Happy reading,
Maaf kalau ada typo🙏~~~
Lelaki paruh baya dan wanita muda sedang duduk di atas kursi cafetaria, wajah datar Dimas membuatnya mendengkus kesal. Dengan kaki di silang perempuan tersebut menatap Dimas tajam.
"Kalau mereka tak merestui kita, ya sudahlah, Mas. Lagian kita nikah juga bukan pakai uang mereka. Ini pakai uang kamu sendiri kan, Mas?" Dimas menatap tajam perempuan tersebut, kesabarannya sudah habis saat ini.
"Mereka keluarga saya, dan istri saya saat ini terbaring koma di rumah sakit. Kamu gila?!" Bentak Dimas, ia mengurut pangkal hidungnya.
Hal yang semakin membuat Dimas merasa lemah adalah tatapan kecewa dari Ava, wanita kedua yang sangat ia cintai adalah Ava. Bahkan melihatnya menangis mampu membuat Dimas kehilangan arah.
"Tapi istri kamu hampir mati, Mas. Dia sudah koma bukan?"
Plakkkk ... Tamparan dari tangan besar Dimas mendarat di pipi Veronika, perempuan berumur tiga puluh tahun tersebut menggeleng pelan.
"Mas aku juga hamil anak kamu, bagaimana bisa kamu menampar aku?" Ujarnya dengan bibir bergetar, tatapan mata Dimas menggelap. Ia tak peduli jika seseorang di depannya adalah wanita, tak ada yang boleh menyumpahi Lily mati.
Tak ada yang boleh, Lily akan sadar dan kembali kedalam pelukannya. Tanpa sepatah katapun Dimas pergi meninggalkan Veronika.
Di sisi lain Cafetaria tersebut ada lelaki yang sedang tersenyum miring, ia menatap salah satu pengawalanya.
"Awasi gerak-gerik perempuan itu, apapun yang kalian ketahui laporkan kepada saya." Anggukan dari beberapa pengawal membuatnya tersenyum sinis, ia kembali meminum secangkir kopi di depannya.
"Kamu sudah bermain-main dengan orang yang salah, Dimas bisa kalian bodohi tapi tidak dengan saya." Smirk nya tercetak jelas di bibir tipis lelaki paruh baya tersebut.
~~~
Sudah tiga hari Lily terbaring di rumah sakit, memang ia sudah sadar kemarin. Tapi tatapan mata yang kosong dan tangisan selalu mengisi setiap jamnya.
"Mama," panggil Ava yang baru membuka pintu, Lily tersenyum lembut seperti biasa.
Saat sudah dekat Lily melebarkan tangannya untuk berpelukan dengan putrinya, senyum manis Ava seperti obat untuk Lily. Semua masalahnya seakan selesai saat melihat senyuman putrinya.
Maka dari itu, ketiga kakak Ava selalu mewanti-wanti adik terkecilnya untuk selalu tersenyum. Demi mamanya agar segera pulih dan beraktivitas seperti biasanya.
"Kamu sehat, Nak?" Tanya Lily di sela usapan tangannya, Ava mengangguk di pelukan wanita yang sudah melahirkannya.
Tak lama mereka mengobrol, biang rusuh di kehidupan Ava datang. Cengiran khas dari seorang Keisya membuat Ava memutar bola matanya malas.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Ava sinis, Keisya tak mempedulikan ucapan sinis Ava.
Ia terus berjalan ke arah Lily, memeluk tubuh wanita yang sudah ia anggap seperti mamanya sendiri.
"Tante Lily cepat sembuh, ya. Biar nanti kita bisa liburan bareng." Tukas Keisya dengan senyuman manis, tangannya tergerak untuk mengusap punggung tangan Lily.
"Iya, Kei. Doakan Tante cepat sembuh ya."
"Pasti dong Tante, ini tadi Mama nitip bubur ayam kesukaan Tante Lily. Mama belum bisa kesini, Papa akhir-akhir ini rewel, Tan. Gak mau jauh dari Mama," ucapan Keisya terasa seperti sayatan di hatinya, ia merindukan kehangatan suaminya.
Dimas ... Ia merindukan suaminya, tapi hatinya terlalu kecewa saat mengingat ucapan Dimas tempo hari. Ava yang melihat perubahan eksprei wajah mamanya segera menggeplak punggung Keisya. Guna mengalihkan perhatian mamanya, merasakan perih di punggungnya Keisya mendengus kesal.
"Apa sih bangsat, sakit ini." dengus Keisya kesal, Ava menatap Keisya dengan pelototan mata.
"Om Dimas kemana, ya Tan? Dari kemarin aku gak lihat dia." Ava menepuk dahinya kencang, apakah ia tak melihat tatapan mata Ava yang sudah kedip-kedip seperti orang janjian bertemu doi.
"Dia sibuk, Kei. Oh ya suami kamu mana?" Keisya tampak kesal saat di tanya tentang suaminya.
"Lagi marahan, Tan. Kemarin dia nganterin Kak Rina ke dokter. Padahal aku juga lagi sakit perut, hati istri mana yang tak sakit, Tan. Kalau cerita masalah ini, aku jadi pengen nangis loh." Keisya terkekeh pelan di akhir kalimatnya, Lily tersenyum lembut.
"Tante tahu perasaan kamu, Kei. Yang sabar ya. Di jaga suaminya. Jangan sampai mencari wanita lain," Keisya tersenyum sendu, tapi kepalanya juga mengangguk.
"Muka lo kenapa, Va? Cewek model kek elo gak pantes sedih." Ucap Keisya sinis, Ava hanya mampu mendengkus.
"Mulut lo bisa diem gak sih! Dimana pun kerjaannya ngajak baku hantam mulu." Balas Ava tak kalah sinis, saat akan menjawab ucapan Ava. Pintu kamar Lily terbuka, sepasang suami istri membuat Ava tersenyum sumringah. Apalagi lelaki di belakang mereka membawa bungkusan makanan.
"Ayah, Bunda." Saras dan Bayu tersenyum melihat menantunya yang sudah ceria seperti biasa, pelukan hangat dari Bayu seakan pengobat rindu Ava terhadap sosok Dimas.
"Kamu yang kuat ya, sayang. Semua akan berakhir. Tak hanya masalah Papa, tapi juga masalah kamu." Ava mengangguk di dalam pelukan Bayu, ciuman hangat dari Bayu mendarat sempurna di kening Ava.
"Makasih ya, Ayah." Gumam Ava dengan suara pelan, pelukan tangan Ava di pinggang Bayu membuat Melvi mendengkus kasar.
Keisya yang melihat gelagat cemburu Melvi tertawa ngakak, Saras dan Lily yang sedang mengobrol sampai terkejut.
"Kenapa Kei?" Tanya Lily heran.
"Masa Ava pelukan sama Om Bayu, muka Melvi merah padam. Lo cemburu sama Ayah sendiri, Mel?" Bayu yang melihat kecemburuan anaknya tertawa, ia tak mungkin mengambil Ava juga, kan?
"Gak usah kompor lo Kei," ujar Melvi sinis, Ava menaik nurunkan kedua alisnya saat bertatap mata dengan Melvi.
"Ngapain kamu gitu?" Tanya Melvi menatap istrinya, sedangkan mereka semua yang ada di dalam ruang rawat inap tertawa.
Suasana kembali ramai saat ada Riko juga, candaan dari Riko membuat Ava tertawa lepas. Apalagi saat kedua saudara tersebut gencar menggoda Ava.
"Kamu faham, Ly?" Ujar Bayu menatap Lily, Saras tersenyum dan menggenggam tangan sahabat kecilnya.
"Kamu harus kuat, Ly. Demi anak-anak." Bisik Saras agar tak terdengar anak-anaknya, Lily tersenyum dan mengangguk.
Bayu membisikan sesuatu ke telinga Lily, wajah shock Lily membuat Saras tersenyum. Anggukan kecil dari Saras pertanda ia setuju dengan ucapan suaminya.
"Apa aku kuat, Ras?" Tanya Lily menahan isakannya, Saras mengangguk dengan semangat.
"Kamu harus kuat, Ly. Demi anak-anak kamu." Ava yang tak sengaja mendengar ucapan Saras mengernyit heran, ia mendekat ke arah mama dan mertuanya.
"Kalian kenapa?" Saras dan Bayu saling pandang, mereka tak mau Ava tau semuanya saat ini.
~~~
Jangan lupa vote dan komen, makasih yang udah dukung. Makasih banget komennya😘 komen kalian semangat saya.😚
Salam hangat dari author gigi kelinci🐰04 November 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
MelVa (After Marriage)
RomanceKehidupan Melvi dan Ava setelah menikah, tentang gadis manja dengan lelaki cuek dan dingin. Sifat manis yang melvi junjung tinggi, bukan hanya kata manis. Yang belum baca MelVa sebelum menikah baca dulu ya, biar gak bingung. Happy reading😘 Start=...