Aku tak suka jika ada yang menyakitimu, apalagi sampai membuatmu berpikiran untuk menjauh dariku.
_Fariz Mahesa_∆
∆
∆
∆Hana dan kedua sahabatnya memasuki pintu kantin, kemudian mencari meja yang kosong.
*Brukk!!
Hana tersungkur tepat di hadapan Alica, kakak kelasnya yang sangat terkenal di sekolah.
"Maksud lo apa ngalang-ngalangin jalan Hana?" teriak Kiya pada Alica.
"Lo berani bentak-bentak gue? Hah! Dasar adik kelas nggak tau diri!"
"Kenapa mesti takut? Kan lo yang salah udah bikin Hana jatuh."
"Dia itu parasit! Jalang! Udah ngrebut Fariz dari gue." Ucap Alica dengan nada marah.
"Hah? Ngrebut? Sorry ya, Ka. Deket aja enggak!"
"Jangan banyak ngeles lo! Akhir-akhir ini Fariz lebih sering deketin lo dan akhirnya gue makin diabaikan."
"Astaga, Ka! Makanya ngaca. Mungkin Hana lebih wow menurut Fariz, dari pada lo cewek kecentilan yang hobi ngelendotin Fariz. Jelas-jelas dia ngelirik lo aja kagak!" Sahut Tia yang sudah tak bisa mengontrol emosinya.
"Lo bener-bener berani sama gue?" Alica menjambak rambut Tia dengan keras, Hana yang tak terima langsung menjambak rambut Alica lebih keras. Refleks Alica malah menampar Hana sampai sudut bibir Hana mengeluarkan darah.
"Stop!" Fariz langsung menghampiri mereka dan menatap kelu wajah Hana. Sedangkan Alica kian terpaku di tempat karena merasa kaget dengan kedatangan Fariz yang secara tiba-tiba.
"Keterlaluan lo, Ca! kalau sampai lo ngelukain Hana lagi, lo berurusan sama gue!" Fariz langsung membawa Hana pergi menuju UKS dan diikuti Tia serta Kiya dibelakangnya, sementara Alica hanya mendengus kesal melihat kepergian pria yang dicintainya menggandeng wanita lain.
~
"Aww! Sakit. Pelan-pelan." Fariz tengah mengompres sudut bibir Hana yang terlihat sedikit bengkak akibat ulah Alica.
"Lo nggak papa kan, Na?"
"Sebaiknya lo jauhin gue! Gue nggak mau berurusan sama lo yang udah ngebuat gue banyak sial."
"Gue janji, Na. Gue akan bikin siapapun yang udah nyakitin lo jadi menyesal!"
"Nggak segampang itu, Bopeng! Nggak setiap jam lo bisa lindungin gue, bahkan mungkin akan banyak lagi cewek-cewek yang ngebahayain gue cuma gara-gara cemburu ngeliat lo care sama gue."
"Kalau gitu, izinin gue buat jagain lo tiap jam."
"Bacot." Lagi-lagi Fariz terkekeh.
Selang beberapa menit, Bagas dan Irfan menghampiri Fariz yang tengah duduk di UKS bersama Hana.
"Anjir! Pantesan dicariin dimana-mana kagak ada. Nggak taunya lagi mojok di UKS." Umpat Bagas.
"Eh, neng manis kenapa? Kok bibirnya lebam?" Tanya irfan hendak memegang bibir Hana kemudian langsung ditepis oleh Fariz.
"Berani lo nyentuh Hana, gue potong tangan lo!" Fariz memberikan tatapan mematikan pada Irfan.
"Eh, sans dong bos. Gue becanda, ya kan manis?"
"Berhenti memanggilnya manis!"
"Ck! Belum jadi pacar aja udah posesif."
"Kalau mau berdebat jangan disini. Gue pusing!" Sahut Hana.
"Lo nggak usah ke kelas, gue udah nyuruh Tia izinin lo. Sebaiknya lo istirahat dulu di sini, gue cabut dulu ya?"
"Hm. Makasih."
"Sama-sama cantik." Siapa sangka pipi Hana kini berubah seperti buah tomat. Sialan! Fariz memujinya tidak tahu situasi.
Sementara Bagas langsung bangkit pergi diikuti kedua sahabatnya. Rasanya garing kalau sehari saja tidak bolos pelajaran, mereka memilih pergi ke atas rooftop. Sekedar berbincang atau hanya berbaring menikmati angin.
"Gas, lo kan pacarnya Tia. Suruh dia ngirimin nomor Hana!" ucap Fariz di sela-sela perjalanan menuju rooftop.
"Ck! Kali ini lo ngebet banget buat dapetin cewek." sindir Irfan, sedangkan Faris hanya mendengus.
"Dari pada lo! Udah jomblo, nggak ada usaha lagi. Mati aja lo, kutu!" ejek Bagas sembari berlari agar tidak terkena pukulan Irfan.
"Tia gue rebut, tau rasa lo!" Teriak Irfan.
"Berani lo rebut Tia, gue potong leher lo hidup-hidup!" Sahut Bagas dari sebrang sana, sedangkan Irfan langsung bergidik ngeri.
"Dasar! khir-akhir ini kedua sahabat gue jadi bucin goblok!" Umpatnya.
"Ngomong apa lo barusan?" Tanya Fariz pura-pura tak mendengar.
"Eh, bos masih di sini ya? Hehe dedek nggak ngomong apa-apa kok. Sumpah!" Irfan langsung mengangkat 2 tangannya membentuk huruf V.
"Berani lo ngatain gue, gue tarik lidah lo sampe putus!" Ucap Fariz sembari berjalan meninggalkan Irfan dan menyusul Bagas.
"Astaga, psycho sekali kedua sahabat dedek ya ampun."
***
Kini ketiganya tengah bermain game di atas rooftop.
"Woy! Liat turet jangan parming mulu bangsat!"
"Double kill!"
"Anjir! Jadi males gue kalo udah kalah. Mending rebahan." Irfan merebahkan tubuhnya, memandang langit yang cuacanya nampak mendung.
"Bro, kira-kira kapan ya gue bisa melepaskan jabatan jomblo ini?" Tanya Irfan pada kedua sahabatnya yang masih sibuk dengan game masing-masing.
"Sendal jepit kepengen punya pasangan segala! Urusin dulu muka lo tuh!"
"Bangsat! Mentang-mentang udah punya Tia. Beruntung masih ada bang Fariz yang selalu setia menemani kejombloanku." Ucapnya mendrama.
"Najis!" Umpat Fariz.
"Oh, iya. Gimana dengan Hana, Riz?"
"Ck! Kayaknya gue bakal susah dapetin hatinya. Soalnya dia kaya udah nggak percaya gitu sama cinta, menurutnya cinta cuma bisa bikin luka."
"Kalau gitu lo harus lebih lagi dalam usaha, lo yakinin dia kalau lo beda dari masalalunya." Ucap Irfan.
"Dan lo nggak harus meminta dia melupakan masalalunya. Karena, masalalu itu bukan untuk dilupakan, tetapi untuk dipelajari." Tambah Bagas.
"Gue ngerti sekarang. Thanks kalian!."
"Sip! Itulah gunanya kawan."
Hari semakin sore. Saking asiknya bermain game dan berbincang, mereka tidak sadar akan bunyi bel. Keterlaluan! Bolos tiga mata pelajan sekaligus sampai waktunya pulang.
Mereka segera berlari meninggalkan rooftop, mendapati kelas yang sudah sepi dan hanya tersisa 3 tas milik mereka.
"Anjay! Ternyata asik juga bolos tiga mata pelajaran sekaligus!" Ucap Bagas.
"Asik pale lo! Siap-siap aja besok diwawancarai sama wali kelas." Saut Irfan, sedangkan Fariz langsung membawa tasnya keluar dari kelas dan diikuti oleh kedua sahabatnya.
***
Tbc!
Jangan jadi readers silent, ya!
Follow, Vote dan komen♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana Life Story [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction"Banyak yang pergi dan tak kembali, tapi hidup harus tetap dijalani." Hana Amor Pradipta, gadis ceria yang menjadikan senyum sebagai topeng menutupi luka. Tak percaya akan cinta sebab luka di masa lalu, namun perlahan ada seseorang yang membuatnya p...