Extra Part 3

6.3K 527 36
                                    

Maaf kalau ada typo🙏Vote sebelum membaca dan komentar setelah membaca😘
Happy reading🤗

~~~~

Derap langkah kaki mungil di kamar bernuansa biru muda membuat pasangan yang masih betah terlelap tak menyadari jika putranya sudah bangun. Kaki pendeknya berusaha menaiki ranjang orang tuanya, dengan usaha keras akhirnya dia bisa naik dan ikut bergabung bersama kedua orang tuanya.

Marcel, balita menggemaskan tersebut masuk kedalam selimut dan menggeser posisi papanya yang sedang memeluk Ava. Merasakan gerakan kecil dari dalam selimut, Melvi menunduk dan melihat putranya sedang berusaha masuk kedalam pelukan mamanya.

"Anak Papa kok sudah bangun?" tanya Melvi sembari melepaskan pelukan pada istrinya, Marcel tak mengindahkan ucapan papanya. Dia terus masuk kedalam pelukan mamanya.

Ava mulai terusik saat tidurnya di ganggu, dengan kesal dia membuka matanya dan melihat Marcel tengah tersenyum menatapnya. Wajah kesal Ava berubah menjadi gemas dengan putra pertamanya, tangannya melingkar pada tubuh mungil anaknya.

"Kok kamu sudah bangun?" tanya Ava sembari mengusap rambut Marcel yang berantakan.

"Acel mimpi buluk." Melvi dan Ava saling pandang, darimana Marcel tahu istilah mimpi buruk. Biasanya Marcel akan berkata 'di kejal cetan' hanya begitu, tak ada istilah mimpi buruk di kata-katanya.

"Mimpi apa?" tanya Ava penasaran, dia menarik kepala Marcel agar dapat berbaring di atas lengannya.

"Peyut Mama besal, Mama makannya banyak." Ava menaikan sebelah alisnya dan terkekeh, kenapa bisa es batu seperti Melvi memiliki anak selucu Marcel.

"Kamu lucu banget sih, anak siapa sih ini?" Ava mencium kening Marcel beberapa kali. Sedangkan Melvi mengusap punggung Ava menggunakan tangan kanannya, dia masih bisa memeluk Ava walaupun ada Marcel di tengah-tengah mereka.

"Anak Mama di bantu Papa, kata Om Yiko githu." Melvi mendengkus kesal, ingatkan dia untuk menghajar abang iparnya nanti.

"Jangan dangerin omongan Om Riko, Cel." Tegur Melvi pelan, bibirnya mencium kening Ava lembut.

"Papa cana cempit tau!" Marcel mendorong dada polos papanya, oh ya. Marcel sekarang sudah tak terlalu cadel, dia bisa mengatakan dengan lancar tapi belum bisa bilang 'R' tapi itu sudah kemajuan besar bagi Marcel. Namun logat bicara Marcel masih sama.

"Ini kan kamar Papa, kenapa kamu ngusir Papa sih?" tanya Melvi gemas, sedangkan Ava sudah terkekeh pelan. Semakin besar Marcel semakin membuat Melvi jengkel.

"Kamal Mama," bantah Marcel, Melvi sudah mendengkus kesal. Tangannya terulur untuk mengambil ponsel di atas nakas, jam sudah menunjukan pukul enam pagi.

Dengan malas Melvi bangun dari tidurannya, dia harus bekerja saat ini. Jika kalian bertanya apa kerjaan Melvi, dia bekerja sebagai sekertaris bayu. Usia Melvi masih terlalu muda untuk menjabat CEO.

"Mel, kalau kamu nanti jadi CEO, Ayah masih tetap kerja, ya?" tanya Ava sembari menyiapkan baju kerja suaminya, Melvi yang sudah selesai mandi hanya mengangguk.

"Papa kan komisaris, Va." Ava hanya mengangguk, dia tak terlalu mau ikut campuk urusan Melvi di kantor.

"Biasakan memanggilku Papa, sayang. Agar Marcel tak memanggilku 'Mel' juga!" Ava tertawa geli mendengar aduan Melvi, beberapa waktu lalu. Setiap Marcel memanggil papanya, pasti hanya menyebut kata 'Mel' katanya dia mengikuti panggilan Ava.

"Iya Papa, ya sudah Ava kebawah dulu mau nyuapin anak kamu!" Ava berjalan menuju pintu kamarnya, saat tangannya hendak membuka hendel pintu. Suara Melvi menghentikan langkahnya.

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang