Part 20

9.1K 458 52
                                    

Maaf kalau ada typo🙏
Jangan lupa vote sebelum membaca dan komen setelah membaca😘
Happy reading🤗

~~~

Berkali-kali Melvi menghela napas untuk mengulur kesabarannya. Bagaimana tidak, keinginan Ava tentang es krim hangat sangat menyusahkan Melvi. Yang di maksud es krim hangat itu seperti apa? Apakah roti yang tengahnya di kasih es krim, atau yang lain?

"Yang gimana sih, Va?" tanya Melvi menahan kesalnya, ia tak boleh marah pada istrinya. Yang di dalam kandungan Ava adalah anaknya, hasil buah cintanya. Hasil begadangnya setiap malam, bahkan ia pernah gagal gol karena mertuanya. Jadi Melvi sekarang harus bersabar.

"Pokoknya anak kamu ini maunya es krim yang hangat, Mel. Bukan yang dingin. Kalau mau nyalahin Melvi junior aja jangan Ava," bantah Ava, Melvi menghembuskan napasnya kasar. Ia sudah pusing di buatnya, perasaan dari film yang pernah ia tonton wanita hamil ngidamnya tak berlebihan seperti Ava.

Kenapa bisa Ava ngidam se-aneh itu, apakah ini karma untuk Melvi? Tapi Melvi merasa dirinya sebagai lelaki baik. tak pernah menyakiti perempuan. Jadi hal ini tak di hitung sebagai karma. Dengan hembusan napas kasar, Melvi membuka google. Ia ingin tau seperti apa es hangat itu.

"Roti tengahnya di kasih es krim, terus di bakar bentar?" tanya Melvi tanpa menatap wajah Ava.

"Enggak, Ava lagi gak mau makan roti," Melvi mengacak rambutnya frustasi, ia ingin sekali memarahi Ava.

"Terus yang gimana, Va? Aku bingung. Adek gak mau makan yang lain?" tanya Melvi mencoba mengulur kesabarannya, mendengar panggilan asing dari Melvi dahi Ava berkerut.

"Adek siapa?" tanya Ava bingung.

"Yang ada di dalam perut kamu," jawab Melvi sembari menscrol layar ponselnya.

"Anak kamu?" tanya Ava.

"Anak kita, kan buatnya bareng," koreksi Melvi, Ava mengangguk pelan. Ia masih tak menyangka sebentar lagi akan menjadi ibu, ia tak sabar di panggil 'Mama'.

"Ke luar kamar yuk, Mel. Bosen di kamar terus." Melvi mengangguk, ia mengambil kemejanya yang ia lepas tadi.

"Rambut kamu di gerai aja," Ava mengangguk, Melvi tadi sempat membuat tanda disana jadi ia Ava harus menutupnya dengan rambut.

Di lantai bawah, sangatlah sepi. Tak ada seorangpun. Decakan bibir Ava membuat Melvi menoleh, ia menatap istrinya dan menaikan sebelah alisnya.

"Papa kok belum pulang ya, Mel. Padahal Ava mau kasih tau Papa kalau bentar lagi dia mau jadi Opa." Mendengar perkataan Ava, tubuh Melvi menegang. Ia lupa kalau dimas menyuruhnya mengenakan pengaman, tapi ia lupa.

Bagaimana kalau Dimas tak menerima anak dari Ava?

"Dek?" Ava menoleh mendengar suara yang sangat familiar untuknya.

"Papa, Ava mau punya anak dong." Dimas menatap Melvi sebentar, sebelum kembali menunduk untuk menatap putrinya.

"Kamu mau?" tanya Dimas pelan.

"Maksudnya Ava sekarang hamil." Mata Dimas terbelalak, ia segera menatap Melvi.

"Di jaga ya kandungannya, bikin minum untuk papa sama Melvi ya, Dek." Ava mengangguk dengan semangat. Lalu Ava berjalan meninggalkan Dimas dan Melvi.

"Maaf, Pa." Ucap Melvi setelah Ava masuk dapur, Dimas menghela napasnya pelan.

Dia melepas jas dan dasi yang terasa mencekik lehernya, Dimas menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Melihat itu, Melvi menyusul Dimas duduk.

"Untuk apa?" tanya Dimas heran.

"Karna buat Ava hamil,"

"Kamu suaminya wajar kalau buat Ava hamil, dan itu anak kamu," jawab Dimas santai, Melvi menatap Dimas tak percaya.

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang