Part 34

5.8K 437 54
                                    

Maaf up'nya siang banget, tadi pagi ada acara dadakan. Dan tadi malam gak sempat nulis karna faktor mata yang ngajak merem mulu😂
Maaf kalau ada typo, vote sebelum membaca dan coment setelah membaca😘
Happy reading❤

~~~

Sampai di rumah Ava menangis sejadi-jadinya, ia tak tahu kenapa tapi yang jelas hatinya sakit saat ini. Padahal Melvi tak melakukan kesalahan apapun, bahkan mamanya juga. Lily hanya akan pergi makan malam bersama Dimas. Tapi kenapa ia sangat tak menyukai hal tersebut, dari dulu yang Ava banggakan adalah keharmonisan keluarganya.

"Kenapa sih Va?" Tanya Melvi yang baru masuk kamar, ia duduk di samping Ava yang tengah tengkurap di atas ranjang.

"Gak pa-pa, Ava makin sensitive tahu, Mel." Adu Ava dengan suara tertahan, wajahnya ia benamkan di atas bantal.

"Ya sudah, makan dulu aku udah bikin nasi goreng." Ava bangkit dari posisi sebelumnya, wajahnya yang sembab dan rambut berantakan membuat Melvi terkekeh pelan.

Tangannya mengusap wajah Ava, setelah selesai, ia merapikan rambut Ava yang berantakan.

"Kan kalau gini cantik, ayo turun." Melvi mengulurkan tangannya yang di sambut baik oleh Ava, mereka berjalan beriringan menuju ruang makan.

Saat sampai di meja makan, Ava melihat dua nasi goreng lengkap dengan sosis dan suwiran ayamnya. Segelas susu coklat dan segelas air putih membuat Ava semakin tersenyum, ia bahagia memiliki suami seperti Melvi.

"Va kamu tadi kenapa sih? Mama sama Papa sedih tahu lihat kamu kayak tadi." Ava menghentikan gerakan tangannya, ia menatap Melvi pandangan sulit di artikan.

"Gak tahu, aku sensi banget Mel kalau lihat Mama sama Papa kayak anak muda gitu. Pake acara makan malam segala."

"Ya gak pa-pa dong Va, kan mereka sama-sama sibuk. Mungkin Qtime mereka seperti itu," papar Melvi dengan nada lembut.

"Tapi gak suka Mel, pokoknya gak suka. Kamu kenapa sih? Yang di salahin Ava terus!" Dengkus Ava kesal, ia menunduk untuk kembali memakan nasi gorengnya. Melvi yang melihat rambut panjang Ava menjuntai kedepan, tanpa basa-basi ia mengambil tali rambut yang selalu ada di dalam saku celananya.

Tangannya mengumpulkan rambut Ava menjadi satu, dan mengikatnya. Ava acuh saja ia tetap melanjutkan acara makannya, karena hal tersebut tak sekali dua kali di lakukan Melvi.

Memang Melvi tipe lelaki tak terlalu pandai berkata-kata, tapi perlakuan Melvi sangatlah manis. Itu menurut Ava, apalagi setelah keguguran. Saat Melvi selesai dengan pekerjaannya Ava mendongak untuk menatap Melvi.

"Makasih, Ava keselnya sama Mama Papa bukan kamu." Pungkas Ava dengan wajah datar, Melvi mengangguk dan tersenyum.

"Nanti mereka mau kesini," tukas Melvi dengan wajah datar.

"Ava gak mau nemuin, Ava mau tidur aja."

"Gak boleh gitu sayang, katanya mau berbakti sama orang tua." Tegur Melvi dengan wajah datar, biasanya hal tersebut akan membuat Ava takut dan tak berbicara macam-macam.

"Selalu aja gitu," cibir Ava kesal, Melvi tak menyahuti ucapan Ava. Tapi deringan ponsel di saku Melvi membuat Ava menoleh dan menatapnya tajam.

"Halo Kak." Jawab Melvi saat sudah mengangkat panggilannya, Ava sudah memasang wajah cemberut.

"Iya udah, nanti aku tanya Ava." Melvi menoleh ke arah Ava dan terkejut saat melihat wajah istrinya yang masam.

"Tadi siapa?" Tanya Ava garang.

"Kak Al, Keisya lagi badmood akhir-akhir ini, nah sebagai suami yang bertanggung jawab dia ngajak istrinya liburan." Mata Ava berkedip beberapa kali, dengan alis bertautan.

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang