Part 14

8.1K 506 110
                                    

Maaf kalau ada typo🙏
Happy reading😘

~~~~

Ava pulang kerumah orang tuanya, ia tak peduli jika Melvi nantinya akan di keroyok keluarga Bagaskara. Ava sudah terlanjur sakit hati, dengan mata sembab dan hidung memerah. Ava memasuki kediaman Dimas, di garasi ia melihat mobil ketiga kakaknya. Motor Riko juga ada, bisa di pastikan seluruh keluarganya ada di rumah.

"Non Ava kenapa?" tanya salah satu pembantu di rumahnya.

"Gak apa-apa, di rumah ada siapa aja?"

"Tuan muda di rumah semua, kalau Tuan besar dan Nyonya lagi liburan, Non." Mata Ava membola saat mendengar Mama dan Papanya liburan.

Tanpa dirinya? Ingatkan Ava untuk ngambek sama Dimas dan Lily.

"Ava masuk dulu ya, Bik."

Ava berjalan meninggalkan pekarangan rumahnya, langkahnya terhenti saat melihat Andre baru keluar dari rumah. Jas putih yang melekat pada tubuh Andre membuat Ava tahu, kalau kakaknya ada jadwal praktik.

"Dek, kamu habis nangis?" tanya Andre khawatir.

"Kak Andre!" Melihat Adiknya dalam keadaan tak baik-baik saja, Andre segera merengkuh tubuh mungil gadis yang ia sayangi.

"Kamu kenapa? Bertengkar sama Melvi?" anggukan Ava menjawab semua pertanyaan Andre.

"Masuk, di dalam ada Kak Arkan kok. Bang Riko sama temen-temennya juga ada. Maaf, Kak Andre ada jadwal praktik, Dek." Ava hanya mengangguk, ia pergi meninggalkan Andre, namun sebelum berangkat kerja. Andre mengikuti langkah Ava.

"Kamu kenapa, Dek?" tanya Arkan khawatir.

"Berantem, Kakak berangkat dulu. Jagain Ava." Tanpa menoleh Arkan mengangguk. Yang sebelumnya di pangkuan Arkan ada laptop kini di gantikan posisinya oleh Ava, isakan kecil Ava membuat Arkan merasakan jarum menusuk hatinya.

Posisi Arkan yang bersandar di kepala sofa membuat Ava nyaman, Ava menyembunyikan wajahnya di celeruk leher Kakak keduanya.

"Kenapa? Cerita sama Kakak, Dek."

Ava hanya menggeleng dalam diam, Arkan tak mau bertanya lagi. Tangan besarnya mengusap rambut Ava. Ava tak tidur, fikirannya berkeliaran kemana-mana. Sampai sebuah lantunan lagu dari taman samping rumah Dimas mengusik ketenangan Ava.


Suara nyanyian Riko dan teman-temannya membuat Ava semakin terisak, apalagi suara Riko sangat merdu. Ava akui Riko memilik suara yang merdu, tapi dia tak pernah mengakui secara gamblang itu semua.

"Lagunya Bang Riko kok itu?" tanya Ava dengan suara serak.

"Gak usah di dengerin, Kakak tutup ya telinga kamu." Ava mengangguk pelan, telapak tangan Arkan yang besar menutup sebelah telinga Ava. Karena yang sebelahnya sudah bersandar di dada bidangnya, otomatis telinganya tertutup.

"Kamu belum makan?"

"Belum Kak." Arkan terus mengusap rambut Ava, bibirnya mencium kening Adiknya beberapa kali.

"Dek?" panggil Riko saat selesai bernyanyi, dan sepertinya semua teman Riko akan pulang.

"Jangan ganggu Ava, Rik." Tegur Arkan, Riko mendengkus kasar. Ia juga tahu kapan waktu menggoda dan serius.

Riko mendekat ke arah sofa ruang keluarga, duduk di samping kanan Arkan untuk melihat wajah Adiknya. Mata sembab, hidung memerah dan rambut acak-acakan membuat Riko emosi.

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang