Ale menatap dirinya sendiri melalui pantulan dinding lift. Dia tidak berencana untuk datang ke restoran mahal malam ini, sehingga dia hanya mengenakan setelan kerjanya. Blazer warna abu tua yang senada dengan rok selututnya, dipadukan dengan blouse warna hitam. Rambutnya pun hanya digerai rapi. Namun, karena undangan yang mendadak ini, dia hanya berharap kalau dia tidak akan malu jika bertemu tamu lainnya.
Pintu lift terbuka dan Ale melangkah keluar. Dia berjalan menuju ke pintu restoran yang berada di ujung. Seorang perempuan menyambutnya dan langsung mengantarnya ke meja di samping jendela besar. Pandangan Ale mengitari seluruh restoran yang tampak sepi. Bahkan, tidak ada siapapun, kecuali laki-laki yang duduk di depannya sekarang. Laki-laki itu tersenyum, menyambut Ale.
Beberapa pramusaji datang dan langsung menyiapkan dua porsi makanan. Setelah selesai menata meja, mereka pergi.
"Apakah kamu suka dengan tempatnya?" tanya Abimana. Wajahnya terlihat sumringah.
Ale hanya tersenyum tipis. Entah kenapa, dia tiba-tiba merasa tidak nyaman.
"Kamu mengusir seluruh tamu restoran ini?" tanya Ale.
Abimana menggeleng. "Selama membangun hotel ini, aku bahkan belum pernah makan di sini. Malam ini, aku cuma ingin memiliki sedikit privasi denganmu. Jadi, khusus hari ini, restoran ini tutup."
"Aah." Ale mengangguk-angguk. Seharusnya, dia menyadari dari awal kalau Abimana bisa melakukan apa saja di hotel ini. Dia lalu meraih punch dan meminumnya.
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Ale kemudian.
"Bisakah sebentar saja kita menikmati makan malam ini?"
"Sayangnya, aku harus terburu-buru. Temanku menunggu di bawah." Ale tersenyum saat mengatakannya. Dia memang datang ke hotel ini bersama Andra. Dia sengaja meminta Andra menemaninya.
Senyum di bibir Abimana seketika menghilang. Raut wajah sumringah itu tidak lagi.
"Aku pikir malam ini kita bisa sedikit lebih berkenalan."ucapnya sembari mengambil dokumen yang sudah disiapkannya.
Ale tersenyum simpul. Keputusannya mengajak Andra, tidak salah. Dia menerima dokumen yang diserahkan Abimana.
"Kamu pelajari saja dulu. Aku berencana untuk membeli lahan itu dan membangun pabrik di sana. Sepertinya, aku butuh dana lagi."ucap Abimana kemudian.
"Aku akan mempelajarinya. Dan terima kasih untuk undangan makan malamnya. Aku minta maaf karena harus pergi." Ale beranjak dari tempat duduknya dan berjalan pergi.
"Le...!" panggil Abimana yang membuat Ale menghentikan langkahnya. Dia membalikkan badan dan menunggu Abimana melanjutkan ucapannya.
"Apakah aku bisa mengajakmu makan malam lagi?"
Ale tersenyum. "Maybe."
Dia lalu berjalan pergi, meninggalkan Abimana yang masih tidak berhenti menatapnya. Abimana meraih minumannya dan meminumnya hingga setengah. Dia menoleh ke jendela di sampingnya. Malam ini, langit Jogja sedang indah-indahnya. Bintang sedang semarak di langit. Dia sengaja memilih malam ini karena ingin menyuguhkan pada Ale pemandangan luar biasa ini. Namun, dia malah kalah dengan laki-laki itu. Laki-laki yang ditemuinya di kantor beberapa waktu lalu. Sesuatu mengganggu pikirannya saat ini. Apakah mereka sudah menjalin kasih? Apakah dia sudah terlambat untuk mendekati Ale?
-00-
Langkah kaki Ale cepat menuju ke mobil SUV yang terparkir di sudut halaman parkir. Dia meraih pegangan pintu mobil dan membukanya. Seketika, telinganya langsung mendengar alunan musik yang sangat dikenali di telinganya. Dengan cepat tangannya menekan tombol power.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Sky Different World
RomancePernahkah kalian merasakan jatuh cinta pada seseorang yang memiliki keyakinan yang berbeda denganmu? Kisah ini menceritakan dua hati yang saling bertemu namun sulit untuk bersama karena mereka pergi ke tempat ibadah yang berbeda. Tidak hanya tentang...