Fano belum pernah merasakan hebatnya kehilangan, sebelumnya. Hidupnya terasa sempurna beberapa tahun yang lalu. Ayah yang hangat, ibu yang perhatian, saudara kembar menyebalkan namun ia sayang. Semuanya terasa sempurna.
Sebelum badai itu datang. Me...
Setelah kejadian mengejutkan itu, Arkha benar-benar memutus kontaknya dengan Dera. Kontak Dera dan juga Antonio Arkha blokir sejak kemarin.
Sangat sulit bagi Arkha menerima fakta itu. Berbeda dengan dirinya meski sama-sama kecewa. Fano berusaha memahami alasan Dera. Tak mudah untuk Dera melalui ini semua. Kendati rasa kecewa tetap ada, Fano mencoba meredam egonya dengan tidak serta merta menyalahkan wanita itu. Pasti ada alasan di setiap tindakan yang ia lakukan. Fano tak ingin kembali kehilangan momen bersama Dera. Ia akan memanfaatkan waktu yang ia punya, walaupun semua tak akan lagi terasa sama.
Tidak ada salahnya menerima Dera, memaafkan wanita itu. Toh, Darel sekarang baik-baik saja. Fano membicarakan hal ini kepadanya semalam. Darel merasa tak apa. Memang, di awal terasa sangat menyakitkan. Darel merasa menyesal menikahi orang yang salah. Namun ia juga akan salah jika terus menyalahi takdir. Darel tak bisa menyalahi aturan Tuhan. Garis tangan yang sudah Tuhan tetapkan. Sesakit apa pun, sekecewa apa pun, Darel harus rela mengikhlaskan.
Mendapat jawaban seperti itu dari sang ayah, lantas membuat Fano berpikiran hal yang sama. Semua yang telah terjadi sekali pun itu buruk, merupakan rencana yang Tuhan berikan. Akan sangat salah jika Fano terus menyalahkan wanita itu tanpa pernah mengerti alasan dibalik ia melakukannya. Fano memang kecewa, tapi bukan berarti ia harus membenci wanita yang melahirkannya bukan?
Untuk Arkha, Fano mencoba paham. Bagaimana pun, Arkha yang paling dekat dengan bunda. Ia dibesarkan oleh wanita itu, hidup begitu lama dengannya. Jelas saja Arkha tak bisa menerima kenyataan begitu saja. Ia butuh waktu yang tentu tidak sebentar. Sama seperti memahami ibunya, Fano juga berusaha memahami Arkha. Cukup beri ia pengertian sedikit demi sedikit. Tak perlu memaksakan kehendak atau Arkha akan lebih tak terkendali. Itu jauh lebih mengerikan.
Tapi sepertinya, bukan Arkha jika ia diam saja hanya karena masalah kemarin. Cowok itu kembali seperti semula. Berusaha tidak terlihat kecewa dengan banyak berbicara. Pagi ini saja meja makan heboh dengan celotehan tidak jelasnya. Mengomentari masakan yang Nada buat hingga menanyakan salah satu tamu undangan yang Darel undang kemarin.
Fano tidak habis pikir, ke mana perginya tampang sedih, kecewa dan frustasinya kemarin? Ke mana Arkha membuangnya? Cowok itu bahkan terlihat baik-baik saja. Meski semua orang yang ada di sana tahu, perasaan Arkha tidak baik-baik saja.
"Berisik, masih pagi," komentar Fano.
Arkha malah melemparkan tempe goreng yang telah ia gigit ke piring Fano. "Sirik aja lo."
Sarapan hari itu berjalan cukup menyenangkan. Di mana Darel dan Nada banyak mengisi obrolan mereka. Menceritakan apa pun yang telah mereka lalui bersama. Kendati ada rasa tak nyaman di hati Fano mengingat mereka menjalani hubungan di belakangnya, Fano tetap menikmati cerita mereka. Apalagi Arkha yang terus saja mengomentari setiap kali mereka membuka suara.
Fano merasa bahagia saat ini. Walaupun hatinya dan juga hati Arkha belum bisa sepenuhnya melupakan masalah kemarin, Fano tetap merasa bahagia.
Mengetahui Darel telah menemukan pasangan yang tepat untuknya, membuat rasa sakit karena pengakuan Dera sedikit demi sedikit mulai menghilang. Baik Fano maupun Arkha tahu, Darel benar-benar tak lagi mempermasalahkan Dera. Mereka bahagia dan memang seharusnya begitu dari sejak lama.
Meskipun tetap terasa sakit, yang paling penting adalah Darel bahagia saat ini. Bersama orang yang mencintai dan juga dicintainya, kembali bersama dua anaknya, semua itu sudah cukup bagi Darel. Tak perlu lagi mengingat masa lalu menyakitkan.
Karena masa lalu dibuat hanya untuk dikenang. Rasa yang dulunya sangat menyakitkan hanyalah sebuah bumbu dalam masakan yang lebih sempurna di masa yang akan datang.
Mereka bahagia meski masa depan belum jelas di mata mereka sekarang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.