Part 35

6K 453 74
                                    

Maaf kalau ada typo🙏
Happy reading🤗

~~~

Pagi hari kamar tamu rumah Melvi pintunya di gedor secara brutal. Siapa lagi tersangkanya kalau bukan Ava, kamar tersebut di tempati Riko, Arkan dan Andre. Tapi kedua kakaknya sudah bangun dan mengobrol bersama Melvi di halaman belakang, tinggal Riko yang masih betah bergulung dengan selimutnya.

Karena sudah tak sabar, Ava membuka kamar yang di tempati Riko dengan kasar. Ternyata Riko masih tidur dengan nyenyak, Ava berdecak kesal. Ia berjalan ke ranjang Riko dan menindih tubuh abangnya.

"Aduh Dek, kamu berat. Turun gak!" Pekik Riko, ia masih sangat mengantuk saat ini.

"Enggak mau, Abang katanya mau bantu Ava nanem bunga. Lupa ya?" Tanya Ava sembari berguling kesamping Riko, ia menghadap Riko dengan wajah di tekuk.

"Nanti siang Dek, ini masih pagi. Abang ngantuk banget," tolak Riko, tangannya menggaruk pipinya beberapa kali.

"Ayolah Bang, ya udah deh Ava mau nyari abang yang baru aja." Ava turun dari atas ranjang, namun cekalan tangan Riko membuatnya tersenyum miring.

"Iya iya, Abang mandi dulu." Ava tersenyum sumringah, ia berlari keluar kamar dan menuju taman belakang. Tempat Andre, Arkan dan Melvi berkumpul.

Sampai disana wajah serius Melvi membuat Ava mengernyit heran.

"Kenapa Mel?"

"Kata Kak Andre kalau kamu mau punya anak cowok, aku harus makan banyak daging. Sedangkan kamu banyak makan sayur, katanya itu dalam tiga bulan penuh." Jelas Melvi, matanya menatap wajah Ava yang sedang bingung.

"Kok aku sayur kamu daging? Enak di kamu dong. Ogah banget Ava," tolak Ava, ia duduk di tengah-tengah dua kakaknya. berhadapan langsung dengan Melvi.

Tatapan matanya setajam silet, tangannya bersidekap dada. Dengan dengkusan keras ia menghentakan kakinya.

"Setahu Kakak gitu Dek, itu tiga bulan secara rutin." Ava mendengkus semakin kesal, ia membayangkan tiga bulan harus memakan sayur-sayuran.

Dulu Ava sangat menyukai sayur sebelum hamil, tapi saat ini. Entah kenapa ia merasa tak menyukai makanan sehat tersebut, sayur yang ada di bayangannya adalah rasa pahit semua.

"Kalau gak mau, kamu random aja punya anaknya, gak usah acara pengen cewek atau cowok sedikasihnya aja, Dek." Tutur Arkan menatap adik perempuannya.

"Tapi Ava pengen cowok dulu, biar bisa jagain adiknya kaya Kakak semua." Keluh Ava dengan wajah sedih, ia menyandarkan kepalanya ke bahu lebar Andre.

Andre menarik tangannya dan membalas rangkulan Ava, mencium kening adiknya lama. Andre sudah lama tak mencium kening Ava, karena ia sibuk bekerja. Kalau Riko gampang-gampang saja ia lebih sering bertemu Ava, walaupun di setiap pertemuan selalu ada bacotan yang tak terhindarkan.

"Kak Andre, kapan nikah?" Tanya Ava pelan, Arkan mendengar pertanyaan adiknya terkekeh pelan.

"Kakak baru dua delapan Dek, rencana nikah umur tiga puluh!" Ava mendongak dan menatap Andre dengan mata melotot.

"Apa gak ketuaan, Kak? Melvi yang sekarang dua puluh aja udah punya istri."

"Itu karena Melvi udah gak tahan buat gituan, sedangkan Kakak dan Abangmu ini tahan, Va. Jadi gak nikah-nikah," potong Riko saat Andre akan menjawabnya.

"Belom pernah ngerasain, ya? Pantes gak ada keinginan nikah." Balas Melvi sinis.

"Iya bener kata Melvi, Abang belum pernah ngerasain jadi gitu. Oh atau Abang gak laku jadi memutar balikan fakta kalau belum pengen nikah? Ya Allah, Bang lebih baik jujur daripada alesan gak bermutu gitu, Ava gak like." Balas Ava dengan wajah di buat seimut mungkin, Arkan dan Andre hanya tertawa.

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang