14 - Masa Lalu Datang Kembali

266 40 1
                                    

Beberapa orang mengatakan kalau pengorbanan terbesar adalah ketika kamu mengorbankan kebahagiaanmu sendiri untuk orang lain. Beberapa dari mereka juga bilang, terkadang cinta memang butuh sebuah pengorbanan sebagai pembuktian. Itulah yang sedang ingin dilakukan Andra sekarang. Pandangannya masih tertuju pada angka-angka di ponselnya saat dia sedang mengecek saldo di rekeningnya. Yakinkah dia dengan keputusan yang sudah direnungkannya semalaman? Dia masih berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Andra bangkit dari tempat duduk dan berjalan masuk ke dalam sebuah dealer mobil. Seorang pegawai langsung mendatanginya. "Ada yang bisa dibantu, Pak?"

"Mau lihat-lihat mobilnya dulu."jawabnya. Dia sedikit tergagap. Hal yang tidak pernah dialaminya meski menghadapi nasabah sesulit apapun.

"Silakan. Bapak ingin mobil yang seperti apa? Kami ada mobil keluaran terbaru." Pegawai itu terus menjelaskan tentang mobil keluaran terbarunya, yang tentu saja harganya sangat mahal.

"Saya mau yang ini saja." Andra langsung menunjuk ke mobil SUV yang mirip dengan milik Ale.

"Aah..." Pegawai yang sejak tadi sibuk menjelaskan akhirnya terdiam.

"Tidak ingin mencoba dulu yang keluaran terbaru tadi, Pak? Dibandingkan dengan mobil yang Bapak pilih, mobil keluaran terbaru lebih nyaman..."

"Mbaknya langsung proses mobil yang ini saja. Nanti saya RTGS kan uangnya." Andra langsung memotong.

"Baiklah." Pegawai itu akhirnya menyetujuinya dan berjalan menuju ke mejanya.

Andra menarik napas panjang. Semoga keputusannya kali ini tidak salah. Dia hanya berharap kalau apa yang sudah dikorbankannya tidak akan sia-sia. Dia melihat sekali lagi mobil SUV berwarna hitam di dekatnya.

-00-

Jam 10 pagi. Di kantor. Pasti sudah ramai. Ale memilih untuk berdiam di mejanya dan mulai mengerjakan paket kredit Abimana. Dia menyumbat telinganya dengan earphone supaya lebih bisa berkonsentrasi. Andra belum datang. Dia sudah bilang kemarin kalau akan terlambat, namun Ale tidak tahu alasannya. Ale pikir, Andra mungkin memiliki privasi yang tidak ingin diganggu, sehingga dia tidak menanyakan alasan keterlambatan Andra.

Ekor mata Ale menemukan Andra sedang berjalan ke mejanya. Dia tampak berbeda dengan kemeja yang dipadukan dengan sweater hitam. Wajahnya tampak masam. Dia juga langsung duduk di mejanya sendiri dan tidak menghampiri Ale. Apa yang terjadi padanya? Ale langsung melepas earphone yang menggantung di telinganya dan menggeser kursinya hingga berada di samping Andra.

"Mau kopi?" tanya Ale.

Andra menoleh. "Boleh."

"Mau ngobrol di rooftop?"

Andra diam sesaat hingga akhirnya dia mengangguk.

"Kamu duluan saja. Aku beli kopi dulu."

Ale beranjak dari kursinya dan langsung berjalan menuju kantin.

-00-

Angin bertiup pelan dan menerbangkan sebagian rambut Ale. Matahari bersinar redup siang ini, meski tidak ada tanda-tanda hujan akan turun karena ini sedang musim kemarau. Ale berjalan mendekati Andra yang tampak sedang melamun. Dia sedang menatap ke bawah yang tampak ramai dengan beberapa mobil yang terparkir. Rooftop ini memiliki dua sisi yang satu menghadap ke tempat parkir dan satunya menghadap ke jalan raya.

"Kopimu." Ale mengulurkan papercup pada Andra yang langsung menerimanya.

Ale melirik lagi pada Andra yang masih menatap kosong. Apa yang sedang dipikirkannya hingga dia merasa terbebani seperti itu? Apakah dia masih kecewa dengan kejadian kemarin? Tetapi, dia terdengar baik-baik saja saat kemarin malam.

Same Sky Different WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang