10 - Different World

254 34 0
                                    

Ale membuka matanya perlahan. Dia masih membiarkan kamarnya gelap meski matanya sudah terbuka. Terdengar suara Papa sedang menyiapkan makan di dapur. Dengan berat, Ale bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke luar kamar. Dia mengikat rambutnya ke atas dan menghampiri Papanya di dapur.

"Papa masak apa?"

Papa menoleh dan tersenyum lebar. "Orak-arik sayuran."

"Ale bantuin ya, Pa?"

"Kamu shalat tahajud dulu saja."

Ale tersenyum. Dia lalu keluar dari dapur dan kembali ke kamarnya. Hari adalah hari pertama menjalankan puasa ramadhan. Dan ini adalah puasa pertamanya di rumah setelah lebih dari lima tahun. Ale mengambil air wudhu. Sudah lama dia tidak menjalankan shalat malam. Dulu, Papa selalu mengingatkannya untuk melakukan shalat malam saat hatinya terluka. Papa bilang shalat malam adalah salah satu cara menyembuhkan lukanya.

Setelah melakukan dua kali rakaat shalat malam, Ale menengadahkan tangannya. Menyuarakan hatinya yang sedang berada dalam kebimbangan. Meminta petunjuk-Nya tentang jalan mana yang harus dia jalani. Apakah bersamanya adalah jalan yang baik untuknya?

-00-

Panasnya matahari terasa sangat menyengat siang ini, hingga membuat Ale harus menutupi wajahnya dengan berkas yang dibawanya. Dia sedang melakukan kunjungan ke gudang nasabahnya. Dia berjalan cepat kembali ke mobil.

"Panas banget, sih." Keluhnya saat berada di mobil. Dia segera mengarahkan air conditioner mobil ke arahnya.

"Ini." Andra menyodorkan sebotol minuman.

"Puasa, Ndra." Ale tersenyum kecut.

"Ooh, sorry." Andra menarik kembali botol minuman dan menyelipkannya di pintu mobil. Dia lalu menjalankan mobil meninggalkan gudang nasabah.

"Kalau ketemu masjid ya, Ndra." Ucap Ale saat mobil melaju pelan menembus kemacetan.

"Oke."

Setelah itu mereka saling diam. Ale hanya menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Dia masih mengantuk karena setelah sahur tadi pagi belum tidur. Papa mengajaknya ke masjid untuk melakukan shalat subuh.

"Kamu tidur dulu saja, Le. Nanti aku bangunin kalau sudah ketemu masjid."

"Hmm." Ale hanya menggumam saja. Dia merasa kehilangan tenaganya hari ini.

-00-

Andra menoleh ke arah masjid yang tampak ramai. Beberapa orang tampak berjalan masuk, begitu juga ada yang keluar. Dia masih duduk di dalam mobilnya, sementara Ale sudah masuk ke dalam masjid sejak beberapa menit yang lalu.

Sesuatu terbersit di dalam pikirannya sejak Ale menolak air mineral yang diberikannya tadi. Perasaan yang selalu menggebu-gebu tiba-tiba surut saat dia menyadari jika dan Ale berbeda. Perbedaan yang sangat prinsip. Bahkan, sulit untuk bisa berjalan ke arah yang sama.

Pandangannya tertuju pada Ale yang berjalan keluar dari masjid. Sebagian rambut depannya tampak basah. Dia akhirnya sampai di mobil.

"Kita mau kemana lagi, Le?" tanya Andra sambil menjalankan mobil keluar area masjid.

"Kamu tidak makan siang?"

Andra menoleh sesaat lalu tersenyum.

"Kamu kan puasa. Aku juga tidak mau makan sendiri."

"Aku akan menemanimu, Ndra. Tidak perlu sungkan. Kita saling menghormati kepercayaan masing-masing."

Ale tersenyum. Dia menepuk lengan Andra pelan.

"Justru karena aku menghormatimu, aku juga akan ikut puasa siang ini."

Ale tersenyum. "Baiklah kalau kamu maunya begitu. Kita balik kantor saja. Nanti kan aku bisa pulang on time. Mau buka puasa sama Papa di rumah."

Andra mengangguk lalu mulai menyusuri jalanan yang cukup padat menuju ke kantor mereka. Butuh hampir satu jam perjalanan untuk kembali ke kantor.

-00-

Rumah kost sepi malam ini. Sebagian besar sedang pergi ke masjid untuk menjalankan shalat tarawih. Andra sedang berbaring di tempat tidur sembari melihat layar ponselnya yang menyala terang. Ale juga tidak membalas pesan darinya karena mungkin juga sedang pergi ke masjid.

Dia lalu membuka akun instagram miliknya dan mulai mencari sesuatu yang bisa dilihat. Hingga, dia akhirnya menuruti kata hatinya untuk melihat profil instagram Ale. Tidak banyak foto yang ada di dalam akun Ale. Dia memang jarang sekali memakai sosial medianya. Tetapi, dia memiliki follower yang sangat banyak hingga mencapai lima ribuan. Satu per satu foto Ale, dia perhatikan hingga dia berhenti di sebuah foto rumah. Di dalam captionnya, dia menulis "Our Home."

Andra tahu betul itu bukan rumah yang dia datangi beberapa waktu yang lalu. Lalu, siapa yang dia maksud dengan "kita". Apakah dia memiliki seseorang yang akan dinikahinya dan tinggal di rumah itu?

Banyak hal yang berkelebat di dalam pikiran Andra saat ini. Keraguan yang muncul sejak dia menyadari perbedaan antara dirinya dan Ale semakin bertambah dengan pertanyaan tentang calon suami Ale. Apakah dia sudah akan menikah? Lalu, kenapa dia tampak seperti seseorang yang tidak memiliki siapapun untuk dinikahi?

Andra meletakkan ponselnya. Dia menutup wajahnya dengan bantal untuk mengusir pertanyaan-pertanyaan yang terus berkelebat di pikirannya.

-00-

Same Sky Different WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang