13-Naena

312 41 2
                                    


04:30 alarm Fariz terus saja berbunyi memanggil majikannya. Ia menelentangkan tangannya, menguap sesukanya kemudian memaksakan tubuhnya untuk bangkit dan segera mematikan alarm.

Dilangkahkan kakinya menuju kamar Hana, sedari tadi bibirnya terus saja dilengkungkan ke atas. Semakin dekat dengan kamar Hana, semakin tak sabar ia ingin mengerjai Hana.

Fariz memasuki kamar yang Hana tempati. Jelas saja tidak dikunci, karena kunci kamar mamahnya ini memang sudah hilang sejak lama dan tidak pernah menggantinya. Ia melihat jam alarm di samping Hana, dimiringkan senyumannya ketika sebuah ide muncul di otaknya.

Ia mengubah alarm Hana yang tadinya jam 05:00 menjadi 06:00 kemudian ia membaringkan tubuhnya di samping Hana, menatap mata indah di depannya yang tengah terpejam. Seketika tangannya digerakkan untuk mengusap poni Hana yang berantakan, sedangkan sang empu tidak merasa terganggu sama sekali. Mungkin karena Hana tengah kelelahan sehingga tidak menyadari usikan dari Fariz.

"Sial! Adek gue bangun." Umpat Fariz sembari menundukkan kepalanya melihat posisi adik kecilnya.

"Sorry, Na. Gue lancang. Tapi gue pengen kayak gini, natap lo lebih lama dari biasanya. Meski lo nggak natap balik gue." Gumamnya sembari mengelus puncak rambut Hana.

Sudah jam 05:50 Fariz masih berada di samping Hana, masih dengan kegiatan semula yaitu menatap Hana dengan tenang. Seketika ia kaget tak main ketika melihat Elsa di depan pintu.

"Bang Fariz! Kakak yang tidur di kasur mama itu siapa?"

"Dia itu calon kakak ipar kamu." Jawab Fariz sembari melangkahkan kakinya mendekati Elsa.

"Terus, abang ngapain tidur sama dia?"

"Abang habis naena sama dia, Sa."

"Naena itu apa, Bang?" Tanya Elsa dengan ekspresi penuh kepolosan.

"Naena itu suatu kegiatan yang pernah dilakuin mama sama papa sebelum akhirnya punya Abang dan Sasa." Kakak laknat! Tidak tanggung-tanggung ia membuat Sasa menjadi tak polos lagi.

"Berarti Abang sama Kakak itu nanti bakal punya dedek, ya?"

"Iyah, Sa. Udah sekarang kamu keluar ya? Abang mau bangunin kakak ipar kamu dulu."

"Oke, bang."

Fariz melangkahkan kakinya lagi menuju gadisnya. Ralat, bukan gadisnya tapi gebetannya. Saat Fariz hendak merebahkan lagi tubuhnya di samping Hana, tiba-tiba bunyi alarm terdengar begitu nyaring. Seketika Hana langsung dibuat kaget dengan setan yang ada di hadapannya. Hana melototkan pandangannya, kemudian melihat kebawah selimut untuk memastikan apakah pakaiannya masih lengkap atau tidak.

"Anjir! Ngapain lo disini?"

"Mau nagih anu."

"Anu-anu tai! Lo udah ngerubah jam alarm gue juga. Ah, bangsat lo!" Hana menyambar jam alarmnya yang sedari tadi berbunyi.

"Bangun-bangun kok langsung naik pitam."

"Gimana gue nggak naik pitam kalo lo tiba-tiba ada di kamar gue dan ngerubah jam alarm gue sesuka lo? Lo mau nganu gue? Kurang ajar, lo!"

"Ya, Sorry. Gue kan tadi cuma natap lo doang, lo menggoda banget. Bikin dedek gue tegang."

"Terserah, lo! Ngeladenin cowok kayak lo nggak ada ujungnya. Minggir, gue mau mandi." Hana langsung berdiri kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

"Mau gue mandiin nggak?"

"Otak lo perlu diservis, Riz!" Hana menutup pintu kamar mandi dengan keras, sementara Fariz juga pergi ke kamarnya untuk mandi.

Hana Life Story [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang