Untuk Mama
Surat ini aku tulis sebelum tiada sebagai permintaan maaf karena telah pergi mendahuluimu. Maaf karena tak bisa selalu ada di tengah-tengah kalian. Salam hangat buat Papa, semangat dan tetap kuat menjaga keluarga. Aku titip Elsa, bimbing dia dalam segala hal. Teruntuk Mama, tak ada yang bisa mendefinisikan arti bahagia selain senyum Mama. Maka, tak usah sesali yang telah terjadi. Tetap tersenyum buat aku dan keluarga. Satu hal terpenting, aku mencintai kalian lebih dari apapapun.
Ma, satu permintaan terakhir. Tolong kabulkan. Aku ingin mendonorkan mataku untuk Hana, seseorang yang juga teramat berarti. Berikan mataku padanya, agar aku juga bisa menatap dan menikmati indahnya dunia bersama dia sepanjang hidup.With Love
Fariz Mahesa
Vita mencium kertas selembar itu dengan air mata yang terus saja mengalir. Batinnya teramat perih, sulit sekali menerima kenyataan ini. Tapi bagaimana juga dirinya harus ikhlas, tak ada manfaatnya jika terus-terusan menyalahkan takdir. Hanya menambah beban dan merusak kondisi jiwanya. Leon yang tak mengerti, langsung mengambil alih surat itu kemudian mulai membacanya dalam hati. Ia juga benar-benar tersentuh dengan kalimat terakhir yang ditulis Fariz. Cinta putranya begitu besar buat Hana.
Leon memeluk istrinya. "Mama harus kuat, buat Fariz."
"Pasti, Pa. Mama akan mencoba mengikhlaskan kepergian Fariz."
***
Saat ini, satu keluarga utuh tengah berada di dalam ruangan bernuansa putih. Terlihat Elsa yang sudah tertidur pulas di atas sofa, juga Vita yang tengah membereskan kasur, sementara Pradipta tengah menyuapi Hana dengan semangkuk bubur di tangannya. Tampak begitu tenang untuk dilihat, meski kondisi mereka sedang tak baik-baik saja. Bagaimana juga, Pradipta sebagai kepala rumah tangga harus pandai-pandai membuat situasi jadi membaik. Ia tak ingin jika keluarganya terlarut dalam kesedihan. Tak ingin ada duka, sebab ia akan merasa gagal dalam menjalankan tugasnya.
"Hana, Mama sama Papa mau menyampaikan hal penting sekaligus kabar baik buat kamu." ujar Kesya.
"Apa, Ma? Tinggal bilang aja."
Pradipta menaruh mangkuknya kemudian mengelus puncak rambut Hana. "Ada seseorang yang dengan ikhlas mendonorkan matanya buat kamu."
"Papa serius? Ma, bilang ke aku kalau Papa nggak lagi becanda kan?"
Vita duduk di samping putrinya. "Nggak, sayang. Papa benar."
Hana memeluk kedua orang tuanya. "Alhamdulillah makasih banyak Ya, Allah. Ma, Pa, makasih."
"Kamu harus banyak-banyak bersyukur, Na."
"Pasti. Oh, iya. Siapa pendonor baik hati itu, Ma? Hana mau ketemu dia."
"Kamu gimana sih? Yang donorin mata kan udah meninggal. Tapi sebelum meninggal dia sempat bicara sama orang tuanya mengenai hal itu dan orang tuanya setuju."
"Kalau gitu beri tahu Hana siapa keluarganya? Hana mau ngucapin terimakasih banyak ke mereka semua."
Kesya merasa bingung untuk menjawabnya. "Hm. A-anu. Mm-"
"Mereka nggak mau ngasih tau. Nggak papa, yang terpenting kamu bisa melihat lagi." sahut Pradipta.
Seketika Hana menjadi murung. "Yah, padahal Hana cuma mau berterimakasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana Life Story [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction"Banyak yang pergi dan tak kembali, tapi hidup harus tetap dijalani." Hana Amor Pradipta, gadis ceria yang menjadikan senyum sebagai topeng menutupi luka. Tak percaya akan cinta sebab luka di masa lalu, namun perlahan ada seseorang yang membuatnya p...