29-Jatuh hati

219 22 1
                                    

Tuhan sudah merencanakan banyak hal yang tak pernah kita duga, seperti perihal jatuh cinta. Ya, kerap kali kita merasa bahwa ini terlalu tiba-tiba. Padahal, Tuhan sudah menyusun serapih mungkin kisah kita.




Seminggu berlalu pernikahan Fariz dan Hana berjalan dengan semestinya. Berhubung Fariz akan melaksanakan Ujian besok, maka di hari minggu ini Hana memilih untuk menemani Fariz belajar di rumah. Fariz tampak sibuk memperhatikan Hana yang sedari tadi tengah menjelaskan. Fikirannya tidak akan bisa konsentrasi jika sudah Hana yang mengajarinya. Sesekali Hana mencubit lengan Fariz yang terus saja menatapnya intens.

"Ish! Kamu bisa serius nggak, sih!" jangan heran jika kini Hana memakai aku-kamu, karena sejak tiga hari yang lalu Fariz memaksanya untuk menggunakan panggilan aku-kamu.

"Habisnya kamu cantik banget, sih. Aku kan jadi nggak bisa konsen."

"Dahlah males. Ngegembel mulu!"

"Jangan gitu dong, yang. Coba ulangin sekali lagi."

Hana kembali menjelaskan dengan teliti. Kali ini Fariz benar-benar mendengarkannya, tak lagi bergurau. Fariz tengah mengerjakan soal yang dibuat oleh Hana. Sesekali senyumnya mengembang, merasakan hangat di dadanya. Hana menatap Fariz, dalam benaknya ia merasa kalau hatinya perlahan mulai menerima. Tiap kali berada di dekat Fariz, kondisi jantungnya bekerja lebih cepat. Wajahnya juga terkadang seperti memanas, apakah dirinya tengah jatuh hati?

"Tiga soal lagi, ya? Sekalian buat tambahan." ujar Hana.

"Nggak! Capek, kan tadi udah sepuluh soal."

"Baru segitu aja udah ngeluh. Apalagi besok yang soalnya banyak."

"Oke. Tiga soal lagi, tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Kalau aku benar semua, kamu harus cium aku!"

Hana melotot. "Hah? Emm, ya udah oke."

Hana mulai mencorat-coret bukunya, ia akan memberikan soal matematika yang paling sulit agar Fariz tidak bisa menjawabnya dengan mudah. 10 menit berlalu, Fariz masih terus mencoba untuk mengerjakannya dengan teliti. Hana terkekeh pelan, dalam hatinya mungkin Fariz tidak akan bisa mengerjakan soal serumit itu. Menit-menit berikutnya, Fariz memberikan buku jawabannya kepada Hana.

"Nih! Udah."

Hana memeriksanya cukup lama. "Hah? Kok bisa?" ujarnya pelan.

"Bisa, lah. Apa lagi kalau imbalannya dicium isteri."

"Kamu curang, kan?"

"Astaga, curang gimananya? Orang dari tadi kamu mantengin aku terus."

"I-iya, sih. Tapi kok bisa bener semua jawabannya?"

"Sesuai kesepakatan, kamu harus cium aku."

Hana memalingkan wajahnya. "Nggak!"

"Hana, cepat cium!"

"Nggak mau!"

"Ya udah aku yang cium."

"Nggak mau juga."

"Aku paksa."

"Ish, pemaksaan."

"Ya udah cepet cium."

Detik berikutnya Hana mencium pipi Fariz dengan ragu.
*Cupp!
Baru saja Hana ingin melepaskan ciumannya, Fariz lebih dulu menahan tubuhnya. Ia mencengkram tengkuk Hana, kemudian mulutnya beralih mengecup lembut bibir Hana dengan sedikit lumatan pelan. Sontak Hana mencubit perut Fariz membuat sang empu melepaskan ciumannya. Fariz terkekeh geli ke arah Hana yang tengah memanyunkan bibirnya.

Hana Life Story [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang