19. Labirin

258 34 0
                                    

Beberapa lampu ruangan sudah dimatikan. Hanya tersisa dua lampu yang menyala karena masih ada dua orang yang duduk di mejanya masing-masing. Dua orang itu sibuk menatap layar komputer masing-masing, meski sudah tidak ada lagi orang di kantor.

Andra melepaskan earphone terlebih dulu. Dia menoleh pada Ale yang masih fokus dengan pekerjaannya. Sebenarnya, dia merasa khawatir dengan kondisi Ale. Sudah satu minggu ini, dia menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya. Dia juga lebih banyak diam dan duduk di mejanya. Andra beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Ale. Dia menyentuh pundak Ale yang langsung terkejut. Ale melepas earphone yang melekat di telinganya dan mendongak, menatap Andra.

"Kamu tidak pulang?"

"Kamu pulang dulu saja. Aku masih harus menyelesaikan ini." Ale menunjuk pada layar komputer yang menunjukkan neraca keuangan.

"Mau aku bantuin?"

"Aku bisa mengerjakannya sendiri." Ale tersenyum lalu kembali fokus pada neraca keuangan yang sedang dikerjakannya. Tapi kali ini, dia tidak memasang earphone-nya.

Andra akhirnya kembali ke kursinya. Dia mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi youtube. Tidak lama kemudian, suara Scott McKenzie yang menyanyikan lagu San Francisco menggema di ruangan yang sepi. Andra bergumam sendiri mengikuti suara Scott McKenzie dan kepalanya bergoyang-goyang seirama dengan musiknya.

Ale melirik ke arah Andra dan sudut bibirnya tertarik melihatnya. Bagaimana dia bisa melakukannya out of sudden? Andra yang menyadari tatapan Ale malah tersenyum lebar. Dia malah berdiri dan suaranya menjadi semakin keras bernyanyi.

"If you're going to San Francisco...be sure to wear some flowers in your hair..." Badannya bergerak-gerak pelan mengikuti alunan lagu. Dia semakin mendekati Ale yang sudah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Andra.

"Seleramu benar-benar out of date." Ucap Ale di sela tawanya.

"Tapi seleraku bisa membuatmu tertawa." Andra menarik tangan Ale dan mengajaknya bernyanyi bersama. Ale hanya tertawa saja melihat Andra yang semakin tidak malu dengan yang dilakukannya.

Dan entah kenapa, lagu yang berputar ini tidak juga berhenti dan malah membuat Ale larut dalam alunannya. Dia malah ikut bernyanyi dan menggila bersama Andra.

"For those who come to San Francisco, summertime will be a love in there..."

-00-

Jam 11 malam. Ale merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dia baru saja sampai di rumah satu jam yang lalu. Rasanya lelah, tetapi Andra berhasil membuatnya tertawa hingga mulutnya terasa lelah. Mereka menyanyikan beberapa lagu yang sudah out of date, tapi masih sangat enak untuk didengarkan.

Ale memiringkan tubuhnya menghadap ke tembok. Sebagian tubuhnya sudah tertutup selimut. Namun, dia masih sulit untuk memejamkan mata. Bahkan saat jam sudah menunjukkan hampir pukul 1 dini hari, dia masih terjaga. Pikirannya terus berjalan ke berbagai tempat dan tidak mau istirahat. Dia lalu beranjak dari tempat tidur dan mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya. Setelah mengambilnya, dia kembali ke tempat tidurnya. Matanya memandangi i-pod warna silver di genggamannya. Tadi, Andra memberikannya.

Dia berkata, "Dengarkan ini jika kamu tidak bisa tidur."

Meski I-pod ini sudah tidak ada lagi di pasaran dan juga terlihat sudah lama, tetapi barang ini sepertinya berharga bagi Andra. Dia lalu memasang earphone di telinganya. Tangannya mencari lagu yang sudah tersimpan di i-pod. Hanya ada 1 lagu di dalamnya. Ale lalu menekan tombol play. Yang terdengar pertama kali di telinganya adalah suara hujan. Dia mengerutkan keningnya, kenapa dia harus mendengarkan suara hujan untuk bisa tertidur? Lalu, mulai terdengar denting piano. Tuts-tuts piano memunculkan suara yang menenangkan, namun terkesan sedih. Alunan musik yang berpadu dengan rintik hujan ini benar-benar menenangkan Ale. Pikirannya tidak lagi mengajaknya terus berjalan ke berbagai tempat. Perlahan, dia mulai bisa memejamkan matanya dan tertidur.

Same Sky Different WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang