30. Hard for Us

278 34 1
                                    

Kantor masih cukup sepi karena masih terlalu pagi. Ale berjalan menaiki tangga dan berjalan menuju mejanya. Langkahnya melambat saat dia melihat sebuah buket bunga tergeletak di meja kerjanya. Di sampingnya, juga ada sebuah paper bag. Ale meraih buket bunga mawar merah yang sangat indah itu dan mengambil kartu yang terselip di dalamnya.

Selamat ulang tahun, Alessandra Ishtar Ibrahim.

Nanti malam kita rayakan.

Andra.

Ale tersenyum. Dia bahkan lupa kalau hari ini dia berulang tahun. Papanya yang mengingatkannya tadi pagi, saat membawa kue kecil ke kamarnya saat subuh.

Tangan Ale meraih paper bag di sampingnya, dan membukanya. Sebuah coat warna abu terang terlipat rapi. Nice pick, batin Ale. Dia hendak mencobanya, namun saat orang-orang mula berdatangan, dia mengurungkannya. Ale memasukkannya kembali ke dalam paper bag dan meletakkannya di ujung meja. Sementara, dia memasukkan buket mawar ke dalam vas bunga kecil di mejanya. Bibirnya masih tidak berhenti tersenyum. Dia menoleh ke meja di sebelahnya yang masih rapi. Andra mengirimkan pesan tadi pagi, kalau dia akan ke nasabahnya pagi ini. Kesibukan Andra mengingatkannya dengan surat tugasnya. Andra pasti ingin menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum pindah ke kantor pusat. Ingatan itu menghilangkan senyumnya seketika. Dia terduduk lemah di kursinya. Bahkan, hingga waktu mereka tersisa satu bulan, Andra masih belum mengatakan apa-apa. Dia sama sekali tidak membahas tentang kepindahannya. Entah apa yang diinginkannya.

-00-

Panas matahari sangat terik siang ini. Abimana sampai harus mengenakan kacamata hitamnya saat keluar dari mobil. Dia sedang menunggu Ale di depan kantornya. Lima menit yang lalu, dia menghubungi Ale kalau dia ingin bertemu dan sekarang sedang berada di depan kantornya. Dan sekarang, dia bisa melihat Ale berjalan cepat menuju ke arahnya. Satu tangannya diletakkan di kening untuk menutupi wajahnya dari teriknya matahari.

"Kok kamu tidak masuk saja?" tanya Ale saat sudah berdiri di depan Abimana.

"Aku cuma ingin mengantar ini." Abimana mengulurkan paper bag berwarna pink pada Ale.

"Selamat ulang tahun, Le." Ucapnya kemudian.

Ale menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Darimana laki-laki ini bisa tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya? Sudah sejauh itukah dia mencari tahu? Ale bertanya-tanya di dalam hati.

"Kamu sudah makan siang? Kita bisa makan siang di dekat sini." tawar Ale.

"Aku sudah ada janji siang ini. Bagaimana kalau nanti malam?"

"Aku sudah ada janji dengan Andra nanti malam." Balas Ale.

Abimana mengangguk-angguk. Andra pasti adalah laki-laki yang ditemuinya di rumah sakit.

"Kalian sudah memutuskan bersama?" Abimana bertanya dengan ragu-ragu.

Sebaliknya, Ale menjawabnya dengan anggukan mantab. Abimana hanya bisa mengulum senyum melihatnya.

"Baiklah. Kita bisa menjadwalkan makan bersama lain waktu. Aku pergi dulu." Abimana kemudian berjalan masuk ke dalam mobilnya.

Sementara Ale masih berdiri di tempat dia berdiri tadi. Pandangannya masih tertuju pada mobil sedan yang sudah berlalu dari depannya. Dia tahu Abimana pasti berharap lebih darinya sejak awal. Dan dia sudah itu tahu sejak pertama kali Abimana menyetujui kredit. Tetapi, dia hanya menganggap Abimana sebagai seorang teman, tidak lebih. Dia berharap Abimana akan mengerti dan menemukan perempuan yang tepat untuknya. Perempuan yang sama baiknya dengan Abimana.

Same Sky Different WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang