Terimakasih yang sudah komen dan vote. Makasih untuk dukungannya. Jadi semangat nulis.
Maaf kalau ada typo, happy reading.~~~
Arkan menghela napasnya pelan, wajah memerah Ava membuat Arkan tak dapat berfikir jernih. Ternyata luka Ava adalah lukanya juga, tangisan Ava bagai sayatan belati di dalam hatinya.
"Livina." Panggil Arkan pelan.
"Ya?"
"Boleh saya berbicara berdua dengannya, Pa?" Tanya Arkan menatap Dimas, tangan Dimas masih terus memainkan senjata apinya.
"Boleh, asal gak kegoda. Bukannya dulu kamu pelacur Liv?" Arkan menutup matanya sebentar, papanya akan sangat tak berperasaan saat ada yang menyakiti keluarganya. Apalagi itu Ava, anak kesayangan Dimas, pusat kebahagiaan mereka semua.
"Arkan punya prinsip Pa," Dimas mengangguk, wajahnya masih tetap datar.
Livina berjalan mengikuti langkah lebar Arkan, tujuan Arkan adalah taman belakang rumah. Tak mungkin ia berbicara berdua dengan Livina di dalam kamar.
"Kan." Panggil Livina lembut.
"Maksud kamu apa?!" Tanya Arkan menahan emosi, Livina meremas ujung kemejanya karena bingung.
"Aku gak terima kan adik aku di penjarain sama Papa kamu!" Bentak Livina dengan napas memburu.
"Terus kamu fikir saya terima saat adik saya mau di bunuh sama adik kamu?!"
"Kamu gak tau posisi aku Kan." Arkan berdecih, ia berbalik untuk menatap gadis di depannya. Tinggi Livina hanya sebatas dada Arkan, jadi ia harus menunduk untuk menatap Livina.
"Terus apa kamu tahu posisi aku? Adik ku di dorong ke danau, di tembak dia nyaris mati. Karena obsesi gila adik kamu itu, Kakak mana yang terima adiknya di perlakukan seperti itu. Kakak mana Liv? Jawab!" Bentak Arkan kencang, bahkan orang yang berada di dalam ruang keluarga mendengar teriakan Arkan.
"Kamu gak terima Reva di penjarakan sama Papa karena kesalahannya sendiri, kamu fikir saya terima saat melihat adik saya menderita. Saat adik saya menangis karena kehilangan calon anaknya? Kamu fikir saya terima? Adik kamu bisa bebas saat Papa sudah memaafkan dia. Tapi melihat kejadian ini, adik kamu akan terus berada di penjara. Di susul Kakanya." Desis Arkan dengan suara tertahan.
"Ava itu perempuan tak berguna, benalu di hidup Melvi bahkan hidup kalian semua. Dia itu gak ada pantas-pantasnya hidup Kan." Jerit Livina, Arkan mendengar adiknya di hina tentu tak terima.
Tangan besarnya mencengkram rahang Livina, tatapan matanya semakin tajam. Hembusan napas kasar dari Arkan menunjukan ia benar-benar marah.
Pipi Livina memerah karena cengkraman yang sangat kuat, dengan kasar Arkan menarik tangannya. Tiba-tiba...
Plakkk..
Tamparan dari wanita paruh baya membuat Livina terkejut, ia menoleh dan menatap perempuan yang tak di kenalinya tersebut.
"Kalau kamu bilang Ava tak pantas untuk Melvi, yang harusnya berbicara seperti itu saya. Bukan kamu. Saya saja tak pernah mempermasalahkan kekurangan Ava, bukankah semua orang memiliki kekurangan? Kamu juga belum tentu sempurna, mantan pegawai ONS, oh atau masih hidup di dalam sana?
"Dengan kamu membicarakan Ava seperti ini, apakah saya berubah fikiran karena telah menikahkan anak saya dengan Ava? Terlepas dari kekurangannya, dia adalah gadis yang sangat baik. Dia perempuan hebat yang mampu membuat anak saya jatuh cinta, saya sebagai ibu mertuanya Ava tak rela menantu saya kamu hina seperti itu." desis Saras pelan, ia sudah tak terima mendengar menantu kesayangannya di hina sampai separah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MelVa (After Marriage)
RomanceKehidupan Melvi dan Ava setelah menikah, tentang gadis manja dengan lelaki cuek dan dingin. Sifat manis yang melvi junjung tinggi, bukan hanya kata manis. Yang belum baca MelVa sebelum menikah baca dulu ya, biar gak bingung. Happy reading😘 Start=...