Part 16

8.5K 510 79
                                    

Maaf kalau ada typo🙏
Happy reading, semoga makin suka sama MelVa🤗

~~~~

Tubuh Melvi di angkat oleh Andre, setelah memeriksa kondisi Melvi. Andre rasa adik iparnya tak perlu di bawa ke rumah sakit, di rawat di rumah juga bisa.

"Kak Arkan?" Arkan yang mendengar namanya di panggil menoleh, wajah sembab adiknya membuat Arkan tersenyum samar.

Bagaimana bisa Ava dipisahkan dengan Melvi, baru pingsan saja Ava sudah sekhawatir itu.

"Melvi akan baik-baik saja, kamu gak usah khawatir." Ava mengangguk dalam pelukan Arkan, Riko melihat Adiknya yang menangis memejamkan matanya sebentar.

"Dia akan sadar, Dek. Jangan nangis." Bisik Riko lembut. Ava hanya dapat mengangguk, ia sangat khawatir dengan Melvi.

Sudah tiga puluh menit Melvi tak sadarkan diri, Ava masih terus menangis. Ia tak mau kehilangan Melvi, lelaki yang sudah lima tahun menemaninya. Lelaki yang selalu sabar menghadapinya, lelaki yang tak pernah mengeluh dengan segala tingkah manja Ava.

Tangis Ava semakin menjadi saat teringat semua hal yang sudah ia lalui bersama, Arkan dan Andre hanya mampu menatap Ava prihatin.

"Maafin Ava, harusnya Ava dengerin penjelasan kamu tadi di resto. Bukannya sok-sokan pulang kerumah Papa." isakan Ava seperti sayatan pisau di hati Andre dan Arkan.

"Euhhh," mendengar suara yang di yakini adalah Melvi, Ava mendongak. Ternyata Melvi sudah membuka matanya, bibir pucat Melvi tersenyum lembut saat tatapan matanya bertemu dengan istrinya.

"Melvi!" teriak Ava kencang, ia segera menubruk dada bidang suaminya.

"Kamu kenapa?" tanya Melvi lemah.

"Kamu yang kenapa, orang kamu yang pingsan. Baru sadar kok tanya Ava kenapa." Melvi terkekeh pelan, tangannya mengusap punggung Ava. Walaupun gerakannya pelan karena tubuhnya sangat lemah, tapi usapan tersebut sangat menenangkan bagi Ava.

"Gak usah nangis, aku gak apa-apa." Ava mendengkus kesal, apanya yang gak papa. Masa iya orang sehat bisa pingsan, alasan Melvi sangatlah tak masuk akal.

"Kapan terakhir kamu makan, Mel?" tanya Andre yang datang dengan nampan di tangannya.

"Tadi pagi makan nasi gorengnya Ava," mata Ava membola. Padahal Melvi habis berlatih basket, di tonjok dua kali sama Kakaknya.

"Makan. Dek, suapi suamimu. Lepas dulu pelukannya, Melvi butuh makan." Ava melepas pelukannya, Arkan membantu Melvi bersandar di kepala ranjang. Sedangkan Riko duduk di sofa dengan ponsel di tangannya, headset terpasang di telinganya. Bahkan ia tak sadar kalau Melvi sudah siuman.

"Melvi gak suka bubur, Kak." Ava mendongak untuk menatap Kakaknya yang sedang memilah beberapa obat.

"Melvi sakit magh kayak kamu, dia harus makan yang lembut-lembut dulu. Sementara kamu gak usah masak."

"Maksud Kak Andre, Melvi sakit magh karena masakan Ava?" Andre menghentikan acara membaca nama obat, helaan napas kasar terdengar sampai telinga Ava.

"Bukan gitu, Dek. Kalau kamu masaknya pedes terus. Penyebab dia sakit magh itu, gak usah membantah." Ava mendengus, dan tangannya mulai menyuapi Melvi.

"Hukuman kamu berlanjut, Mel. Tapi nunggu kamu sembuh." Melvi menatap Andre heran, kapan Andre membicarakan hukumannya? 

"Hukuman Melvi apa?" tanya Ava penasaran.

"Ketemu kamu cuma di sekolah selama sebulan, kamu boleh main kesini seminggu sekali Mel."

"Kalau malem Melvi gak boleh kesini?  Nanti Ava tidur sama siapa?" tanya Ava sembari mengaduk bubur yang ada di mangkuk.

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang