Bara berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi. Sudah pukul 10 malam. Dia baru saja menyelesaikan satu operasi. Langkah kakinya perlahan menuju ruangannya. Tangannya meraih dokumen yang diletakkan perawat di mejanya dan membacanya. Ini adalah data medis pasien yang harus dioperasi besok pagi. Bara duduk di kursi kerjanya. Matanya tertuju pada huruf-huruf dalam data medis pasien, namun tidak dengan pikirannya. Otaknya sedang mengajaknya untuk mengingat peristiwa kemarin. Pertemuannya dengan Ale.
Masih terekam dengan jelas wajah Ale yang terkejut saat melihatnya. Begitu juga dengan sikap Ale padanya. Hingga saat Ale melangkah pergi dengan terburu-buru. Saat itu, sesuatu menggerakkan Bara untuk mengejarnya. Dia bahkan mengikuti Ale hingga berjalan di sepanjang malioboro. Lalu, saat hujan tiba-tiba turun, ada seorang laki-laki yang memayunginya. Laki-laki yang sangat memperhatikannya, menurut Bara. Saat itu, dia bertanya-tanya, siapakah laki-laki yang sangat mencintai Ale seperti itu? Apakah Ale sudah menemukan kekasih yang baru? Karena jika tidak mencintai Ale, mana mungkin laki-laki itu membiarkan dirinya basah kuyup hanya karena ingin melindungi Ale dari hujan.
Bara menyangga kepalanya dengan kedua tangannya. Dia tidak tahu kenapa dia masih memikirkan Ale hingga sedetail itu? Bukankah seharusnya dia membiarkan Ale bahagia dengan pilihannya? Bukankah dia sendiri yang memilih meninggalkan Ale untuk menikah dengan Zoe? Lalu, bukankah dia sekarang seharusnya bersyukur Ale sudah menemukan seseorang yang akan membahagiakannya?
Kedua tangan Bara tertangkup menutupi wajahnya. Kepalanya terasa berat. Dia belum tidur semalaman hanya memikirkan itu. Dia lalu mengusap wajahnya dengan kasar, lalu beranjak dari tempat duduk. Tangannya mematikan lampu meja dan berjalan ke luar ruangan. Mungkin, lebih baik dia tidur dulu karena besok pagi akan ada operasi besar yang harus dilakukannya.
-00-
Kamar gelap. Ale sengaja membiarkannya seperti itu dan hanya menyalakan satu lampu meja yang temaram. Tangannya menggenggam sebuah foto. Satu-satunya foto yang masih tersisa karena terselip di antara buku catatan miliknya. Di dalam foto itu, dua orang saling menatap dan tersenyum dengan bahagia. Tangan mereka saling melingkar di pinggang. Sementara, satu tangan wanitanya menggenggam buket bunga mawar yang diberikan pria di sampingnya. Foto itu adalah foto kelulusan Ale.
Saat itu, Bara datang dengan membawa sebuket bunga mawar dan juga kalung yang indah. Dia masih ingat apa yang dikatakan Bara saat itu.
"Finally, satu langkah lagi dan kita akan segera bersatu." Bibirnya tersenyum lebar saat mengatakannya. Begitu juga dengan matanya yang menatap penuh cinta.
"Aku akan segera mendapatkan pekerjaan, supaya kita bisa segera menikah."
Bara tersenyum semakin lebar mendengarnya. Dia lalu melingkarkan tangannya di pinggang Ale. "Kita foto dulu untuk merayakannya."
Lalu, foto ini tercipta. Keesokan harinya, Bara harus kembali ke US. Dia kembali setelah satu tahun berlalu, dan mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Meski berada di satu kota, tidak membuat mereka sering bertemu. Kesibukan Bara sebagai dokter lebih banyak menyita waktu. Rencana pertunangan pun terus ditunda, hingga suatu hari Bara datang ke rumah Ale di Jogja.
Dia berlutut di depan Papanya Ale dan meminta maaf. Dia berkata kalau dia tidak bisa menikahi Ale karena dia mencintai perempuan lain. Papa yang mendengar itu hanya bisa diam mematung dengan mata berkaca-kaca. Bahkan hingga Bara berjalan pergi meninggalkan rumah, Papa juga masih diam. Yang dilakukan Ale saat itu adalah menangis. Dia tidak mau kehilangan laki-laki yang telah menjadi bagian hidupnya. Bahkan, dia tidak menyadari jika dia mengejar mobil Bara yang melaju meninggalkan rumah dengan bertelanjang kaki. Dia tidak peduli telapak kakinya yang terasa sakit karena tercabik kerikil. Hatinya lebih sakit. Dia terus mengejar mobil yang tidak pernah berhenti itu bahkan hingga keluar perumahan. Meski pandangannya semakin kabur karena airmata yang merangsek keluar, dia sama sekali tidak peduli. Dia hanya berharap kalau Bara akan menghentikan mobilnya dan kembali padanya. Namun, sejauh apapun Ale mengejar, Bara tidak pernah kembali. Dia benar-benar pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Sky Different World
RomancePernahkah kalian merasakan jatuh cinta pada seseorang yang memiliki keyakinan yang berbeda denganmu? Kisah ini menceritakan dua hati yang saling bertemu namun sulit untuk bersama karena mereka pergi ke tempat ibadah yang berbeda. Tidak hanya tentang...