Extra Part 4

7.8K 482 55
                                    

Maaf kalau ada typo🙏Jangan lupa vote dan komennya😘
Happy reading🤗

~~~~

Perempuan cantik dengan dress panjang yang tengah berdiri di anak tangga paling bawah berdeham pelan, ketiga kakaknya sedang berdiskusi entah tentang apa. Yang jelas Ava merasa di acuhkan, dengan langkah pelan Ava menghampiri ketiga saudaranya. Dia mengambil tempat duduk di samping Riko, dengan gaya semakin anggun Ava menyilangkan kedua kakinya.

"Sok banget kamu," sinis Riko, sedangkan Ava terkekeh pelan. Memiliki anak semakin membuat Ava terlihat dewasa, bahkan dia sudah bisa mendapat penolakan.

"Anak kamu mana, Dek?" tanya Andre sembari menaruh ponselnya di atas meja ruang keluarga Bagaskara.

Ava mendongak menatap calon ayah tersebut, "Main sama Papa. Mungkin Papa kangen kali, ya Kak? Sama Marcel!" Andre hanya menjawabnya dengan anggukan.

"Va, nanti kalau Marcel udah gede. Kamu ceritain perjuangan kamu mendapatkan Papanya, jangan lupa juga cerita waktu kamu hampir di bunuh. Biar dia bangga sama kamu, kalau melihat sifat kamu yang ini-ini aja. Pasti Marcel gak punya rasa bangga sama sekali!" Ava menoleh dan menatap abangnya tajam, calon pengantin tak punya ahlak memang.

Dulu sewaktu Ava masih kecil, dia sangat senang memiliki kakak seperti riko. Karena dia baik dan humoris, tapi semakin beranjak dewasa. Sifat Riko semakin bar-bar dan menyebalkan.

"Abang, mending hafalin bacaan akad nikah, sama do'a sunah buat malam pertama deh," Riko berdecih pelan, dia sudah menghafalkan itu semua dari awal kenal Luna.

"Udah dari kecil Abang hafal, cuma praktiknya yang belum." Andre dan Arkan terkekeh pelan.

Apakah mereka merindukan saat-saat seperti ini? Jawabannya tentu 'iya' semakin dewasa saudaranya, semakin jarang pula acara kumpul seperti ini. Andre sudah punya rumah sendiri, Arkan juga punya rumah sendiri. Tinggal Riko yang masih menempati rumah itu, tapi besok Riko akan melaksanakan akad nikah. Di pastikan dia akan membeli rumah juga, papa dan mamanya pasti akan sangat kesepian.

Yang dulunya banyak terdengar ejekan dari Riko maupun Ava, kini sudah jarang terdengar lagi. Dulu setiap pagi ada gadis yang berteriak saat menuruni anak tangga. Kini sudah tak ada, bahkan Dimas dan Lily selalu merasa sepi saat sarapan. Biasanya saat sarapan akan di selingi godaan-godaan. Kini sudah tak ada lagi, benar jika semakin dewasa seorang anak. Orang tua akan merindukan anaknya semasa kecil.

"Ciyee besok kawin," goda Ava sembari mencolek dagu abangnya.

"Besok pagi nikah, malemnya baru kawin. Akhirnya kelajangan ini menemukan sangkar yang tepat. Mana cantik lagi yang punya sangkar," Ava terkekeh pelan, dia tak pernah menyangka jika Luna akan menerima lamaran Riko.

Padahal cara Riko mendekati Luna sangatlah norak, sahabat dari suaminya itu kenapa juga mau sama Riko yang sableng.

"Kak Andre, enaknya gimana?" tanya Riko menatap kakak tertuanya, Andre menaikan sebelah alisnya bingung.

"Apanya yang gimana?" tanya Andre balik.

"Kalian bertiga kan sudah pernah merasakan malam pertama, bagi tips dong. Biar sip gitu," Ava melotot mendengar ucapan Riko, dengan cepat Ava menoleh ke kanan dan kiri. Dia takut Marcel ada di sekitarnya dan mendengar ucapan Riko.

"Gak ada tips, ikuti naluri laki-lakimu!" Jawab Andre santai, Ava tertawa melihat wajah lesuh abangnya.

"Bang, Ava punya bacaan plus-plus loh. Mau minjem gak? Buat pelajaran." Riko berdecih pelan, dia membenarkan kerah kemejanya dengan wajah sombong.

"Abang punya versi digital, baca tulisan doang Abang ogah. Mending langsung ada praktek peragaan. Keren, kan?" Arkan menatap adiknya tajam.

"Oh flashdisk waktu itu yang jatuh di depan rumah punya kamu? Alasannya punya Ava karena dia masih polos dan gak ngerti gituan!" papar Arkan menatap Riko dan Ava bergantian, Riko menelan ludahnya susah payah.

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang