Maaf kalau ada typo, jangan lupa vote sebelum membaca dan komen setelah membaca.
Happy reading😘~~~~
Dimas, Bayu dan Arkan tersenyum puas saat keluar dari ruang bawah tanahnya, dengan smirk mereka masing-masing mampu membuat siapa saja ketakutan. Saat sampai di ruang keluarga Dimas di sambut senyum miring dari Lily, dengan helaan napas panjang. Dimas menghampiri Lily dengan senyum menenangkan seperti biasanya, tak ada tanda-tanda Dimas marah akan sikap Lily.
"Ava mana, Ly?" tanya Dimas, tangannya memeluk pinggang ramping Lily dengan mesra.
"Di kamar, gak mau lihat anak kamu, Mas. Cantik seperti Mamanya!" tukas Lily dengan wajah sinis, Arkan yang mendengar ucapan mamanya hanya mampu memejamkan matanya dengan rapat. Nyeri di dadanya terasa saat suara Lily terdengar menyedihkan.
"Sudah lah, Ly. Kita juga tahu kalau itu anak Fauzi!" jawab Dimas dengan nada lemah, fisik dan batinnnya lelah, tujuh bulan hidup dalam kepura-puraan sangatlah tak menyenangkan.
Harus berpura-pura berbaik hati pada Veronika, membantunya saat mual. Itu semua sangat tak mengenakan, sungguh!
"Anak Vero gimana?" tanya Andre yang baru datang, Dimas menoleh kearah putranya dan berfikir sebentar. Apakah dia harus mengambil langkah ini? Atau ada cara lain yang lebih baik.
Bayu yang baru datang sehabis cuci tangan terkekeh pelan melihat wajah Dimas, dehaman keras keluar dari bibir lelaki paruh baya tersebut. Dengan seringai puas, Bayu berjalan mendekat ke arah Dimas.
"Anaknya serahkan sama Joko, biar Vero hidup di tempat sebelumnya. Kita sudah tahu dia siapa." Dimas mengangguk, ia meminta bodyguardnya membawa bayi mungil tersebut kerumah Joko.
Sepupu dari Veronika dan istri Fauzi, mereka berdua menceritakan semua kebusukan Fauzi. Bahkan Veronika menolak untuk di hamili, karena daya rayu Fauzi. Akhrinya Veronika mau, Fauzi juga selalu mengancam akan keselamatan orang tua Veronika. Yang tak lain adalah mertuanya sendiri. Memang Veronika gadis malam, tapi setelah melakukan hubungan dengan tamunya dia selalu minum pil pencegah kehamilan. Dia tak mau anaknya menjadi gak tak baik, cukup ibunya saja yang hidup dalam sebuah kesalahan.
Anaknya harus hidup lebih baik dari ibunya, dan melahirkan dari hubungan tak sehat seperti itu sangat Veronika hindari.
"Boleh aku gendong dia sebentar saja, Bay?" tanya Lily saat melihat anak perempuan yang sudah menghancurkan keluarganya akan di bawa keluar rumah. Bayu tersenyum dan mengangguk, dia meminta pengawalnya menyerahkan anak itu pada Lily.
Dengan tangan gemetar Lily menggendong bayi perempuan tersebut, senyum manis Lily terukir saat bayi di gendongannya membuka mata.
"Maafkan Aunty, ya. Kamu harus hidup di lingkungan orang-orang baik sayang. Jangan seperti Papamu ya, kamu harus menjadi orang baik!" gumam Lily, bibirnya mencium kening anak Veronika.
"Aunty membenci Mamamu dan Papamu, tapi Aunty tak pernah sekalipun membencimu nak. Kamu tak pernah tahu kesalahan yang sudah mereka perbuat, dan jangan sampai tahu!" Dimas tersenyum haru, lelaki bodoh yang menyia-nyiakan wanita sebaik Lily.
Semakin hari, Dimas semakin jatuh cinta pada istrinya. Banyak sifat baik yang ada di diri Lily, entah bagaimana cara Tuhan dulu mempertemukan mereka.
"Tak bisakah kita merawatnya, Mas?" mata Dimas dan Bayu membelalak, bagaimana bisa Lily berfikir seperti itu. Dengan gelengan tegas Dimas tentu menolaknya, bagaimana bisa Lily akan merawat anak perempuan yang sudah menghancurkan rumah tangganya.
Disisi lain, lebih tepatnya di kamar Ava. Melvi dan Ava sedang berseteru, bagaimana tidak. Setelah kejadian tangis menangis tadi Ava menginginkan kolak durian, tapi Melvi yang memakannya. Ingatan Melvi berputar saat dulu dia pernah memakan kolak durian dan berakhir mual hebat.
"Ayo dong mel, anak kamu yang mau bukan Ava." Bujuk Ava untuk kesekian kalinya, namum Melvi tetap menggeleng dengan tegas.
"Nanti kalau Melva junior ileran, gimana?" tanya Ava dengan wajah cemberut.
"Nanti tak belikan tisu satu mobil box buat persediaan," bibir Ava mencibir, bagaimana bisa anaknya di biarkan ileran. Bapak yang sangat tidam bertanggung jawab.
"Kamu kok jahat sih, ya udah minta Bang Riko aja. Jangan salahin debaynya kalau sifatnya mirip Abang."
Tukas Ava sembari turun dari ranjang, perutnya yang sudah besar sangat membuat Ava kesulitan bergerak. Melvi tersenyum miring, tak mungkin calon buah hati mereka mirip Riko. Yang membuatnya kan melvi, bagaimana bisa mirip omnya yang sableng.
~~~~
Ava turun dari tangga dengan hati-hati, memang tak jauh dari posisinya ada Melvi. Tak mungkin seorang suami membiarkan istrinya turun tangga sendiri dengan perut buncit.
"Abang mana, Ma?" tanya Ava saat melihat mamanya tengah menggendong bayi mungil.
Ava menghampiri Lily dan menatap wajah bayi tersebut, wajahnya sangat menjiplak mamanya. Hidung, mata, bibir semuanya seperti Veronika.
"Ma, kasihan ya anaknya, punya emak sama bapak bejat!" mendengar ucapan Ava, Lily melotot, bagaimana bisa ada bumil seperti Ava. Setiap ucapan yang keluar dari bibirnya tak pernah di saring, bahkan Ava dan Keisya sama saja. Mereka saling mengejek bahkan berkata kasar, Melvi dan Alviano sebagai suami selalu mengingatkan ucapan mereka berdua padahal.
"Omongannya, Dek. Kamu juga hamil loh. Nanti kalau anak kamu omongannya seperti Mamanya bagaimana?" tanya Lily sekaligus menakut-nakuti Ava, tapi di lihat dari ekspresinya Ava sangat santai tak mempermasalahkan itu semua.
"Bagus dong, daripada datar kek bapaknya. Mending kayak Ava, ceria, banyak omong, yang paling penting punya hati seperti bidadari!"
"Bidadari apaan? Gak ada bidadari yang cengeng, ya. Bidadari itu hatinya kuat, tegar, seperti Mama. Suaminya bawa pulang perempuan lain saja, santuy. Ya gak, Ma?" jawaban Riko mendapat tatapan tajam dari Dimas.
"Santuy apaan, sindiran Mama lebih pedas dari cabe satu trek ya, Bang. Ava juga sering lihat Mama nangis sendiri di kamar, berarti bidadari juga bisa menangis." Tubuh Lily menegang saat kalimat tersebut keluar dari bibir putrinya, jadi selama ini Ava tahu kebiasaan Lily saat di kamar sendirian.
"Itu semua karena Mama kalian mencintai Dimas, gak ada hati sekuat Lily. Ayah harap kamu juga memiliki hati sehebat Lily, Va." Dahi Ava mengernyit dengan alis bertautan.
"Ayah nyuruh Melvi pulang bawa perempuan lain juga? Ayah kok gak pro sama Ava sih!" dengkus Ava kesal, sedangkan Bayu menggeleng pelan. Sangat sulit berbicara dengan Ava yang dalam mode lola seperti ini.
"Va, Keisya melahirkan sekarang!" Ava tersenyum bahagia mendengar ucapan Andre, ia segera mengambil ponsel yang ada di saku dress panjangnya. Saat akan mencari nomor Rendra gerakan tangan Ava terhenti, ia menatap Andre dengan dahi berkerut.
"Kok bisa, ya?" tanya Ava bingung,
"Apanya yang kok bisa?" ulang Riko sama bingungnya dengan Ava.
"Kok bisa melahirkan gitu loh, padahal Keisya goblok. Dia bisa ngatur napas gak, ya?"
"Heh orang gila yang gak pernah berfikir aja bisa mengatur napas, apalagi Keisya yang makan bangku kuliahan. Mengatur napas doang hal kecil!" Ava mengeleng pelan dengan bibir berdecak pelan.
"Kak Al udah gak sanggup beli beras, ya? sampai-sampai Keisya makan bangku kuliah. Tahu gitu Ava sumbang, kan!" semua orang yang ada di ruang keluarga rumah Dimas tertawa, bukan karena ucapan Ava. Tapi lebih ke eskpresi bego Riko, bibir melongo dengan mata melotot mampu membuat tiga pangeran es tertawa.
~~~~~
Maaf kalau gak sesuai ekspetasi kalian, karena masalah keluarga Bagaskara akan berakhir saat ini. Gak mungkin hampir tamat dan masalah masih ada. Salam hangat di detik-detik akhir kisah Melva🤗
Jangan lupa vote dan komentarnya,author tunggu, oke? 😘27 November 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
MelVa (After Marriage)
RomanceKehidupan Melvi dan Ava setelah menikah, tentang gadis manja dengan lelaki cuek dan dingin. Sifat manis yang melvi junjung tinggi, bukan hanya kata manis. Yang belum baca MelVa sebelum menikah baca dulu ya, biar gak bingung. Happy reading😘 Start=...