Memulai sesuatu yang baru tidak selalu mudah. Ale mematut dirinya sekali lagi di cermin. Blazer warna marun yang sepadan dengan rok selututnya dipadukan dengan blouse tanpa lengan warna putih. Rambut panjangnya hanya digerai setelah disisir dengan rapi. Kesan pertama harus selalu menarik, menurut Ale. Itulah kenapa dia berdandan pagi ini sebelum berangkat kerja. Ini adalah pertama kalinya dia datang ke kantor barunya di Jogjakarta.
"Anak Papa sudah cantik, kok." Suara Papa membuat Ale menoleh. Dia lalu tersenyum lebar saat melihat Papanya yang tersenyum ke arahnya.
"Karena Papanya juga ganteng, sih." balas Ale. Dia lalu berjalan ke arah Papanya dan mengapit lengan Papanya sambil bergelayut manja. Sejak Ibunya meninggal, Ale tidak mempunyai siapapun untuk bermanja-manja selain Papanya. Bagi Ale, Papanya adalah segalanya. Papa sudah melakukan banyak hal demi Ale sejak dia kecil hingga sekarang sudah bisa mencari pekerjaan sendiri. Dan pindah ke Jogjakarta mungkin adalah jalan Tuhan untuk bisa kembali pada Papanya setelah bertahun-tahun terpisah kota.
"Papa bikin sarapan?" Ale tertegun saat melihat dua porsi nasi goreng di meja makan.
"Nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya. Papa kira kamu akan merindukan ini." Papa tampak sumringah sekali saat mengatakannya. Dulu, makanan ini adalah favorit Ale setiap pagi. Dia tidak pernah bosan memakannya asalkan Papanya sendiri yang masak.
Ale tersenyum lebar lalu mengajak Papanya duduk dan mulai sarapan. Mereka berdua makan dengan lahap. Bahkan, Ale menghabiskan seporsi nasi goreng di piringnya. Dia lalu beranjak dari tempat duduknya dan mencium punggung tangan Papanya sebelum berangkat kerja.
Papa mengantar Ale hingga ke pintu depan. Ale menatap Papanya yang sedang melambaikan tangan ke arahnya dari kaca spion mobilnya. Papa sudah mulai menua. Rambutnya sudah banyak yang memutih. Keriput di sekitar matanya juga sudah mulai banyak. Namun, senyum yang selalu diberikannya pada Ale tidak pernah berubah. Rasanya masih ingat sekali semua hal yang pernah dilakukan Papa setelah Ibu meninggal.
Papa berusaha untuk memasakkan sarapan dan menyiapkan bekal sekolah Ale. Kadang, telur yang digoreng gosong atau nasi gorengnya keasinan. Belum lagi harus mengantar Ale ke sekolah dan menjemputnya. Papa juga harus kerja. Malam hari, Papa masih harus membantu Ale mengerjakan PR dan membacakan dongeng hingga Ale terlelap. Setelah itu, Papa mulai mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Menyapu, mencuci baju hingga menyetrikanya. Kadang, Papa juga masih punya pekerjaan di kantor yang harus diselesaikan. Ale tahu itu semua tidak mudah. Itulah kenapa sejak SMP, Ale mulai membantu pekerjaan rumah tangga yang dilakukan Papa. Dia juga memilih untuk pulang sekolah dengan angkutan umum, meski berulang kali Papa melarangnya. Alasan Ale hanya satu. Dia tidak ingin Papa cepat menua karena kelelahan. Ale ingin Papa bisa menemani Ale hingga bisa bertemu dengan cucu Papa nanti.
Ale segera menghapus airmatanya yang tiba-tiba mengalir. Mengingat masa-masa itu selalu membuat Ale sedih. Apalagi, jika dia menyadari kalau dia belum bisa memberikan Papa waktu untuk bersama cucunya di hari tuanya. Jangankan cucu, menikah saja, Ale belum bisa melakukannya.
Mobil berhenti di halaman parkir sebuah bank. Ale menatap dirinya sekali lagi di kaca mobilnya. Dia menyaput bekas airmatanya dengan bedak tipis. Setelah itu, dia keluar dari mobilnya. Beberapa kali dia menarik napas dalam. Meski sudah hampir 5 tahun bekerja di bank ini, tetapi ini adalah pertama kalinya bekerja di kantor cabang.
Ale mengamati pump heels-nya yang berwarna senada dengan roknya. Everything must be perfect! Beberapa mata tampak memandanginya. Ini adalah moment awkward saat pertama kali mendatangi tempat baru. Namun kali ini, Ale tahu alasan dari tatapan-tatapan itu. Tempat ini berbeda dengan kantor pusat. Dandanan Ale mungkin terlihat mencolok bagi mereka.
"Baru, ya?" Ale langsung menoleh ke arah suara. Dia melihat seorang pria yang tampak familiar baginya. Pria itu tersenyum pada Ale.
"Andra." Dia lalu mengulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Sky Different World
RomancePernahkah kalian merasakan jatuh cinta pada seseorang yang memiliki keyakinan yang berbeda denganmu? Kisah ini menceritakan dua hati yang saling bertemu namun sulit untuk bersama karena mereka pergi ke tempat ibadah yang berbeda. Tidak hanya tentang...