Note!
Mengandung unsur ++
Siapkan diri kalian sebelum membaca part ini!Oke, happy reading guys🔥
∆
∆
∆
∆Canggung. Itulah yang sedang mereka rasakan saat ini. Fariz berada di kursi sedangkan Hana tengah duduk di atas kasur. Mereka nampak kikuk, dua pasang mata yang saling beradu namun enggan berucap. Lidah mereka nampak kelu, sebelum akhirnya Fariz memberanikan diri untuk memulai sesuatu.
Fariz mendekati Hana, mendudukkan dirinya tepat di depan Hana. Tangannya mulai bergerak mengelus puncak rambut Hana. Nafasnya tak bisa terkontrol dan semakin memburu, sesekali ia menelan salivnya.
"Na? I want.." Suara berat dari Fariz akhirnya terdengar.
"Gu-gue.. A-anu.."
"Please! Untuk malam ini." Fariz memohon dengan yakin, sementara Hana masih terdiam cukup lama. Dan pada akhirnya Hana hanya mengangguk membuat Fariz melengkungkan senyumnya.
Fariz menarik tengkuk wanita di hadapannya dan mulai menciumi bibir segar itu, bibir yang selalu menggodanya setiap waktu. Ia melumat ke dalam dengan halus, perlahan sampai Hana juga ikut melumatnya kembali. Lidah mereka tengah beradu.
"Nggghhh.." Desahan Hana mulai terdengar. Sementara Fariz yang mendengarnya langsung menciumnya semakin brutal. Sesekali ia meremas ujung kaos yang dikenakan Fariz.
Ciuman Fariz turun ke leher, tangannya mulai bergerak menuju dua gundukan yang selalu menjadi nafsunya. Tangannya masuk menyusup ke dalam baju tidur yang dikenakan Hana. Ia mulai menggesek-gesekkan puting Hana yang masih terlapis Bra, sesekali mencubitnya karena gemas.
"Fariz.. Mmpphh.. Lo ngebuat gue semakin tersiksa. Ngghh.." Desahan Hana lolos untuk kesekian kalinya membuat Fariz semakin bergairah.
"Lo udah nggak sabar nampaknya? Hah?" Goda Fariz kemudian mengecup bibir Hana tanpa melumat.
Kali ini Fariz berhasil melepaskan kaos dan Bra milik Hana. Segera ia tangkupkan kedua tangannya ke gundukan itu, memijat dengan lembut membuat sang empu semakin mengerang menikmati setiap pijatannya. Hana tak ingin munafik karena ini sungguh nikmat, permainan Fariz benar-benar membuatnya semakin melayang.
Fariz tengah mengecupi kedua payudara Hana, sesekali ia menggigitnya membuat sang empu refleks memukul bahunya. Tangannya kini dengan bebas meraba di area selangkangan milik Hana, mencari sebuah kenikmatan surga.
"Emmhhhh, apa tangan lo benar-benar akan memasukinya?" Racau Hana.
"Sure baby."
Hana mengerang saat tangan Fariz mulai bermain di bawah sana, ia merasakan kelembutan tangan Fariz ketika mengelus area vaginanya yang masih dibaluti celana dalam. Hana mulai terbawa permainan, ia memijat batang milik Fariz yang sedari tadi mengeras membuat sang empu jadi semakin menegang.
Fariz segera melucuti celana dalam Hana yang menampakkan pemandangan yang tak boleh dilewatkan. Ia mulai bermain menggesek-gesekkan clitos milik Hana.
"Ngghh.. Masukkan jari lo, Riz.. Gue mmphh.. nggak tahan.." Fariz tersenyum geli melihat ekspresi Hana saat ini, kemudian ia bersiap-siap memasukkan 2 jarinya sekaligus ke dalam lubang kenikmatan itu.
"Sshh.. Ahhhh..." Tubuh Hana melengking ketika merasakan jari panjang dan besar lolos menerobos miliknya. Genggamannya pada kaos Fariz semakin dieratkan saat Fariz tengah memasuk keluarkan jarinya.
"Nggghh.. Ahhh.."
"Sakit, Na?" Fariz menmperlambat gerakan tangannya.
"Ss-sakit tapi ini sungguh ahh.. Nik-nikmat mpph..." Jawab Hana di sela-sela desahannya. Fariz yang sangat hilang kendali langsung melepaskan seluruh pakaiannya dan kini ia hanya telanjang membuat Hana semakin menegang.
Fariz memegang adik kecilnya dan mengarahkannya ke vagina milik Hana. Menggesek-gesekkannya di bawah sana, sangat licin.
"Are you ready?" Hana hanya mengangguk lembut. Dengan helaan nafas yang sedikit panjang dan dengan sekali hentakan yang kuat...
*JLEBBB!!!!
"Ahhkkhhhh..." Tubuh Hana kembali melengking ketika adik kecil dari Fariz menerobos dengan sekali hentakan ke dalam miliknya. Fariz membabi buta di bawah sana, menggerakannya dengan lincah membuat Hana meringis antara sakit dan nikmat."Akhh. Punya lo sangat sempit dan membuat milik gue jadi sshh.. Hangat." Fariz mengecup kening Hana di sela-sela gerakannya.
"Ngghhhh.. Lebih cepat lagi aakkhhh.." Fariz semakin mempercepat gerakannya, meskipun keringatnya sudah mengucur deras tapi ia tak menghentikan kegiatan itu. Ia tetap memompa milik Hana dengan brutal, tak peduli jika Hana semakin meringis, karena hal itu semakin membuatnya bergairah.
"Tahan sebentar, Na. Aakkhh.." Racau Fariz ketika mulai merasakan ada sesuatu yang hendak keluar dari miliknya. Ia mempercepat kembali gerakannya dengan gesit dan mengendur ketika cairan putih mulai burcucuran keluar dari miliknya.
"Aakkhhhhh." Keduanya mendesah merasakan puncak kenikmatan bersama. Fariz memeluk Hana kemudian,
*BUGGHH!!!
Fariz tersungkur di bawah kasur dengan guling yang masih berada di pelukannya. Ia meringis kesakitan memegang kepalanya yang terkena benturan lantai, matanya terbuka dan langsung terbelalak ketika menyadari dirinya hanya bermimpi. Rasanya sangat lemas, ia merebahkan kembali tubuhnya di atas kasur. Kemudian meraba sesuatu di bawah sana.
"Anying! Basah!" Fariz merutuki dirinya sendiri.
"Kebanyakan nonton Miyabi jadi kebawa mimpi, arrgh bangsat!" Gerutunya dalam hati sembari mengusap frustasi rambutnya.
Fariz segera bangkit dari kasur dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Melakukan kegiatan bersih-bersih sekaligus mandi wajib, tapi sebelumnya ia akan melanjutkan aksinya terlebih dahulu dengan si sabun. Haha.
Saat ini Fariz sengaja menggunakan celana yang longgar. Pasalnya, adik kecil miliknya tak kunjung tidur sedari tadi. Bisa bahaya kalau keadaan adiknya terlihat oleh keluarganya. Ia menuruni anak tangga dengan sedikit canggung, tak berani menatap mamanya yang tengah menyiapkan sarapan pagi. Ia memilih untuk duduk bersebelahan dengan Elsa dari pada di samping papanya.
"Huhh! Aman."
"Apanya yang aman, Bang?"
"Kepo ae lo!"
"Nggak jelas!"
***
^
^
^
^TBC!
Ada yang basah tapi bukan cucian.
Hayoo apa??😆😆
Punya lo?😆°
Jangan lupa tinggalkan jejak⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana Life Story [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction"Banyak yang pergi dan tak kembali, tapi hidup harus tetap dijalani." Hana Amor Pradipta, gadis ceria yang menjadikan senyum sebagai topeng menutupi luka. Tak percaya akan cinta sebab luka di masa lalu, namun perlahan ada seseorang yang membuatnya p...