12-Untuk kesekian kalinya

272 43 7
                                    

Terkadang, orang yang paling kita sayangi adalah orang yang paling banyak memberi luka.
_Hana Amor Pradipta_




Malam ini keluarga Pradipta tengah berkumpul di ruang keluarga termasuk Hana. Semuanya nampak bahagia mendapat kabar bahwa Kesya tengah mengandung buah hatinya.

"Kak Hana! Kalau Kayla punya adik, itu tandanya Kayla udah gede, kan?"

"Iya, sayang."

"Yee! Kayla udah gede, nanti bisa nambah uang saku deh!"

"Kalau udah gede nggak boleh manja, nggak boleh nakal juga."

"Siap, kak!"

Hana mengelus puncak kepala adik tirinya. Hatinya terenyuh melihat kebahagiaan di wajah kelurganya. Beberapa pikiran negatif sering kali menerpa otaknya, apakah semuanya akan merasa baik-baik saja jika tak ada dirinya? Ah, sebaiknya ia harus membuang jauh-jauh pemikiran seperti itu.

"Cemilan datang!" Seru bi Ela dengan beberapa makanan ringan yang dibawanya.

"Biar aku bantuin, Bi." Ketika Kesya menghampiri Bi Ela, kakinya tak sengaja tersandung dengan kaki milik Hana.

*Bruk!
Kesya tersungkur, ekspresi wajahnya langsung menampilkan rasa kesakitan. Tangannya memegang perut berkali-kali. Kayla dan bi Ela yang kaget langsung menghampiri Kesya karena takut, sementara Pradipta langsung menampar Hana tanpa aba-aba, Sontak semua mata beralih padanya. Hana mematung, menatap wajah papanya dengan sorot nanar.

"Kamu sengaja mau bunuh anak saya? Hah!" Hana langsung tercengang dengan ucapan Pradipta.

"Hana nggak sengaja, Pa. Sumpah!"

"Anak kurang ajar!"

"Beneran, Pa. Hana nggak sengaja, mama jatuh sendiri." Ujarnya lirih, badannya bergetar hebat, matanya sudah mengeluarkan cairan bening.

"Punten, Tuan. Sebaiknya kita harus bawa Nyonya ke rumah sakit sekarang. Saya panggil satpam dulu. Permisi." Bi Ela langsung tergesa-gesa keluar dari rumah dan memanggil satpam.

"Kalau sampai terjadi sesuatu dengan istri dan anak saya, kamu akan saya habisi!" Bentaknya kemudian langsung pergi membawa istrinya keluar dan diikuti oleh Kayla.

Perih. Hanya itu yang dirasakan Hana saat ini. Ia masih mematung di tempat semula, memikirkan setiap ucapan papanya yang seperti bukan bicara pada anak sendiri. Kembali ia remas bajunya, mengapa dirinya selalu saja salah di mata sang papa? Dengan mudahnya ia dituduh mencelakai mama tirinya? Astaga, dia juga masih punya perasaan. Tidak akan setega itu.

Hana termenung di dalam kamar, ia bener-bener tidak sanggup jika harus seperti ini setiap hari. Hana butuh menenangkan dirinya. Kali ini ia tidak mau jadi parasit buat mereka, mungkin mereka akan bahagia jika tidak ada dirinya. Ia akan pergi untuk beberapa hari, berharap dirinya dicari.

Selembar kertas berwarna merah muda ia sobek, menuliskan beberapa kalimat yang ingin disampaikan sebelum ia meninggalkan rumah. 'Rasanya, berat sekali. Tapi, mungkin ini yang mereka inginkan.' pikirnya.

Teruntuk kalian;
Mama, Papa dan Kayla.

Hadirku mungkin tak ada arti
Hanya menjadi benalu untuk keluarga ini
Baiklah, aku akan pergi
Semoga, bahagia selalu menemani.
I miss you forever:)

Hana

***

Hana berjalan menyusuri gelapnya jalan, ia berniat untuk menginap di rumah Azkiya. Tadinya ia ingin memesan grab, tapi hapenya low bet. Mau nungguin taksi juga percuma, sudah larut malam. Terpaksa dirinya harus berjalan lumayan jauh untuk sampai di rumah Azkiya.

Hana Life Story [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang