32- Menyesal

209 23 0
                                    

"Tak ada yang paling membuatku rapuh selain rasa sakitmu."
_Fariz Mahesa_




"Gue bilang keluar ya keluar! Gue nggak butuh penghianat kayak lo!"

Raut wajah Hana tampak cengo. Ia tak mampu berbuat apa-apa selain pergi dari sini. Awalnya Hana mundur 3 langkah, setelah itu langsung membalikkan tubuhnya dan menjauh dari tempat suaminya. Ia berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan sesekali menyeka air matanya. Entah kenapa batinnya sesak ketika Fariz menganggapnya seorang penghianat, padahal ia sendiri tak tahu apa kesalahannya. Mengapa Fariz seperti ini disaat hatinya mulai menyadari kalau ia mencintai?

"Aku salah apa, Riz?" lirihnya sembari menangis di taman sebrang sana.

***

*Ceklek!
4 orang muncul dari balik pintu. Mereka menghampiri ke arah Fariz yang masih setia telentang di tempatnya. Terlihat dari raut wajah Fariz yang menunjukkan ekspresi datar, ia kembali bengis seperti dulu. Tia dan Kiya meletakkan buah-buahan yang mereka bawa. Sementara Irfan dan Bagas mendekati Fariz setelah itu menepuk pundaknya. Sedikit keras.

"Bangsat! Dateng-dateng bikin onar!" umpat Fariz.

"Lagian ya, tumben banget lo sampai tepar kayak gini? Keseringan naena?" celetuk Irfan.

"Bacot!"

"Istri lo mana?"

"Mana saya tahu, saya kan tempe." jawaban Fariz membuat tangan Bagas refleks menjitaknya.

"Iya, Hana mana? Kok nggak nemenin lo?" timpal Tia.

"Nggak tau dan nggak peduli!"

"Serius bangsat!"

"Tadi dia kesini, terus gue usir!"

"Tega banget njir! Kalian ada masalah?" tanya Bagas kemudian detik berikutnya Fariz menunjukkan ponsel miliknya ke arah Bagas. Sementara yang lain juga ikut melihat karena rasa kepo.

"Bangsat! Jaka?"

"Eh! Tunggu-tunggu! Ini foto tadi siang?" Fariz mengangguk.

"Bego! Lo udah salah paham, Riz!" ujar Kiya dan mendapati kebingungan dari ketiga lelaki itu.

"Pas pulang sekolah gue sama Tia duluan. Hana nggak mau diajak pulang bareng karena dia pengen dijemput sama lo. Pas gue udah sampai di rumah, Tia nelpon gue. Kata Tia, Hana nelpon dia minta tolong karena tersesat. Dan lo tau siapa yang tega ninggalin istri lo dijalan yang sepi? Jaka orangnya! Akhirnya gue nyusul Hana dan menemukan dia yang lagi nangis tertekan, tangan sama kakinya luka-luka entah karena apa. Dan yang pasti, Jaka sudah menjebak Hana agar teman-temannya bisa memotret mereka seolah-olah tengah berselingkuh. Harusnya lo tanya penjelasannya, bukan malah ngusir!" kiya menjelaskan dengan penuh emosi, sementara Fariz segera mencabut peralatan yang menempel di tangannya kemudian langsung berlari ke arah luar.

"Woy! Bego! Lo mau kemana? Kondisi lo nggak baik, bangsat!" teriak Bagas Frustasi kemudian langsung berlari menyusul Fariz, diikuti yang lainnya dari belakang.

***

Hana masih setia termenung di taman yang berada di depan sebrang rumah sakit. Ia hanya ingin meluapkan rasa sakitnya melalui tangis. Sesaat kemudian ia tersadar karena ada seseorang yang sedari tadi meneriaki namanya. Ia bangkit dan mencari sumber suara itu, seketika matanya menangkap sosok Fariz dari sebrang sana, di depan rumah sakit. Hana tersenyum hangat, ia sudah menduga kalau Fariz tidak akan setega ini padanya. Pikirnya pasti tadi Fariz hanya bercanda dan mengerjainya. Ia berlari menuju arah Fariz.

Hana Life Story [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang