Melvi duduk di kantin sekolah, ia duduk bersama kedua temannya. Para perempuan entah pergi kemana. Sedari tadi mereka tak melihat batang hidung gadis tersebut.
Karena bosan menunggu, Melvi meraih gelas es'nya. Belum sempat Melvi meminum, gelas di tangannya sudah di rebut gadis yang baru duduk di sampingnya."Dari mana?" tanya Melvi sembari menyeka keringat yang mengalir di pelipis istrinya.
"lari-lari, Mel. Tadi lagi ngejar kucing kawin." Melvi menatap heran istrinya.
"kenapa di kejar?"
"Masa ada kucing lagi kawin di belakang sekolah, sama Keyra di lempar gulungan kertas, Mel. Terus kata Keyra 'woyy pemerkosaan ini namanya, maksiat kok di tempat menimba ilmu’ gitu Mel, masa ceweknya satu kucing cowoknya dua," Melvi, Bintang dan Rio menatap Ava dengan wajah cengo.
"Keyra mana, Va?" tanya Rio saat tak melihat kekasihnya.
"Gak tahu, masih lari mungkin," jawab Ava santai, ia kembali meminum minuman Melvi. Tak sampai tiga menit ada dua gadis datang dengan napas ngos-ngosan.
"Ava bangsat ya, gue nyari lo kemana-mana tahu-tahu lo udah disini. Gue kira lo di cakar sama kucingnya," omel Fania kesal, Keyra sudah duduk di samping Rio.
Rio melihat wajah Keyra yang merah padam menggeleng pelan, ia mengambil tisu di meja kantin. Mengusap keringat Keyra pelan. Tanpa sadar ada beberapa pasang mata yang sedang memeperhatikan mereka.
Tatapan menggoda dari semua sahabatnya membuat Keyra mendengus kesal, apakah mereka tak pernah melihat orang lagi kasmaran? Ava masih terus menatp Keyra, sedangkan Fania sudah sibuk kegiatannya menggoda Bintang.
"Lo kenapa sih, Va? Iya gue cantik tapi gak gitu juga kali. Kan gue jadi deg-degan," ujar Keyra polos, Ava memukul punggung tangan Keyra dengan kasar lantaran kesal.
"Ava cantik-cantik kok kasar sih, nanti kalau anak lo bringas kayak Mamanya gimana?" bukan Ava yang kesal dengan ucapan Keyra namun Melvi, bagaimana tidak.
Kalau anaknya Ava otomatis yang menyumbang benihnya itu Melvi.
Tak mungkin Ava hamil tanpa Melvi, bisa bahaya kalau istrinya hamil sendiri tanpa suami."Anak Ava itu anak gue juga, Key." Ujar Melvi dingin.
"Kan gue doain anaknya Ava, Mel. Bukan anak elo," jawab Keyra tanpa rasa bersalah.
"Kan Ava istrinya Melvi bego," ujar Fania sembari mengaduk minumannya.
Ava mengacungkan dua jempolnya ke arah Fania, Keyra menatap kedua sahabatnya dengan sinis.~~~
Pada malam hari Ava duduk di depan ruang Tv rumah barunya, jujur ia merindukan kehangatan keluarga Bagaskara. Ia merindukan semua canda tawa di dalam rumah orang tuanya. Apalagi Riko, Ava sangat merindukan godaan dari abangnya.
"Kamu kenapa?" tanya Melvi yang baru duduk di samping Ava, tangannya menarik kepala Ava untuk bersandar di dada bidangnya. Lalu mengusap pelan rambut panjang istrinya.
"Ava kangen orang rumah, Mel." Ujar Ava pelan, Melvi mengerti apa yang di rasakan istrinya saat ini.
Gadis yang sangat manja tak mungkin bisa jauh-jauh dari orang tuanya, apalagi ini sudah satu bulan mereka tak berkunjung ke rumah Dimas.
"Besok kita ke rumah Papa, malemnya kita nginap disana." Tawar Melvi pengertian. Ava mengangguk dan tersenyum, beruntung sekali Ava mendapatkan suami seperti Melvi.
Selain tampan Melvi juga sangat pengertian. Entah kebaikan apa yang sudah di lakukan Ava di masa lalu sehingga Tuhan sangat baik kepadanya.
"Besok pagi Ava mau masak dulu ah, mau sombong ke Mama kalau Ava udah bisa masak. Walaupun," Melvi menunduk untuk mentap Ava, perkataan Ava yang di gantung membuat Melvi kepo.
"Walaupun apa?"
"Rasanya gak terlalu enak, kadang enak. Kadang juga hambar," Melvi tersenyum maklum, Ava masih pemula dalam hal masak-memasak.
"Aku yakin, semakin lama masakan kamu akan enak, Va. Kamu juga baru belajarnya, sekarang aja udah enak. Cuma kadang kurang garam" Ava mendengkus kesal, kehidupan Melvi terlalu banyak teka-teki.
Kadang sindiran dari Melvi hampir mirip seperti pujian, makanya Ava kadang tak bisa membedakan yang mana sindiran dan pujian.
~~~
Hari ini Melvi dan Ava datang ke kediaman Bagaskara, berkunjung ke rumah Dimas membutuhkan waktu tiga puluh menit dengan menaiki mobil. Jika naik motor bisa lebih cepat, tapi Melvi tak mau istrinya kehujanan nanti, cuaca yang tak mendukung membuat Melvi memilih roda empat daripada roda dua.
"Mama, anak gadisnya pulang nih, yuhuuu." Teriak Ava saat baru membuka pintu.
"Dek jangan teriak ih, kamu sama siapa?" tanya Lily yang baru turun dari lantai dua, Ava menatap mamanya sebelum menarik tangan Lily untuk salim.
"Sama suami Ava Mama, kok sepi pada kemana?"
"Papa di kamar, Kakak kamu lagi ada acara di luar. Kenapa? Kangen ribut?" tanya Lily dengan kekehan pelan, Ava nyengir lalu duduk di sofa ruang keluarga.
"Iya, Ma. Di rumah sepi banget cuma ada Ava sama Melvi. Apalagi melvi gitu, Mama tahu sendiri kan kalau menantu Mama itu gimana," Melvi mendengkus mendengar sindiran Ava, sedangkan Lily menggeleng pelan.
"Adek, kamu kapan datang?" tanya Dimas.
"Baru, Pa. Kok Papa sama Mama rambutnya pada basah?" tanya Ava polos, Melvi menepuk jidatnya pelan.
"Kamu gak pernah belajar Agama, Dek?"
"Ya belajar dong, Pa. Emang apa urusannya?" tanya Ava kepo.
"Jawab gih, Mel." Ujar Dimas sembari terkekeh, Melvi hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Abang kok gak balik-balik, ya?" keluh Ava pelan.
Ava dan Melvi duduk di ruang keluarga rumah Dimas, sedangkan Lily tengah memasak di dapur. Candaan yang di hadirkan Ava membuat Dimas tersenyum, sudah lama dia tak merasakaan hal ini.
"Assalamu'alaikum," salam seseorang yang baru masuk rumah.
"Waalaikumssalam,"
"Loh Mel, lo disini? Kesininya sama siapa? Sendiri?" tanya Riko, ia mendudukan tubuhnya di samping Ava.
"Abang ih, emang Ava gak kelihatan, ya?" keluh Ava sembari cemberut, tangannya ia lipat di depan dada.
Riko terkekeh pelan, ia menarik Adiknya ke dalam pelukan hangatnya. Mencium pelipis Ava beberapa kali.
"Abang kangen banget sama kamu,"
"Ava juga, Abang gak pernah main ke rumah baru Ava,"
"Maaf ya, Abang sibuk kuliah, Dek. Abang janji nanti kalau udah gak sibuk Abang main ke rumah kamu," Riko mengusap rambut coklat Adik kesayangannya.
"Iya, Bang." Melvi tersenyum manis saat melihat senyuman Ava. Pusat kebahagiaannya sekarang adalah Ava.
"Gimana, Dek?" tanya Riko berbisik, Ava yang tak mengertipun akhirnya menoleh dengan alis bertautan.
Senyum miring Riko tercetak jelas di bibir tipisnya, Melvi yang duduk di sebrang sofa sudah menatap abangnya tajam. Wajah-wajah Riko saat ini menunjukan hal yang tidak beres, Melvi harus pasang telinga agar Ava tak semakin terkontaminasi virus berbahaya seperti mulut Riko contohnya.
"Di rumah baru udah bikin Dedek, 'kan?" bisik Riko pelan, Ava mendengkus dan menggeleng.
"Kata Melvi urusan peranjangan kita gak ada yang boleh tahu, termasuk Abang." Riko berdecak kesal. Namun setelahnya senyumnya kembali terukir dan menatap Melvi menggoda.
"Oh, lo sekarang gitu, ya Mel." Goda Riko sebelum berlari menuju kamarnya, muka Melvi sudah sangat datar saat ini. Bibir tipisnya satu garis lurus, tak ada senyum-senyumnya sama sekali.
~~~~~
Jangan lupa vote dan komen😘
Salam hangat dari author gigi kelinci🐰13 September 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
MelVa (After Marriage)
RomanceKehidupan Melvi dan Ava setelah menikah, tentang gadis manja dengan lelaki cuek dan dingin. Sifat manis yang melvi junjung tinggi, bukan hanya kata manis. Yang belum baca MelVa sebelum menikah baca dulu ya, biar gak bingung. Happy reading😘 Start=...