10-Kesempatan terakhir

253 39 1
                                    

Aku hanya ingin memberimu kesempatan. Tentu saja bukan kesempatan untuk menyakitiku lagi, tetapi untuk membuktikan seserius apa kau menginginkanku.
_Hana Amor Pradipta_




"Pokoknya lo nggak boleh balikan sama Kevin!"

Saat ini Azkiya tengah menentang keras jikalau Hana menerima Kevin kembali. Bagaimana mungkin ia membirkan sahabatnya terjebak pada luka yang sama? Ia tahu betul kelakuan Kevin di belakang Hana saat dulu. Ya, Azkiya memang mengetahui sifat bengsat seorang Kevin. Tidak hanya 2 sampai 3 kali dirinya melihat Kevin jalan dengan perempuan yang berbeda-beda tiap minggunya. Bajingan! Kini dirinya tidak akan membiarkan semuanya terulang kembali. Bukannya egois melarang sahabatnya, ia hanya tak ingin Hana merasakan luka lagi setelah perlahan hatinya mulai membaik.

"Lo nggak boleh egois dong, Kiya! Hana berhak memilih." Sementara Tia yang mempunyai sifat tidak tegaan, ia memilih agar Hana bisa memberi kesempatan pada Kevin.

Hana hanya mampu menangis dengan kaki ditekuk dan kepala ditundukkan di lutut, sedangkan tangannya digunakan untuk menghapus air mata yang sedari tadi tidak mau berhenti. Entahlah, batinnya sesak. Apalagi saat ini kedua sahabatnya tengah berdebat, ia bingung. Apa harus mengikuti ucapan Azkiya? Apakah dirinya harus melupakan Kevin? Tapi jujur, hatinya memang masih menginginkan Kevin. Bego, emang! Sudah disakiti tapi masih tetap ingin memilik. Dasar cewek!

"Na, lo nggak boleh balikan sama Kevin. Gue cuma takut lo disakitin lagi." Ujar Azkiya dengan lirih sembari mendekatkan diri pada Hana yang masih terlihat termenung dengan wajah sembab.

"Gue bingung, Kiya."

"Kiya, lo jangan gitu! Siapa tau Kevin sudah berubah dan sekarang dia sudah sadar." Sahut Tia.

"Ya sudah. Terserah lo, Na. Gue bakal tetap dukung lo. Semoga apapun keputusan lo nggal buat nyesel."

"Makasih."

***

Malam ini Hana tengah bersantai di ruang tamu dengan beberapa cemilan yang berada di pangkuannya. Rasanya hening sekali, rumah besar ini nampak seperti rumah kosong yang tidak dihuni beberapa tahun. Papanya belum juga pulang dari apartemen, mungkin tengah asik dengan keluarga barunya. Seketika Hana merindukan suasana rumah dulu, suasana yang begitu humoris. Sekarang, semuanya hanya menjadi bayang dan angan.

Tiba-tiba suara bel rumah berbunyi terus-menerus.

"Siapa sih yang bertamu malam-malam." Gumamnya.

"Bi! Bi Ela!"

"Iya, Non?"

"Tolong bukain pintu, kayaknya papa pulang deh."

"Baik, Non."

Bi Ela segera melangkahkan kakinya menuju pintu, kemudian kembali lagi dengan tergesa-gesa.

"Kenapa, Bi? Kayak liat hantu aja."

"Anu, Non."

"Apa, Bi?"

"Di luar ada Den Kevin mau ketemu sama Non Hana."

*Degg!!

"Oh, iya udah Hana ke depan. Bibi ke kamar aja, nggak papa."

"Iya, Non."

Hana menghampiri pintu dan mendapatkan sosok lelaki yang sangat ia rindukan. Lelaki yang selama ini berkeliaran di pikirannya.

"Selamat malam, Nana."

"Eh. Iya, malam juga. Kenapa malam-malam datang ke rumah?"

"Kita harus bicara, Na." Ujarnya lirih, Hana hanya mengangguk dan mengikuti arah Kevin berjalan.

Hana Life Story [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang