Part 27

6.1K 434 92
                                    

Maaf kalau ada typo🙏
Happy reading😘

~~~

Ava menghela napasnya beberapa kali, ia sudah pusing di buatnya. Lily sedang memilih bantal ukuran kecil, lalu menempelkan bantal tersebut ke perut Ava. Setelahnya dia meminta Ava memegang bantal itu, sembari memperhatikan tubuh Ava. Jari telunjuknya mengetuk dagunya beberapa kali, bibirnya berdecak saat di rasa kurang cocok.

Melihat bantal tersebut tak cocok untuk Ava, ia kembali mengambil bantal yang lebih kecil. Menggantikan bantal yang di pegang Ava, lily kembali menempelkan ke perut Ava.  Senyum Lily mengembang saat menemukan bantal yang cocok.

"Cari tali Dek." Pinta Lily.

"Rumput jepang atau tali tambang?" tanya Ava polos. Lily berdecak kesal, tanpa menjawab ucapan Ava ia berjalan ke arah almari di sudut ruangan.

Mengobrak-abriknya untuk mencari tali yang sekiranya tak menyakiti perut Ava, dengan langkah anggun Lily kembali mendekati Ava. Mengikat bantal yang tadi ia pilih ke perut putrinya tali pita yang Lily temukan di almari tersebut sangat pas.

Lili tersenyum sumringah saat selesai, di balik kaos pink nya perut Ava terlihat seperti hamil lagi. Padahal itu bantal yang di ikat, sebenarnya Lily terinspirasi dari film India yang istrinya tak dapat hamil. Tapi mengaku hamil, karena sang lelaki pewaris satu-satunya di keluarga tersebut. Kalau gak salah.

"Mama geli tahu." Keluh Ava saat Lily tak sengaja menyenggol pinggangnya dia membenarkan letak bantalnya. Lily menatap Ava dengan alis bertautan.

"Melvi gak pernah pegang pinggang kamu dek?"

"Pernahlah tapi rasanya beda Ma." Bantah Ava,  Lily hanya mengangguk. Ia tak mau berdebat dengan anaknya.

Oke, sudah cukup kesedihan Ava akhir-akhir ini. Sudah cukup penderitaan Ava dan Melvi. Mereka akan membalas semuanya, nyawa akan di balas nyawa. Itu prinsip Dimas.

Dimas dan Bayu sudah merencanakan semuanya, siapa pun dalang di balik teror dan kegugurannya Ava. Semua orang harus menerima kalaupun itu adalah seseorang yang penting di hidup putranya.

Dimas memasuki kamar Ava, senyum lembutnya tercetak saat melihat Ava mendumel karena kejailan Lily.

"Kamu harus kuat ya sayang, pembalasan sudah ada di depan mata." Kata Dimas dengan suara lembut. Ava menoleh dan segera berlari memeluk tubuh Dimas, ia menyembunyikan wajahnya ke dada Dimas.

Tinggi Ava hanya sebatas dada Dimas, sedangkan jika dengan Melvi tingginya sebatas bahu.

"Ava pengen dia kembali Pa." Isakan Ava membuat Dimas menahan air matanya, kepalanya mendongak untuk menghalau air mata yang akan menetes.

"Nanti akan ada lagi sayang, kamu sabar, ya." Tutur Lily dengan lembut, tangannya mengusap rambut bagian belakang Ava.

Sedangkan Dimas mengusap punggung Ava, seseorang di ambang pintu yang melihat tangisan Ava menahan napasnya. Ia juga ingin menangis saat ingat bagaimana dokter menyampaikan kalau anaknya tak bisa di pertahankan.

Perkiraan dokter Ava habis minum obat perangsang, dan berakhir Ava keguguran. Padahal seingat Melvi waktu itu Ava tak makan ataupun minum obat aneh-aneh. Ia hanya makan bakso putihan dan minum segelas susu yang di buat Melvi sendiri.

"Ehem," dehaman Melvi membuat Ava melepas pelukannya, ia menghampiri istrinya dengan langkah pelan. Tas nya ia lembar begitu saja ke atas ranjang, setelahnya Melvi memeluk tubuh Ava erat.

Lagi-lagi Melvi menangis, kemarin ia sudah merelakannya tapi tadi malam ia mimpi ...

Flashback.

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang