Kubur resahmu! Buang pilumu! Hapuskan laramu! Mulailah melangkah, dan mari mencari arti bahagia yang sesungguhnya.
∆
∆
∆
∆Saat ini Fariz sengaja menggunakan celana yang longgar. Pasalnya, adik kecil miliknya tak kunjung tidur sedari tadi. Bisa bahaya kalau keadaan adiknya terlihat oleh keluarganya. Ia menuruni anak tangga dengan sedikit canggung, tak berani menatap mamanya yang tengah menyiapkan sarapan pagi. Ia memilih untuk duduk bersebelahan dengan Elsa dari pada di samping papanya.
"Huhh! Aman."
"Apanya yang aman, Bang?"
"Kepo ae lo!"
"Nggak jelas!"
"Fariz!"
"Iya, Pa?" Fariz mendongak ke arah Leon.
"Nanti kamu jemput Hana dulu, ya? Papa udah bilang sama Pradipta."
"Siap, Bos!" Tentu saja ini kabar baik bagi Fariz. Ia segera menyantap sarapannya dengan lahap, entah kenapa akhir-akhir ini moodnya sangat membaik apalagi kalau sudah menyangkut-paut dengan Hana.
***
Adakah di muka bumi ini yang tak pernah menginginkan bahagia? Jika ada, maka sudah dipastikan bahwa orang itu mempunyai gangguan pada jiwanya.
Bukankah bahagia tak selalu tumbuh bersama kekasih? Ya. Bagi Hana, definisi bahagia adalah kelurga. Seperti pagi ini, rasanya begitu lengkap melihat keharmonisan Hana dengan keluarganya. Semuanya sudah membaik, tak ada lagi perselisihan seorang ayah dan anak.
Hal ini membuat Hana tak henti-hentinya mengucap rasa syukur. Terlihat tampak bahagia di raut wajah Hana, bukan senyum beban lagi yang kali ini ia lengkungkan, melainkan senyum kebahagiaan yang sesungguhnya.
"Hana seneng banget Papa udah nggak benci lagi sama Hana." Ujarnya penuh senyum.
"Maafin Papa, ya? Papa janji, nggak akan buat Hana sedih lagi." Pradipta mengelus puncak rambut putrinya.
"Pa? Ma? Besok kan hari minggu, gimana kalau kita jalan-jalan bareng? Kayla kan belum pernah liburan bareng sama Kak Hana." Ujar Kayla.
"Iya, Sayang. Nanti Mama sama Papa ajak kalian jalan-jalan!" Senyum Kesya mengembang.
"Asikkk! Bisa jalan-jalan berempat!"
Hana hanya mampu tersenyum, hatinya mulai menghangat. Ia berharap semoga keluarganya selalu seperti ini, harmonis, penuh kasih sayang, damai, dan tetap membaik.
Suara motor dari luar lepas terdengar di telinga mereka, sontak Pradipta langsung berjalan menuju pintu. Terlihat Fariz yang tengah memarkirkan kuda besinya di depan halaman.
"Na, Fariz sudah jemput, tuh!" Ujar Kesya.
"Perasaan Hana nggak ada janjian buat berangkat bareng, Ma."
"Huss! Papamu yang nyuruh Fariz buat jemput kamu."
"Aishh! Sejak kapan Papa kayak gitu?" Hana menggerutu sebal, sementara Kesya hanya terkekeh geli melihat putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana Life Story [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction"Banyak yang pergi dan tak kembali, tapi hidup harus tetap dijalani." Hana Amor Pradipta, gadis ceria yang menjadikan senyum sebagai topeng menutupi luka. Tak percaya akan cinta sebab luka di masa lalu, namun perlahan ada seseorang yang membuatnya p...