Mengapa kau kembali setelah lukanya mulai sembuh? Setelah perihnya mulai membaik? Seolah kau tak ingin melihatku bebas dari masalalu, hingga kau kembali membawa sebuah kegundahan dan keluh.
_Hana Amor Pradipta_∆
∆
∆
∆Hiruk pikuk bunyi kendaraan pagi ini sangat ramai terdengar di telinga. Jalanan nampak penuh karena lintasan angkutan yang lalang. Lagi dan lagi, Hana harus berangkat dengan angkutan umum. Dia tidak ingat kapan terakhir kalinya diantar sang papa, mungkin semenjak kepergian mamanya.
Langit hari ini begitu cerah, secerah suasana hati Hana sekarang. Saat ini, ia tak ingin terus berlarut dalam kesedihan. Bukan karena lukanya sudah menghilang, tapi karena dirinya sadar bahwa hidup harus tetap dijalani meski ada yang hilang dan tak kembali.
"Mulai hari ini, Hana akan berusaha untuk membaik, Ma." Batinnya sembari keluar dari angkutan umum dan mulai memasuki gerbang SMA GARUDA.
Langkahnya terhenti di pintu kelas ketika matanya menangkap sosok lelaki yang selama ini ia hindari tengah duduk di bangku dekat tempat duduknya.
Ia mencoba menghilangkan gugupnya, dilangkahkan lagi kakinya menuju bangku miliknya.
"Na?"
Hana tidak menjawab sapaan lelaki itu. Sungguh, batinnya ingin sekali menjerit. Mengapa dia kembali setelah hatinya mulai membaik? Setelah ia bertekad untuk melupakan semuanya. Lalu, kenapa dia kembali? Bahkan sampai berada di kelasnya dan duduk di dekatnya? Oh, Tuhan!
"Nana? Kamu denger aku kan?"
Hana masih membisu, rasanya ingin sekali ia meremas dadanya. Panggilan Nana yang begitu ia rindukan dari seseorang yang sangat spesial, kini terdengar begitu menyakitkan. Ia mencoba memberanikan diri untuk menatap lelaki itu.
"Iya?" Hanya satu kata.
"Aku kembali, Na."
"Lebih baik kamu nggak usah kembali dan jangan pernah menampakkan diri di depanku!" Ucapnya getir.
"Tapi Na, aku sampai pindah kelas demi kamu."
"Apa? Demi aku? Lalu apa kabar dengan jalangmu itu?"
"Maaf, Na. Aku menyesal."
"Persetan dengan cintamu, Kevin!" Hana langsung berlari keluar dari kelas dan meninggalkan Kevin.
"Arrghhhh!" Kevin mengacak rambutnya frustasi.
***
Saat ini Hana sedang berada di taman belakang sekolah, ia lebih baik bolos dari pada harus satu kelas dengan lelaki yang selama ini berusaha ia hindari. Otaknya masih terus berkelana memikirkan hal tadi. Ia menyandarkan tubuhnya di bawah pohon.
"Kenapa jadi seperti ini, Vin? Ini yang kau sebut cinta? Setelah meninggalkanku dengan luka, lalu dengan mudahnya kau bilang ingin kembali? Kalau kata Kekeyi, 'aku bukan boneka' Vin! Aku bukan boneka yang mudah untuk dipermainkan." Ucapnya lirih, matanya menatap sendu ke arah langit.
*Tak!!
Sebuah kerikil mengenai kepalanya, ia langsung memutarkan kepalanya dan mencari siapa orang yang sudah melemparinya dengan kerikil.
"Woy kambing! Lo gabut ya? Pake lemparin kerikil segala!" Bentaknya ketika melihat Fariz berada di belakangnya.
"Sorry, soalnya gue liat dari tadi lo ngelamun terus. Ngelamunin gue ya? Aduh, gue tau kok gue ngangenin."
"Pede bener, anjir!"
"Kenapa, Na? Muka lo kusut gitu."
"Gue, nggak papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana Life Story [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction"Banyak yang pergi dan tak kembali, tapi hidup harus tetap dijalani." Hana Amor Pradipta, gadis ceria yang menjadikan senyum sebagai topeng menutupi luka. Tak percaya akan cinta sebab luka di masa lalu, namun perlahan ada seseorang yang membuatnya p...