Part 19

8.3K 586 72
                                    

Maaf kalau ada typo, harap vote sebelum membaca dan komen setelah membaca😘
Happy reading🤗

~~~

Ava duduk dengan tatapan mata kosong, Melvi menghela napasnya pelan. Ia jongkok di depan Ava, menggenggam jemari istrinya dengan lembut. Usapan yang sangat lembut membuat Ava meneteskan air matanya.

"Kenapa nangis?" tanya Melvi lembut, ia menghapus air mata Ava.

"Ava gak tahu, Mel. Apa yang bikin kamu cinta sama Ava. Ava juga gak tahu, apa yang Ava punya sampai kamu bener-bener setia. Ava ini cuma cewek manja, kekanakan, gak bisa mikir dewasa," Melvi tersenyum manis, ia menarik dagu Ava untuk menatap matanya.

"Kamu mau tahu, apa yang bikin aku setia. Gak pernah berpaling, dan selalu cinta sama kamu?"

Ava menatap mata Melvi, tatapan lembut yang membuat Ava jatuh kedalam pelukan Melvi.

"Gak ada gadis sekuat kamu, gak ada gadis sehebat kamu. Gak ada gadis yang mau menerima aku setulus kamu, gak ada orang yang setulus kamu Va dalam mencintai,"

"Kamu anugrah terindah dari Tuhan untukku, Va. Kamu bidarari tak bersayap yang Tuhan hadirkan untuk melengkapi kekuranganku. Hadirmu mampu membuat jantung ini berdetak secara tak semestinya, hanya kamu Va yang mampu membuat hatiku bergetar walaupun dari jarak 5 kilo meter," mendengar akhir kata Melvi, Ava tertawa.

"Bucin ih, tapi Ava suka," ujar Ava dengan semangat. Ia menarik tubuh Melvi untuk dipeluk, mencium pipi Melvi beberapa kali.

"Apapun kata kamu, yang penting kamu bisa ketawa itu bisa buat aku bahagia Va,"

"Ya ampun, Ava bahagia banget. Ke kamar yuk, bikin dedek," Melvi terkekeh pelan, ia melepaskan pelukannya. Ia segera mengangkat tubuh mungil istrinya, membawanya ke kamar.

Melvi merebahkan tubuh Ava diatas ranjang, menindih tubuh mungil Ava. Mencium bibir Ava dengan lembut, bahkan matanya sudah terpejam.

Tiba-tiba Melvi menghentikan ciumannya, dahi Ava mengernyit saat Melvi bangkit dari atas tubuhnya.

"Kenapa, Mel?" tanya Ava bingung. Melvi mengangkat ponselnya dan menunjukkan layar ponselnya ke arah Ava, lalu ia menonaktifkan ponselnya.

"Biar gak ada gangguan, kamu udah kunci pintu utama, kan?" tawa Ava pecah saat mendengar ucapan Melvi.

"Ya ampun, kamu takut gagal gol lagi?" tanya Ava mengejek. Melvi mengangguk dengan semangat, Ava semakin tertawa melihat wajah serius Melvi.

"Udah kan, Va?"

"Apanya yang udah?" tanya Ava heran.

"Kunci pintu, siapa tahu Bang Riko kesini. Tiba-tiba masuk kamar kan gak lucu," Ava terkekeh pelan, ia mengikat rambutnya menjadi satu.

"Kenapa di ikat?" tanya Melvi menggoda.

"Gak apa-apa, gerah aja," Melvi tersenyum samar, ia menaiki ranjang dan menindih tubuh Ava.

Padahal Ava belum sempat mengikat rambutnya, mata Ava membola saat Melvi mencium bibirnya dengan brutal.

"Melvi, baju Ava masih panjang,"

"Terus?"

"Ganti baju pendek dulu," ujar Ava sembari mendorong tubuh Melvi. Namun dengan cepat Melvi mengunci pergerakan Ava, senyum miring Melvi membuat Ava ngeri.

"Halah kelamaan, nanti juga gak pakai baju," jawab Melvi tak sabaran. Tak biasanya Melvi seperti itu, tapi ya sudahlah ia pasrah di bawah kendali suaminya.

~~~

Sudah tiga hari Ava mual dan ingin muntah, hari-harinya terasa suram karena sakitnya. Melvi sudah mengajaknya pergi ke Rumah Sakit ataupun ke Dokter, tapi ia tak mau. Jangankan ke Rumah Sakit atau Dokter lain di ajak ke rumah Mamanya dan di periksa Andre sendiri saja Ava tak mau. Melvi sudah pusing di buatnya, makan tak nafsu inginnya makan yang aneh-aneh.

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang