatap Antonio sejenak, berusaha menguatkan hati. Sedangkan Antonio hanya bisa mengangguk, mempersilakan Dera untuk berbicara.

"Tentang alasan perceraian kami dan mengapa Bunda membawa pergi Arkha selama itu. Bunda minta maaf, karena mungkin setelah ini perasaan kalian pada Bunda berubah. Bahkan bisa membenci Bunda, Bunda tak masalah. Kalian harus mengetahui semuanya segera." Fano dan Arkha diam saja, mendengarkan secara seksama.

Dera menghela napas dalam, mengembuskannya perlahan. Wanita itu meremat jemarinya yang kemudian digenggam oleh Antonio. "Bunda selingkuh. Jauh sebelum kalian ada."

"Perlu kalian tahu, Bunda dan Ayah kalian saat itu menikah karena dijodohkan. Lebih tepatnya Ayah kalian yang meminta kami dijodohkan sebelum Nenek-Kakek kalian meninggal. Kami menikah setelah beberapa bulan mereka meninggal. Dan mungkin kalian sudah bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Bunda selingkuh.

"Mengapa Bunda selingkuh? Karena Bunda sama sekali tidak mencintai Ayah kalian. Setidaknya bagi Bunda, pernikahan kami hanya sebatas paksaan. Selama menikah, Bunda masih berhubungan dengan kekasih Bunda saat itu. Ya, Antonio merupakan kekasih Bunda sejak Bunda lulus kuliah, sebelum pernikahan itu ada. Sampai akhirnya kalian hadir di tengah-tengah kami. Tentu saja kalian anak kandung Bunda dan Ayah kalian. Bunda berhenti berhubungan dengan Antonio sejak adanya kalian. Dengan harapan cinta itu tumbuh karena hadirnya dua orang anak."

"Tapi Bunda salah. Sampai usia kalian tiga tahun, rasa itu sama sekali tidak tumbuh. Bunda kembali berhubungan dengan Antonio. Sampai akhirnya, hubungan kami diketahui oleh Ayah kalian ketika kalian baru saja berumur delapan tahun. Dia marah besar mengetahui selama itu Bunda mengkhianatinya. Bunda salah karena saat itu, Bunda ikut marah dan terus menyalahinya. Hingga akhirnya, Bunda memutuskan untuk pergi dan membawa salah satu dari kalian. Bunda pergi jauh hanya karena menghindari rasa bersalah. Bahkan Bunda berniat untuk membuat Arkha membenci Ayahnya. Bunda melarang Arkha pergi menemuinya karena yakin, saat Arkha pergi menemui kalian, saat itulah Bunda kehilangan Arkha."

"Bunda minta maaf. Ayah kalian nggak pernah salah. Bundalah yang sangat salah di sini. Maafkan bunda."

Tangan Arkha terkepal sepanjang Dera menceritakan semuanya. Sungguh demi apa pun Arkha tak pernah menyangka akan seperti itu ceritanya. Selama ini, Arkha memang tidak menyadari apa pun. Bahkan hampir termakan omongan buruk Dera tentang ayahnya. Padahal nyatanya, wanita itulah yang paling bersalah di sini. Pintar sekali Dera memainkan perannya.

Arkha sungguh kecewa.

Demi apa pun, ia kecewa. Jauh lebih kecewa dibanding saat pertama kali wanita itu meminta ijinnya untuk menikah lagi. Jauh lebih kecewa dibanding saat Darel baru saja mengutarakan keinginannya untuk menikahi kekasihnya.

Tak tahukah Dera jika selama ini Arkha begitu memercayainya? Percaya bahwa ialah yang paling terluka lantaran perpisahan mereka. Tahukah Dera saat itu Arkha bahkan tak sekali pun memikirkan bagaimana Darel? Bagaimana perasaan pria itu ketika tahu wanita yang selama ini dipercayainya ternyata begitu tega mengkhianatinya selama itu? Pantas saja jika Darel marah besar hari itu. Arkha sendiri tak bisa membayangkan betapa sakitnya.

Arkha memandangi Dera yang saat ini tengah menangis. Jika saja wanita di depannya itu bukan orang yang susah payah melahirkannya, Arkha sudah berteriak mengutarakan emosinya sejak tadi. Dan jika saja Fano tak lekas memegang dan mengusap punggungnya, Arkha mungkin sudah pergi dari sana sejak wanita itu menyudahi ceritanya.

"Aku nggak tahu harus bilang apa lagi. Yang jelas, aku sangat-sangat kecewa. Dari awal, Bunda yang salah tapi Bunda selalu memperlihatkan bahwa yang paling terluka di sini adalah Bunda. Aku nggak pernah menyangka." Arkha bangkit berdiri, disusul Fano yang masih diam saja.

Tanpa mengatakan apa pun, semua orang di sana tahu, Fano juga terluka. Terlihat jelas dari matanya yang berkaca-kaca.

Arkha bersiap pergi sembari menggenggam erat tangan Fano. "Aku butuh waktu buat mencerna semua ini. Tolong kirim semua dokumen Arkha ke rumah Ayah, Arkha akan tinggal di sana sementara waktu. Arkha juga bakal pindah ke sekolah Fano. Bunda jangan hubungi Arkha dulu. Arkha butuh waktu, yang pastinya nggak sebentar," ucapnya sesaat sebelum melangkah keluar.

Cowok itu melangkahkan kaki lebar-lebar. Bahkan Fano kesulitan sekedar menyamakan langkahnya. Gerakannya serba tergesa-gesa. Terlihat jelas bahwa ia tak ingin menginjakkan kaki lebih lama di sana. Arkha hanya merasa terlalu kecewa. Ia seperti dikhianati oleh wanita yang paling ia percaya. Jelas rasa sakit perlahan merambat ke hatinya, membuat sesak setiap kali ia menghela napas.

Tak bisa terbayangkan bagaimana sakit yang waktu itu Darel rasa. Bukannya meminta maaf, wanita itu malah menambah rasa sakit Darel dengan pergi begitu saja. Arkha yang hanya membayangkan, tergambar jelas bagaimana sakitnya. Pantas saja butuh waktu yang sangat lama untuk Darel menemukan pengganti Dera. Pasti sulit sekali rasanya.

Baru saja merasakan bahagia karena ternyata Dera menerima adiknya, kini rasa kecewa dan sakit yang lebih terasa.

Mengapa semesta bisa dengan mudah membolak-balikkan perasaannya?

Mengapa semesta bisa dengan mudah membolak-balikkan perasaannya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A/N

Siap-siap. Satu atau dua part lagi endingnya. Semoga kalian terhibur atau pun kecewa dengan kisah ini nanti. Terima kasih banyak.

26*05*20

Deofano (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang