Part 50

6.4K 590 178
                                    

Maaf kalau ada typo🙏Jangan lupa vote sebelum membaca dan komen setelah membaca😘
Happy reading🤗
Semoga sampai akhir Tahun bisa tembus 500K🙏

~~~

Tujuh bulan berlalu dengan tangis dan ratapan dari seorang Lily Alflanel Bagaskara, air matanya terasa kering saat melihat perlakuan manis dari suaminya kepada wanita lain. Entah sudah seberapa hancur hatinya saat ini, yang jelas Lily sudah lelah menangis.

Namun ada semangat yang selalu di berikan anak-anaknya, saat dia mulai goyah dan akan tumbang. Ada keempat anaknya yang selalu menguatkan. Dia harus tetap berdiri dan kuat demi anak-anaknya, agar mereka tak merasakan hancurnya keharmonisan yang sudah melekat pada keluarga Bagaskara.

Senyum khas seorang Ava membuat Lily yang tengah mengukur badan pasangan pengantin muda ikut tersenyum, Ava berjalan dengan langkah pelan menghampiri Lily. Perutnya sudah sangat buncit, bahkan berat badan Ava naik secara drastis.

"Kak, kalau Kak Andre jahat, buang aja kelaut. Ava ihklas kok!" ujar Ava yang tengah duduk di antara pasangan tersebut. Yap, yang tengah mengukur baju pengantin tersebut adalah Andre dan Rinda.

"Kamu ada-ada aja, bentar lagi lahiran ya, Va?" tanya Rinda, tangannya mengusap perut buncit Ava.

"Iya Kak Rin, aduh Ava deg-deg'an tahu! Takut kalau nanti gimana-gimana, mana Ava baru pertama kali." Rinda tersenyum lembut, perempuan berusia dua puluh enam tahun tersebut memiliki jiwa keibuan yang tinggi.

"Berdo'a semoga gak kenapa-napa ya, Va. Kakak bantu do'a juga. Semoga Melva junior kalau perempuan secantik Mamanya, kalau lelaki setampan Papanya." Ava tersenyum dan mengangguk, ia memeluk tubuh Rinda dari samping.

Andre yang melihat itu tersenyum, ia bersyukur Rinda mau menerima Ava dengan baik. Andre sudah menceritakan semua sifat dan sikap Ava, Rinda berkata kalau itu hal wajar karena Ava anak perempuan satu-satunya.

"Kak Rinda nanti kalau sudah menikah sama Kak Andre, tinggal dimana?"

"Gak tau Va, aku ngikut Mas Andre saja. Kemanapun langkah suami aku akan ikut." Rinda yang tengah tersenyum manis membuat Ava ikut tersenyum, seindah ini memiliki kakak perempuan.

"Andre jagain adiknya dulu, mama mau kedalam dulu." Andre mengangguk, tangannya mengusap perut Ava. Senyuman Andre terbit saat merasakan tendangan dari dalam perut Ava.

"Jangan nendang, Dek. Papa kamu lagi pergi perang sama berkas." Gumam Ava pelan, entah kenapa  anaknya sangat banyak bergerak. Bahkan saat mama dan papanya berhubungan ia juga bergerak. Kata Andre melakukan hubungan badan tak apa. Karena nanti akan membantu melebarkan jalan sang bayi.

"Ponakan Om yang ganteng, jangan nendang ya sayang. Kasihan Mama capek, Papa gak ada lagi!" Rinda tersenyum haru mendendar ucapan Andre, apalagi ekspresi senang Andre saat mengusap perut adiknya.

"Kak, Vero melahirkan!" ucapan Lily membuat ketiga orang yang tengah berbincang tersebut menatap mamanya dengan alis bertautan, beda usia kehamilan Ava dan Veronika hanya satu bulan. Jika sekarang kehamilan Ava baru berusia tujuh bulan, berarti Vero baru delapan bulan, kan?

Bagaimana bisa ia akan melahirkan saat ini? Apakah prematur? Banyak pertanyaan berkecambuk di kepala Ava. Andre mengambil ponsel di saku celana bahannya, tujuannya menghubungi orang yang berada di rumah.

"Halo Pak, jangan bawa Veronika kemana-mana. Dia harus melahirkan di rumah, teman saya akan segera datang kesana membantu persalinannya. Jangan ada yang boleh masuk kamar Vero kecuali Reza dan saya!" setelah mendapat jawaban 'iya' dari sebrang telepon, Andre mematikan sambungan telfonnya.

Andre bangkit dari duduknya dan berlari menuju parkiran, sedangkan Rinda dan Lily membantu Ava berjalan.

~~~

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang